Harmony

624 80 5
                                    

Pasangan yang harmonis selalu menjadi impian banyak orang. Tidak sedikit yang merasa iri melihat hubungan di mana kedua pasangan saling memahami dan memenuhi kebutuhan love language masing-masing dengan sempurna.

Seperti itulah hubungan antara Freya dan Flora. Dua wanita ini telah menjalin kasih selama empat tahun. Meskipun sekilas tampak bahwa Freya adalah yang paling "bucin," kenyataannya Flora-lah yang pertama kali mengungkapkan perasaannya. Siapa sangka, gadis mungil berusia 16 tahun itu berani mengajak seorang gadis 15 tahun untuk berpacaran?

Sebuah kisah yang manis dan menggemaskan.

Selama empat tahun menjalin hubungan, keduanya telah saling mengenal hingga ke detail terkecil. Flora, misalnya, tidak menyukai nasi goreng dengan daging dan lebih memilih hidangan sayur-mayur. Sementara itu, Freya cenderung memilih makanan yang sesuai dengan seleranya sendiri. Kebiasaan masing-masing pun telah mereka hafal di luar kepala, membuat mereka semakin tampak sebagai pasangan ideal.

Freya sendiri memiliki love language yang mencakup acts of service, words of affirmation, dan quality time. Sifat-sifat ini sering kali membuat teman-teman mereka, seperti Olla dan Fiony, merasa iri terhadap Flora karena memiliki pasangan seperti Freya. Di sisi lain, Jessi dan Chika sering merasa jengkel dengan celotehan kedua pasangan itu tentang betapa "gentle" Freya terhadap Flora. Tidak jarang Jessi sampai menarik bibir Olla agar berhenti berbicara, sementara Chika cukup memeluk Fiony untuk membuatnya diam.

Namun, tidak ada yang tahu bahwa hubungan Freya dan Flora tidak selalu sempurna. Kekurangan dan masalah yang mereka hadapi selalu mereka sembunyikan dengan sangat rapi. Sebagai pasangan yang profesional, mereka pandai menutupi sisi gelap hubungan mereka dari pandangan orang lain.

Flora baru saja keluar dari kamar mandi, rambutnya masih sedikit basah, dan matanya langsung bertemu dengan Freya yang tengah duduk di sofa, menatapnya dengan senyum lembut.

"Sudah?" tanya Freya dengan nada lembut, membuat Flora tersenyum kecil sambil mengangguk. Freya menepuk sisi sofa di sebelahnya, mengisyaratkan Flora untuk duduk di sampingnya.

Tanpa banyak kata, Flora melangkah mendekat. Begitu ia duduk, Freya memeluknya dari samping, lengannya erat melingkar di pinggang Flora. Kemudian, tanpa peringatan, Freya mengecup lembut leher Flora, bibirnya meninggalkan jejak-jejak kecil yang membuat Flora hanya bisa pasrah.

"Hmm, siapa lelaki tadi, sayang?" Freya akhirnya bertanya, suaranya terdengar santai, tetapi Flora tahu itu adalah awal dari sesuatu yang ia sudah duga. Freya dan sisi posesifnya.

Sejak beberapa waktu terakhir, Flora menyadari bahwa kekasihnya sering menunjukkan kecemburuan berlebihan. Tapi kali ini, pertanyaan Freya membuat Flora menghela napas panjang.

Karena tak mendapatkan jawaban, Freya menarik tubuh Flora lebih dekat, jemarinya mencengkeram pinggang Flora dengan lembut tapi tegas. "Jawab, sayang. Siapa laki-laki itu tadi? Jangan-jangan selingkuhan kamu, ya?"

Flora menelan ludah, berusaha menenangkan dirinya. Ia menggigit bibirnya, lalu menggenggam tangan Freya yang memegang pinggangnya. Suaranya bergetar saat ia berbicara, mencoba memilih kata yang tepat.

"Jangan gila, Fre. Kamu pacarku. Aku cuma sayang sama kamu. Mana mungkin aku selingkuh? Dan kalaupun aku selingkuh," Flora berhenti sejenak, menatap Freya dengan sorot serius, "aku gak mungkin melakukannya di depan kamu, sayang."

Kata-kata Flora terdengar lembut, tetapi rupanya belum cukup untuk meredakan kekhawatiran Freya.

"Kamu tahu aku benci orang yang berselingkuh, bukan? Bagaimana papaku dulu berselingkuh dengan wanita lain, dan bagaimana mamaku membalasnya dengan memacari orang lain, sementara mereka sendiri masih—"

Ucapan Freya terputus ketika Flora dengan lembut menepuk pipinya. "Hey, hey, hey! Aku di sini. Jangan seperti ini, please," ujar Flora dengan nada lembut, menatap Freya dengan penuh kasih. "Freya sayangku, aku cuma sayang sama kamu. Aku gak bakal selingkuh, sayang. Percayalah padaku, ya?"

Flora mendekat dan mengecup kening Freya lama, seolah ingin meyakinkan kekasihnya lewat sentuhan penuh kasih sayang. Setelah itu, ia tersenyum dan menarik Freya ke dalam pelukannya, memberikan rasa aman yang begitu tulus.

"I love you. Love you more than anything," bisik Flora lembut. "Jadi, percaya sama aku, ya, sayang? Aku gak akan pernah biarin siapa pun ganggu pikiran kamu lagi. Oke?"

Freya hanya bisa memeluk Flora erat, ketakutan dan bayangan kehilangan kekasihnya memenuhi benaknya. Pelukan itu seolah menjadi caranya untuk memastikan Flora tetap ada di sisinya.

"Ututututu, sayang," goda Flora dengan nada gemas, mencoba mencairkan suasana. Akhirnya, mereka berdua tertawa bersama, membuat ketegangan yang sempat muncul menguap begitu saja.

Freya tiba-tiba mendekat dan mengecup bibir Flora dengan cepat. "Aku lebih sayang sama kamu. Ingat itu," ucapnya tegas, tatapannya penuh rasa khawatir yang mendalam. "Orang tuamu yang gak berguna itu sudah membuangmu begitu saja. Merawat kamu saja mereka enggan. Lebih baik kamu tinggal selamanya bersamaku, Flo. Jangan biarkan kedua orang gila itu terus menyiksa kamu. Aku benci lihat tubuh kamu penuh luka, biru hijau di mana-mana. Aku gak tahan, Flo."

Flora menatap Freya dengan kelembutan yang tak terbantahkan. Ia mengusap pipi kiri Freya dengan tangan kanannya, mengarahkan jemarinya hingga menyentuh rahang kekasihnya. Senyum kecil tersungging di bibirnya, memberikan rasa tenang di tengah kecemasan Freya.

"Iya, sayang," bisiknya pelan. "Aku tetap sama kamu selamanya."

Freya meraih jemari Flora yang berada di wajahnya, menggenggamnya erat sebelum membawa tangan itu ke bibirnya dan mengecup punggungnya dengan penuh kasih. "Aku sayang kamu. Sayang banget," ucap Freya, suaranya sarat dengan emosi. "Jangan pernah jadi seperti orang tuaku, tukang selingkuh. Dan jangan juga jadi seperti orang tua kamu, yang tega membuang anaknya sendiri tanpa sedikit pun rasa bersalah!"

Flora hanya mengangguk patuh. Sikap lembut Freya yang selalu memberikan rasa aman membuatnya semakin jatuh cinta setiap hari. "I love you more," balas Flora, suaranya penuh ketulusan.

Namun Freya menggeleng tegas. "I'm the one that loves you more than anything. Cintamu gak sebanyak cintaku," jawabnya sambil menatap Flora dengan sorot mata serius.

Flora terkekeh kecil mendengar kekasihnya itu, lalu mengangguk sambil tersenyum. "Iya, iya. Kamu sayang aku, aku sayang kamu. Okay?" jawab Flora dengan nada menggoda, berusaha mencairkan suasana.

Freya hanya mendesah kecil sambil tersenyum, lalu menarik Flora ke dalam pelukannya lagi, memastikan kehangatan di antara mereka tetap utuh.

"Halo, udah dong bucinnya. Gue laper," protes Adel sambil melipat tangan, menatap kesal ke arah Flora dan Freya yang sejak tadi sibuk bermesraan tanpa memedulikannya.

Mungkin kalian mengira Flora dan Freya tinggal berdua saja? Jawabannya salah. Mereka tinggal bertiga, bersama Adel. Namun meski tinggal dalam satu rumah, masing-masing memiliki kamar sendiri.

Freya dan Flora tidak sekamar, tetapi setiap malam mereka selalu tidur bersama, entah itu di kamar Flora atau di kamar Freya.

"Ya sono lu bucin sama Zee," balas Freya dengan nada kesal, memutar mata seolah-olah benar-benar terganggu oleh kehadiran Adel.

Adel hanya mendengus, merasa dirinya menjadi orang ketiga yang tak diinginkan dalam momen romantis mereka. "Awas aja kalau gua beneran bucin sama Zee, lu jangan minta bantu gua kalau berantem lagi!" balas Adel sebelum beranjak, meninggalkan mereka berdua.



Haloooo, semakin berkurang deh readersku..tapi gapapa, makasih udah mampir.

FreFloShoot (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang