Part 11

2.1K 97 0
                                    

Ketiga anak kecil itu berlari ria mengelilingi lapangan luas itu. Mereka adalah sabahat yang saling menyayangi satu sama lain. Salah satu dari anak kecil itu terjatuh karena tersandung batu. Anak lainnya menolong temannya yang jatuh.

"Nggak papa?" Tanyanya.

"Agni nggak papa kok Kka." Kata anak itu yang bernama Agni.

Anak laki-laki itu membantu Agni bangun dari jatuhnya. Sementara, anak yang daritadi diam menatap Agni dengan perasaan tidak suka. Agni lagi Agni lagi.. Emang Agni anak yang paling beruntung di dunia ini. Sedangkan ia?

"Kita duduk disana aja yuk Ag!" Ajak Cakka, anak laki-laki tadi.

"Ayo!" Kata Agni semangat.

Agni dan Cakka berlari ria menuju tempat yang ditujukan Cakka, tanpa mengajak Oik, anak perempuan yang tadi menatap Agni tak suka. Bisa dibilang, kehidupan Agni itu perfect. Punya Mama dan Papa yang sayang pada Agni, dan mempunyai Cakka yang sangat menyayangi Agni.

Kalo dilihat dari penampilan, Oik jauh lebih cantik dibanding Agni. Tapi, mengapa Cakka jauh lebih memerhatikan Agni dibanding dirinya? Bukannya semua ini tidak adil? Papanya sudah lama meninggal, saat ia ada di dalam kandungan. Sedangkan Mamanya sibuk bekerja dan jarang mempedulikannya. Satu-satunya wanita yang sering membantunya adalah Tante Mia, mama Agni. Ya, Tante Mia emang baik padanya.

Dari jauh, Oik menatap Agni dengan tatapan iri. Cakka, cowok itu mengelus-elus rambut Agni yang nggak panjang-panjang. Maksudnya, Agni nggak suka panjangin rambut. Batas rambutnya sampai bahu aja. Nggak pernah rambut Agni melebihi bahu.

"Agni, mengapa hidupmu sempurna?"

Pertanyaan yang tidak ada jawabannya. Tapi Oik berujar dalam hati. Ia bertekad menjauhi Cakka dari Agni. Ya, ia ingin hidupnya seperti Agni. Bahagia dan sempurna. Harus ada sebuah perjanjian demi menjauhkan Cakka dari Agni.

***

"Lo.." Kaget Agni.

Cakka tersenyum seraya duduk disamping Agni. Tentu Agni nggak suka dengan kedatangan Cakka yang tiba-tiba. Mau apa lagi cowok itu?

"Lo cantik Ag.." Puji Cakka. Ia tidak melihat Agni, melainkan melihat pelangi di atas sana. Yang katanya Rio dapat memberikan sebuah keajaiban. Ya, Cakka percaya pelangi itu mampu memberikan keajaiban kalo usahanya kali ini ada hasilnya.

"Lo.. Lo masih ingat masa lalu lo?" Tanya Agni.

Kenapa gue bertanya tentang hal itu? Bodoh banget gue! Cakka mengalihkan pandangan dan sekarang ia melihat wajah Agni yang sedikit pucat. Hmmm, Rio benar. Pelangi itu mampu memberikan sebuah keajaiban. Lihat! Agni tidak membentaknya.

"Masa lalu? Kayaknya enggak. Kata dokter, gue nggak bisa mengingat sedikitpun tentang masa lalu gue. Emangnya kenapa? Masa lalu nggak perlu dibahas. Masa datang yang perlu kita bahas sekarang."

"Emangnya lo sakit apa sih?" Tanya Agni.

"Gue nggak sakit kok." Jawab Cakka. Ia mengalihkan pandangannya lagi ke atas langit.

"Rio suka banget pelangi." Kata Cakka.

Agni mengikuti Cakka melihat ke atas langit. Pelangi itu memang indah. Tadi Cakka sempat menggodanya menggunakan pelangi itu. Hah! Cantik apanya dia?

"Lo tau kenapa Rio itu berubah?" Tanya Agni.

"Nggak. Dia sahabat gue yang paling aneh. Apa hanya sebuah pelangi sikap dan sifatnya berubah?"

"Pelangi? Maksud lo?" Tanya Agni tak mengerti.

"Ya.. Gue juga nggak tau sih." Jawab Cakka.

Keduanya pun terdiam. Sama-sama berkutat dengan pikiran masing-masing. Cakka masih setia memandangi pelangi yang warnanya mulai pudar. Ya, mungkin Rio benar. Pelangi itu mampu memberikan keajaiban. Buktinya, sampai detik ini Agni tidak membentaknya. Apa ini cuman kebetulan aja ya?

Miracle of RainbownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang