9. Bestfriend?

547 60 5
                                    





"Seharusnya, kamu tanya alasan dia dapet perlakuan kayak gitu dari keluarganya." ujar Deborah menyeruput kopinya.

"Tinggal 2 hari, kamu terikat selamanya sama dia, dan kamu gak tau masalah terbesar dia." lanjut Deborah menatap serius sahabatnya yang terdiam merenung.

Ia menghela nafas, menatap keluar air mancur didepannya.

"Aku pernah salah memilih pasangan, Neth. Aku gak mau kamu juga ngerasain sakit itu." ujar Deborah yang kemudian bangkit dari duduknya, menepuk pundak sahabatnya sebelum melangkah pergi.

Anneth mengusap wajahnya, perasaan ragunya kembali muncul perlahan. Mengutuk Deborah karena mengundang perasaan itu, padahal dia sendiri yang menyeret sahabatnya itu untuk meminta saran akan bagaimana ia bersikap didepan keluarga Ines karena masalah tempo hari.

Bukan tidak peduli tentang masalah Ines dengan keluarganya, Anneth pernah mencari tahu dan yang dia dapat hanya omong kosong diluar nalar yang tentu saja tak dia percayai.

Wanita itu menghela nafas, memandang ranting-ranting pohon diatasnya.

"Sepertinya calon pengantin sedang ada masalah batin?" celetuk seseorang yang kemudian duduk disebelahnya.

Anneth mendengus, melirik Bara yang merokok disampingnya sambil melihat ke air mancur dengan tatapan kosong.

"Saya butuh waktu untuk sendiri saat ini, tolong?" pinta Anneth dengan malas.

Bara terkekeh, menoleh kearah wanita cantik disebelahnya dengan sedikit gaya masculinnya lalu tersenyum keren.

"Untuk apa sendiri kalau bisa ku temani? Ayo, kita belum berkenalan secara resmi. Aku Bara, pewaris resmi perusahaan-

-Saya gak mau tau soal kamu, jadi silahkan tinggalkan saya sendiri." sela Anneth muak.

Pria itu tersenyum, menarik kembali uluran tangannya dan menghisap rokoknya.

"Aku suka wanita kasar."

Anneth mulai naik pitam, dia memijit batang hidungnya mencoba untuk sabar dan tidak memunculkan masalah lain antar keluarga.

"Bara, jaga ucapanmu. Selain lebih tua darimu, saya ini calon istri kakakmu dan gak sepantasnya kamu ngomong kayak gitu ke saya." peringat Anneth berusaha berdiri dari duduknya untuk minggat.

Namun, tangannya ditarik hingga membuatnya oleng dan jatuh ke pangkuan pria itu.

Syok, dia mematung sejenak merasa tak percaya.

"Lebih baik seperti ini, Anneth. Kau dan aku." bisik Bara di kuping Anneth yang langsung meledakkan amarahnya.

Wanita itu segera berdiri lagi, berbalik dan-

Plakk

Tamparan keras itu mendarat di pipi mulus Bara, membuat wajahnya memaling ke samping karena dorongan yang kuat.

Suaranya yang nyaring juga membuat beberapa tamu lain di taman menoleh, melihat apa yang terjadi tiba-tiba.

Tak puas sampai situ, Anneth mengangkat kakinya, menginjak selangkangan Bara dengan keras menggunakan heelsnya.

Kali ini, teriakan Bara terdengar.

Dia meringis kesakitan memegang masa depannya yang terasa akan patah diadu dengan heels seorang wanita. Ia menatap tajam Anneth yang merasa belum puas, kembali menyiksanya dengan menjambak rambutnya.

"Dengar ya, bocah kampret. Kalo kamu berpikir semua wanita bisa kamu dapatkan dengan sikap menjijikkanmu itu, maka kamu harus belajar lebih banyak lagi." ujarnya dengan kesal.

Doux Amour.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang