Pagi yang penuh kejutan

4 0 0
                                    


Esok paginya, keluarga Lia sedang menikmati sarapan bersama di ruang makan yang elegan. Pak Candra, ayah Lia, meletakkan cangkir kopinya dan memandang putrinya.

"Lia, sana panggil James yang di luar. Ajak dia makan pagi bersama kita," kata Pak Candra santai.

Lia, yang sedang menikmati roti bakarnya, hampir tersedak mendengar permintaan itu. Dalam hati, ia bergumam kesal, "Papa, serius banget ngajak orang kayak dia makan bareng keluarga? Mana selevel, sih." Tapi di luar, Lia tetap menjaga sopan santunnya.

"Iya, Pa," jawabnya pendek, sambil berdiri dengan enggan.

Lia keluar dari rumah menuju halaman, di mana James sedang membersihkan mobil keluarga. Pria itu tampak serius bekerja, tangan kasarnya memegang kain lap, dan sesekali ia melirik tanaman yang ia siram agar tetap segar.

"James! Kamu dipanggil Papa buat sarapan. Cepetan, jangan lama-lama!" seru Lia, nada bicaranya setengah memerintah.

James menoleh dengan sopan, wajahnya tetap tenang. "Baik, Nona. Saya akan segera ke dalam setelah menyelesaikan ini."

Tapi di dalam kepala Lia, ide jahil tiba-tiba muncul. "Hmm, seru kali ya kalau aku kerjain dia," pikirnya sambil menyeringai kecil.

Saat James membungkuk untuk menyelesaikan pekerjaannya, Lia mengambil selang yang masih mengalirkan air. Tanpa pikir panjang, ia mengarahkan selang itu tepat ke James dan menyiramkan air ke arahnya.

James terkejut. Air dingin mengalir deras, membasahi seluruh pakaiannya. Ia berdiri terpaku, menatap Lia dengan ekspresi campuran antara bingung dan kesal.

Lia tertawa terbahak-bahak. "Hahaha! James, kamu basah kuyup! Mending kamu mandi dulu deh sebelum masuk ke dalam," katanya dengan nada puas, sambil menutup mulutnya yang hampir sakit karena tertawa. Dalam hati, ia berkata penuh kemenangan, "Rasain, lu!"

James menghela napas panjang. Tubuhnya basah kuyup, tapi ia tidak berkata sepatah kata pun. Namun, tangannya yang mengepal erat menunjukkan bahwa ia berusaha keras menahan emosinya.

"Baik, Nona. Saya akan mandi dulu," ucapnya akhirnya, dengan nada yang sedikit dingin.

Saat James berjalan menuju pintu samping rumah untuk membersihkan diri, Lia menyandarkan diri ke dinding, masih tersenyum puas. Tapi, jauh di dalam hatinya, ada sedikit rasa bersalah yang mulai muncul—walaupun ia cepat-cepat mengabaikannya.

Di dalam kamar mandi, James hanya bisa memandang dirinya di cermin sambil menarik napas. Dalam hati, ia berbisik, "Sabarlah, James. Semua ini hanya sementara. Suatu hari, aku akan tunjukkan padanya siapa aku sebenarnya."

Bodyguard kampungan itu suamiku??!!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang