Pagi itu, Lia terbangun dengan perasaan yang berbeda. Semalam, setelah percakapan panjang dengan James, hatinya merasa lebih ringan, seolah-olah sebuah beban yang tak terlihat sudah terangkat. Meski masih ada banyak pertanyaan dalam dirinya, satu hal yang dia tahu: dia tak bisa lagi berpura-pura tak peduli pada James.
Hari itu, setelah sarapan, Lia duduk di teras sambil menikmati sinar matahari yang hangat. Dia menatap ke arah kebun, di mana James sedang menyiram tanaman dengan penuh perhatian. Melihat James yang sibuk dengan pekerjaannya membuat hati Lia berdebar, dan dia mulai menyadari betapa pentingnya sosok pria itu dalam hidupnya.
Lia berdiri, langkahnya perlahan mendekat ke arah James. Saat tiba di dekatnya, James yang sedang menunduk mendengar suara langkah kaki Lia. Dia mendongak, dan matanya langsung bertemu dengan mata Lia. Ada sesuatu yang berbeda dalam pandangan mereka kali ini, sesuatu yang lebih dalam dan penuh makna.
"James..." Lia membuka suara dengan nada lembut, "Aku... aku mau bicara sesuatu."
James meletakkan selang yang dia pegang dan menatap Lia penuh perhatian. "Apa ada yang ingin kamu bicarakan, Nona?"
Lia menghela napas, merasa sedikit gugup, namun dia tahu ini saat yang tepat. "Aku... aku merasa takut."
James terdiam, memandang Lia dengan tatapan penuh pengertian. "Takut? Takut tentang apa, Nona?"
Lia menunduk, tangannya memegang sisi bajunya. "Takut kehilangan kamu, takut kalau kamu pergi... aku nggak tahu apa yang akan terjadi, tapi aku nggak mau itu terjadi."
James mendekat, perlahan memegang kedua bahu Lia. "Lia..." katanya dengan suara lembut, "Saya nggak akan pergi. Saya janji. Kalau kamu merasa sama seperti saya, kita bisa hadapi semuanya bersama."
Lia menatap James, hatinya berdegup kencang. Untuk pertama kalinya, dia merasakan ada ikatan yang tak terucapkan antara mereka, sesuatu yang lebih dari sekadar perasaan.
"Tapi kita harus berjuang bersama, Lia," lanjut James. "Saya nggak akan biarkan kamu merasa takut atau sendirian. Kita akan berjalan bersama, menghadapi apa pun yang datang."
Lia merasa matanya mulai berkaca-kaca. "James, kamu nggak tahu betapa bahagianya aku dengar itu."
James tersenyum, lalu perlahan menggenggam tangan Lia dengan lembut. "Saya tahu, Lia. Karena saya juga merasa sama. Kita akan kuat bersama."
Beberapa Bulan Kemudian
Hari itu, Lia sedang duduk di ruang tamu, menunggu James yang sedang menyelesaikan beberapa pekerjaan di luar. Tiba-tiba, pintu terbuka, dan James masuk dengan membawa setangkai bunga mawar merah yang cantik.
Lia menatapnya, sedikit terkejut. "Untuk aku?"
James tersenyum dan duduk di sampingnya. "Iya, untuk kamu. Ini sebagai tanda kalau saya ingin kita selalu bersama, apapun yang terjadi."
Lia merasa terharu. "James, aku juga nggak tahu bagaimana caranya bilang, tapi aku merasa kita udah seperti keluarga."
James menggenggam tangan Lia lagi, kali ini lebih erat. "Lia, kalau kamu siap... aku ingin melangkah lebih jauh dengan kamu. Mungkin... kita bisa mulai dengan langkah pertama."
Lia menatapnya, jantungnya berdegup kencang. "Langkah pertama? Maksudnya?"
James tersenyum lebar, matanya bersinar. "Kalau kamu mau, saya ingin melamar kamu, Lia. Menjadi bagian dari hidup kamu selamanya."
Lia merasa terkejut, namun rasa bahagia memenuhi dadanya. "James... kamu serius?"
"Serius banget, Lia. Saya ingin menghabiskan sisa hidup saya dengan kamu. Jika kamu bersedia, kita bisa mulai babak baru bersama."
Lia tersenyum lebar, air matanya hampir menetes. "Ya, James... aku juga mau. Aku siap."
Dengan penuh kebahagiaan, James memeluk Lia dengan erat, merasakan kehangatan yang mengalir di antara mereka. Mereka tahu, mulai sekarang, semuanya akan berubah. Tapi kali ini, mereka siap untuk menghadapi dunia bersama, sebagai satu kesatuan.
![](https://img.wattpad.com/cover/364284688-288-k505672.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bodyguard kampungan itu suamiku??!!!!
RomanceLia, seorang gadis muda yang terlahir dalam keluarga kaya, hidupnya penuh dengan kenyamanan dan kemewahan. Namun, semua itu berubah ketika kedua orang tuanya memutuskan untuk menjodohkannya dengan seorang pria yang tak pernah dia kenal sebelumnya. J...