Hari itu, langit tampak cerah, tapi hati Lia terasa berat. Setelah menerima lamaran James beberapa minggu yang lalu, semuanya berjalan sangat baik. Mereka mulai merencanakan pernikahan mereka, berbicara tentang masa depan bersama, dan membayangkan kehidupan yang penuh kebahagiaan.
Namun, meskipun semuanya tampak sempurna, ada satu hal yang mengganjal dalam pikiran Lia. Apakah dia benar-benar siap untuk menjalani hidup bersama James?
Pagi itu, Lia duduk di ruang tamu dengan surat-surat yang tersebar di meja. Pekerjaan rumah tangga, rencana pernikahan, dan beberapa dokumen yang harus dia tanda tangani. Namun pikirannya terus saja melayang kepada James, yang sedang sibuk di luar dengan pekerjaan sehari-hari.
Lia merasa cemas, rasa takut itu muncul lagi. Dia takut kehilangan dirinya sendiri dalam hubungan ini, takut kalau perasaan itu hanya sementara. Apa yang akan terjadi setelah kita menikah? Apa aku bisa bertahan dengan perasaan ini?
Saat Lia mulai terbawa perasaan, pintu ruang tamu terbuka, dan James masuk dengan senyuman di wajahnya. "Hei, Nona. Ada apa? Kamu kelihatan jauh pikirannya."
Lia tersenyum kecil, berusaha menyembunyikan kegelisahannya. "Nggak apa-apa, cuma... mikirin beberapa hal."
James mendekat dan duduk di samping Lia, menatapnya dengan penuh perhatian. "Jangan biarkan pikiranmu membuatmu cemas. Kalau ada yang mengganggu, kita bisa bicara bersama."
Lia menunduk, merasa terjebak dalam kebingungannya sendiri. "James, aku... aku takut."
James mengerutkan dahi, khawatir. "Takut apa, Lia? Kalau ada yang mengganggu perasaan kamu, kita bisa cari jalan keluar bareng-bareng."
Lia menggigit bibirnya, mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Aku takut, James. Aku takut kalau aku nggak bisa jadi istri yang baik buat kamu. Aku takut aku nggak cukup kuat untuk menjalani semua ini. Aku nggak mau mengecewakan kamu."
James terdiam beberapa detik, lalu dia meraih tangan Lia dengan lembut. "Lia, aku nggak pernah berpikir kamu akan mengecewakan aku. Justru, kamu adalah yang terbaik yang pernah aku temui. Aku nggak butuh kesempurnaan, aku hanya butuh kamu."
Lia menatap James, matanya mulai berkaca-kaca. "Tapi aku merasa nggak cukup, James. Aku ingin memberikan yang terbaik untuk kamu, tapi aku takut aku nggak bisa memenuhi harapan kita."
James tersenyum lembut, lalu membelai rambut Lia dengan penuh kasih. "Lia, aku sudah memilih kamu. Dan aku nggak akan mundur. Semua yang kita jalani, kita jalani bareng. Kalau ada tantangan, kita hadapi bersama. Aku percaya pada kita."
Lia merasa ada kehangatan yang menyebar di dadanya. Mungkin ini memang jalan yang tepat. Mungkin rasa takutnya hanya bagian dari perjalanan mereka berdua. Dia tahu, dengan James di sisinya, mereka bisa melewati apa pun.
"Lia..." James melanjutkan, "Jangan takut. Kita nggak perlu sempurna, kita hanya perlu saling mendukung. Aku cinta kamu."
Lia menatapnya dengan penuh emosi. "Aku juga cinta kamu, James. Aku ingin kita bersama, lebih dari apa pun."
Mereka saling berpelukan, merasakan kehangatan dan ketenangan satu sama lain. Semua kecemasan dan ketakutan yang sempat menghantui Lia mulai hilang, digantikan dengan keyakinan yang lebih kuat. Mereka tahu, tantangan akan selalu ada, tapi selagi mereka bersama, mereka bisa menghadapi semuanya.
Beberapa Bulan Kemudian
Hari pernikahan mereka akhirnya tiba. Tenda besar di halaman rumah sudah dipenuhi dengan keluarga dan teman-teman yang datang untuk merayakan hari bahagia Lia dan James. Lia berdiri di depan cermin, mengenakan gaun pengantin putih yang indah, wajahnya penuh dengan senyum bahagia dan sedikit gugup.
James, yang sudah menunggu di altar, tampak tak sabar menanti Lia datang. Matanya penuh dengan cinta, dan setiap detik menunggu semakin terasa berat.
Ketika Lia akhirnya melangkah menuju altar, dengan gaun putihnya yang mempesona, James merasa seperti dunia berhenti sejenak. Dia tahu bahwa momen ini akan menjadi awal dari perjalanan baru mereka bersama.
Lia tiba di depan James, dan mereka saling memandang dengan tatapan yang penuh makna. Semua perasaan yang pernah mereka rasakan—ketakutan, kebingungan, kecemasan—akhirnya terbayar dengan senyum kebahagiaan.
"James, aku siap. Aku siap menjalani hidup ini bersamamu," kata Lia dengan suara lembut.
James menggenggam tangan Lia dengan erat, matanya bersinar penuh cinta. "Aku juga siap, Lia. Aku akan selalu ada untuk kamu."
Pendeta yang memimpin upacara itu tersenyum dan mulai mengucapkan janji pernikahan mereka. Saat Lia dan James saling mengucapkan janji setia, mereka tahu bahwa ini adalah awal dari babak baru dalam hidup mereka—dan mereka akan menghadapinya bersama, selamanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/364284688-288-k505672.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bodyguard kampungan itu suamiku??!!!!
RomanceLia, seorang gadis muda yang terlahir dalam keluarga kaya, hidupnya penuh dengan kenyamanan dan kemewahan. Namun, semua itu berubah ketika kedua orang tuanya memutuskan untuk menjodohkannya dengan seorang pria yang tak pernah dia kenal sebelumnya. J...