10. Orange Juice.

519 54 7
                                    







Acara makan malam keluarga itu berjalan dengan sangat lancar. Ines diterima dengan baik oleh para anggota keluarga inti, meski sepupu-sepupu jauh masih meragukan wanita manis itu.

Tapi, Mama benar-benar menjadi calon mertua yang bijak, dia menantang semua orang yang berpikiran buruk terhadap calon istri putrinya itu sebagai bentuk pembelaan.

Wanita paruh baya itu menunjukkan kasih sayangnya dengan nyata, seperti yang dilakukan putrinya.

Ines merasa gemas dengan ibu dan anak itu. Keduanya sangat mirip dari sifat, namun selalu saja berbeda pendapat.

Seperti sekarang, dua wanita berbeda generasi yang memiliki sifat keras kepala yang sama sedang bertengkar tentang masalah sepele.

Papa yang juga satu meja dengan mereka, terlihat sudah terbiasa dengan interaksi tersebut dia lebih memilih berbicara dengan calon menantunya yang terlihat khawatir dengan pertengkaran tersebut.

"Udah berapa lama butik kamu berdiri, Nak?" tanya Papa menarik perhatian Ines.

"Menjelang 8 tahun, Pa." Ines menjawab dengan tenang, dia juga mulai terbiasa memanggil kedua orang tua Anneth dengan panggilan itu.

"Uih, ternyata Mama pelanggan setia, ya?" balas Papa sedikit terkejut.

Mama dan Anneth yang sedang adu mulut seketika menoleh, menatap bingung Papa yang tersenyum sambil menatap lembut Ines.

"Mama tuh dulu sering banget keluar negri buat beli gaun gaun gitu, katanya disini kurang bagus. Tapi, 7 tahun lalu kebiasaannya hilang gara-gara nemu butik lokal yang sesuai keinginan dia." jelas Papa saat tiga wanita itu menatap bingung kearahnya.

Mendengar itu, sontak saja Ines tersanjung. Tak menyangka karyanya bisa menarik sosialita pemburu produk luar negri berpindah haluan.

"Kayaknya emang udah takdirnya. Kamu tau gak, Nes? Gaun pesta wisuda Anneth itu Mama beli dari kamu." ungkap Mama tersenyum gembira.

"Emang iya?" tanya Anneth tak menyangka, bukan hanya dia tapi juga Ines.

Mama melirik sinis putrinya, lalu memutar bola matanya malas. "Iyalah, kamu aja yang kabur di pesta wisuda dan gak pernah pake tuh gaun." cibirnya membuat Anneth ikut sinis.

"Ya, lagian! Masa wisuda anak muda, yang diundang malah ibu-ibu! Mending ngumpul sama temen di pinggir jalan, daripada ikut jadi ibu-ibu!" balas Anneth sewot.

"Apa kamu bilang?! Kamu tau gak berapa biaya yang Mama keluarin?! Bikin malu aja!"

"Kan aku gak minta! Mama ngundang temen Mama berarti Mama aja yang wisuda lagi!"

Keduanya kembali bertengkar, membuat Papa dan Ines sama-sama menghela nafas panjang.

Satu pertanyaan yang sama muncul di kepala mereka.

Bagaimana bisa mereka menghabiskan sisa hidup bersama dengan wanita cerewet yang keras kepala namun sangat manis pada saat yang bersamaan?

Suara kursi ditarik mengambil perhatian Ines, dia menoleh ke samping dimana Tamara sudah duduk anteng bersama sebotol wine ditangannya.

Baru beberapa saat lalu Ines mengetahui fakta mengenai calon adik iparnya yang ternyata pecinta alkohol, sama sepertinya beberapa waktu lalu sebelum akhirnya menjadi pecinta Anneth.

"Tama, jangan berlebihan minumnya, nanti kecanduan." tegur Papa yang hanya ditanggapi dengan anggukan.

"Di waktu ini, jangan bicara tentang aku.. ayo, bicarakan tentang calon pengantin kita." ujar Tamara tersenyum manis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 16, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Doux Amour.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang