★chapter [Kesalahan]★

1.2K 93 3
                                    

chapter XXX

Setelah moon-talk kemarin, Lian lagi-lagi menggempur Sabil.

Sabil hanya pasrah, lagipula ia mengakui kalau setiap sentuhan Lian adalah candu baginya.

Seperti biasa, Lian yang memulainya.

Siang ini, saat makan siang, Sabil dan Lian diajak makan siang dirumah Aro dan Ratih, mereka rindu dengan anaknya juga dengan menantu nya.

Semenjak hari dimana Lian menjemput Sabil kala itu, Aro dan Ratih sudah tak mencari kabar anak dan menantunya itu, terakhir kali.. benar-benar terakhir, saat Sabil berada di rumah sakit dulu.

"Assalamualaikum." Ucap Sabil dan Lian.

Tak lama pintu itu pun terbuka, menampilkan Ratih dengan mata yang berbinar melihat dua insan didepannya itu.

"Aakkkhhh mamah kangen banget sama kamu." Ucap Ratih memeluk Sabil.

Sementara Lian memicingkan matanya, apa-apaan ini? Anaknya sebenarnya siapa?

"Sabil juga kangen Mamah!! Mamah apa kabar? Papah juga gimana kabarnya? Sehat-sehat semua kan?" Tanya Sabil kala pelukan itu sudah longgar.

"Alhamdulilah, Mamah sama Papah sehat kok. Kamu sendiri gimana? Lian gak macem-macem kan sama kamu?" Tanya Ratih khawatir.

"Engga kok, Mah. Lian baik kok sama Sabil." Ucap Sabil menenangkan Ratih.

"Ini yang jadi anak Mamah sebenernya siapa sih? Anak nya sendiri loh gak dipeluk." Ucap Lian kesal.

Sabil dan Ratih pun tertawa mendengar itu, lalu kini Ratih memeluk Lian.

"Ayo ke meja makan." Giring Ratih pada dua anak kesayangan nya itu.

Setelah semua duduk, Sabil dan Lian kini membuka suara..

"Papah mana, Mah?" Ucap keduanya.

Sabil dan Lian kini saling tatap-menatap, lalu tersenyum keduanya.

"Keluar sebentar tadi, paling bentar lagi juga pulang." Bertepatan dengan berakhirnya kalimat Ratih, pintu rumah nya terbuka..

Kini Aro jalan dengan sisa tawanya, membuat semua yang ada di meja makan heran dibuatnya.

"Kenapa, Pah?" Tanya Ratih pada suaminya itu.

"Tadi.. anak nya tetangga sebelah, baru aja satu tahun.. belajar jalan sambil dititah, lucu banget." Ucap Aro.

Sabil seketika terdiam, sebenarnya ini hanya hal biasa.. namun mengapa hatinya merasa sakit?

"Haha.. emang, Pah. Dia lucu banget." Balas Ratih.

"Papah pengen gendong deh."

"Mamah juga."

Lian yang faham akan Sabil pun kini membuka suara..

"Ayo, Mah, Pah. Lian udah laper ini!!" Putus Lian.

Segera mereka pun melaksanakan makan siang yang hangat itu, dengan Sabil yang lebih banyak diam.

Jalan SEMESTA || endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang