Part 24

2.7K 105 0
                                    

"Apa mereka baik-baik saja?" Tanya Cakka. Cowok itu melihat jam di tangannya. Hampir pukul sepuluh malam.

"Yaiyalah, emangnya Gabriel mau apa-apain Shilla gitu?" Kata Alvin.

"Tapi ini terlalu lama. Gue takut kalo Shilla.."

"Ssstt. Shilla baik-baik aja, sebaiknya lo urus tuh Agni." Tunjuk Alvin ke arah tiga cewek yang sedang tertawa bersama.

Merasa namanya dipanggil, Agni tersenyum manis ke Cakka yang membuat Cakka salting. Ag.. Ag.. Seharusnya lo udah jadi pacar gue sekarang.

"Gimana dengan cowok yang satu itu?" Tanya Cakka menunjuk ke arah cowok yang duduk sendiri agak jauh dari mereka.

"Cowok stres. Lagi nunggu pacarnya. Heran gue, padahal dia klop kok sama Ify. Kok masih mau nunggu pacar yang nggak tau gimana kabarnya sih?"

Memang sih sejak awal, Rio langsung menyendiri. Dia aja setengah-setengah mengikuti acara yang menurutnya nggak ada gunanya itu.

"Kita kesana aja yuk." Ajak Cakka.

"Ng.. Jangan deh. Ntar dia ngamuk. Biarin aja, biar dia kesambet setan."

Sementara Rio, cowok itu menatap langit malam yang sangat tidak ia sukai. Mengapa? Rio benci malam. Karena disana nggak ada warna pelangi yang selalu menenangkannya. Acha.. Bagaimana kabar ceweknya itu? Apa baik-baik saja atau...

Buang Yo.. Buang! Acha nggak mungkin menyerah dan meninggalkan dirinya. Ia yakin Acha sembuh dan kehidupannya kembali menjadi normal. Tapi... Seorang cewek yang diam-diam ia sukai apa ia sanggup menghapus rasa cinta yang semakin lama semakin besar? Dimulai dari ruang musik, lapangan basket dan rumah sakit. Tiga kali pertemuan yang sangat istimewa.

Rio mencuri pandang ke arah Ify yang sepertinya udah berhenti menyukainya. Ify udah move on darinya dan ia nggak bisa berbuat apapun. Kembali Rio menatap langit malam tanpa minat. Dan, sebuah bintang yang sendiri dan yang paling terang menjadi pusat perhatiaannya. Bintang itu seperti menyampaikan suatu pesan untuknya. Apa mungkin...

***

"Selain pelangi, Acha suka sama bintang. Tapi hanya satu bintang yang Acha sukai." Kata Acha lembut sambil bersandaran di bahu Rio.

Rio tersenyum. Di malam minggu ini, mereka memutuskan jalan-jalan sambil menikmati aroma malam yang berbeda dari siang.

"Lihat!" Acha menunjuk tangannya ke atas. Tepatnya sebuah bintang mungil yang bersendiri dari teman-temannya. Namun bintang itu amat terang. "Itulah bintang Acha!"

Sedikit Rio merasakan ada kejanggalan pada diri Acha. Ceweknya itu sedang bermain teka-teki dengannya.

"Rio tau kan Acha..."

"Iya Cha. Rio tau. Jangan bahas itu lagi." Potong Rio.

Acha tersenyum sedih. "Jika Acha nggak berada disamping Rio, bintang itu akan memberitahu segalanya. Dan, jika bintang itu bersinar paling terang, pertanda Acha akan segera pergi ke..."

"Jangan bahas itu lagi!" Kata Rio sedikit membentak.

"A..Acha tau Rio marah. Acha emang bukan pacar Rio yang baik. Kita pacaran diam-diam. Tapi, Acha punya sahabat yang sangat Acha sayangi. Dia selalu ada untuk Acha. Dia lebih sempurna dari Acha. Acha harap, Rio mau menjaga sahabat Acha itu. Rio mau kan?"

***

Siapa sahabat Acha itu?

Itulah pertanyaan yang hampir ia lupakan. Selama ini, Rio tidak pernah melihat Acha bergaul dengan siapapun. Jika memang Acha berharap ia mau menjaga sahabat Acha itu, tentu Rio tidak bisa menolak. Permintaan Acha harus ia penuhi tanpa beban.

Miracle of RainbownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang