"Dryad!" Aku memanggilnya keras. Sembari berlari ke arahnya dengan merentangkan kedua tangan. Namun, sebelum aku memeluknya, peri hutan itu berbalik. "... Dry ... ad?"
Berbeda. Penampilan dan auranya mungkin sama, tapi ada yang berbeda. Dia bukan Dryad yang kukenal dulu. Dia Dryad yang lain.
Dia lantas tersenyum hormat. "Salam untuk Anda, Putri Lucifer. Ada perihal apa dengan saya?"
"Eh? Ehm ... tidak. Tidak apa-apa. Kudengar kau yang mengatur mereka," kataku dengan sedikit kebingungan di awal.
"Maafkan kelancangan saya. Apakah yang saya lakukan itu salah?"
Aku menggeleng. "Tidak, itu justru bagus. Aku bahkan tak sempat memikirkannya. Terima kasih, Dryad."
Wajahnya bersinar senang. Dia lantas berpamitan untuk melanjutkan kegiatannya. Meninggalkan aku yang masih menatap sendu punggungnya.
"Kau pikir dia Dryad yang waktu itu?" Harpy datang dengan wajah ketusnya. Yah, aku tak memaksanya untuk menyukaiku, sih. "Ingatanmu buruk, ya. Padahal kau sendiri yang membunuhnya, cih," ejeknya dengan meludah ke samping.
Aku memejamkan mata. Baiklah, memang susah menangani sosok yang sudah membenci. Apalagi matanya dipenuhi rasa ingin balas dendam. Untuk sekarang, lebih baik aku biarkan saja.
***
"Kita harus segera pergi, Tuan Putri."
Aku menghentikan sendokku yang setengah jalan menuju mulut. Mempertanyakan alasan Pride mengatakannya. Iblis itu menoleh ke arah langit.
"Manusia sudah mulai terlihat. Terlebih, ini adalah kota besar. Tak lama lagi pasti mereka akan ke sini untuk mencari tahu. Apalagi pahlawan mereka yang tak kunjung kembali. Jika tak ingin berseteru, lebih baik pergi secepatnya."
"Tumben kau berpikiran seperti itu. Bukannya iblis senang membunuh manusia?" Diligence menatapnya penuh selidik. Tubuhnya bersadar di salah satu tembok. Kini kami sedang menikmati sarapan di aula kota.
"Hah?! Kau mengajak bertarung?"
"Siapa takut," balasnya pada Wrath yang memang selalu marah. Sepertinya aku butuh usaha dan waktu untuk membuat mereka berteman.
"Mohon maaf mengingatkan. Perjanjian pertama kita adalah untuk tidak saling bertarung satu sama lain," cegah Dryad dengan sopan. Sepertinya dia masih menganggap posisinya di bawah para Kebajikan dan Iblis. Atau mungkin dia sengaja melakukannya? Merendahkan diri di hadapan lawan terkadang menghasilkan hal yang terbalik. Seperti sekarang.
"Perjanjian? Kalian berbuat apa lagi saat aku tidur?"
Dryad tersenyum, tapi entah mengapa aku tak menyukai senyumnya. "Kami membuat perjanjian agar bisa hidup berdampingan. Saya menyadari jika Dosa Besar dan Kebajikan sulit untuk dipersatukan. Oleh karena itulah, saya mengusulkan untuk membuat perjanjian agar tidak ada yang dirugikan. Pertama, kami dilarang bertarung. Kedua, kami saling bekerja sama dan membagi tugas sesuai kemampuan masing-masing. Ketiga, kami saling melindungi jika terjadi sesuatu."
Perjanjian yang adil dan sempurna. Seharusnya aku tak boleh banyak memprotes karena pekerjaan Dryad yang baik. Sangat baik malah. Namun, aku tak suka caranya. Dia mengingatkanku pada Dryad yang dulu dan Rhys. Mereka sama-sama terlalu baik. Memikirkan orang lain diatas dirinya sendiri. Dan itu bisa jadi kelemahan yang fatal.
Aku pun menelan sup kacang buatan Charity. "Hmm. Yang ketiga lebih baik dihilangkan saja. Saat situasi menjadi berbahaya, sebaiknya kalian melindungi diri kalian sendiri. Aku tidak bilang jika saling melindungi itu hal yang buruk. Aku hanya ingin kalian memikirkan keselamatan diri kalian sendiri lebih dari apapun. Bahkan aku sendiri saja tak yakin bisa melindungi kalian semua," protesku dengan alasan yang cukup berbelit. Kata-kata ini mungkin cukup berat terucap untukku. Namun, aku juga egois. Jika suatu saat aku mendapati situasi terburuk, pasti aku akan lari menyelamatkan diriku sendiri. Pengecut memang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu Iblis [END-LENGKAP]
Viễn tưởngJUARA 3 dalam Event Novel Cetakbuku #1 Cerita tentang Raja Iblis sudah biasa kita dengar. Lalu, bagaimana dengan Ratu Iblis? Bukan, ini bukan tentang Istri sang Raja Iblis. Melainkan anak perempuannya yang sepenuhnya bukan iblis. Setengah dari tubu...