Part 16

1.9K 93 10
                                    

Udah setengah jam lebih Shilla menunggu Rio. Cowok itu nggak muncul-muncul juga. Shilla takut sesuatu terjadi pada Rio. Ia coba menelpon nomor Rio. Operator bilang, nomor itu nggak aktif. Duh.. Pasti ada sesuatu yang terjadi pada Rio. Gawat!

Sekolah udah mulai sepi. Shilla hanya ditemani mobil honda jazz Rio di belakangnya. Perasaannya mulai nggak enak. Apa sebaiknya ia menyusul Rio ke gua itu? Sendiri? Shilla nggak yakin. Jika ada teman, tentu Shilla berani.

"Dimana Rio?" Tanya Alvin yang sudah ada di sampingnya.

Shilla mendadak kaget. "Rio.. Tadi dia ke gua itu." Jawab Shilla.

Shit! Alvin memukul jidatnya. Bisa-bisanya cowok seperti Rio terkena jebakan Gabriel. Ya, ia tadi sempat melihat Gabriel masuk ke dalam gua bersama seorang gadis kecil berumuran tujuh tahun. Gue harus telpon Cakka!

"Kenapa?" Tanya Shilla.

Alvin nggak menjawab. Ia menunggu Cakka menerima panggilannya. Ayo.. Angkat Kka.. Angkat.. Kalo nggak, Rio bakal mati sekarang.

"Ya? Lo harus ke sekolah.. Rio.. Dia sedang dalam bahaya.. Oke."

"Rio kenapa?" Tanya Shilla penasaran. Ia melihat wajah Alvin yang panik.

"Pacar lo dalam bahaya!" Kata Alvin sedikit membentak.

"Lo tau darimana kalo Rio dalam bahaya?"

Sebenarnya Alvin malas menjawab pertanyaan Shilla. Tentu semua ini ada hubungannya dengan Shilla. Gabriel nggak akan menjebak Rio kalo Rio nggak nembak Shilla. Kka.. Ayo datang..

***

"Lo nggak bisa lepas begitu aja dari gue."

"Lo.." Tunjuk Rio pada seorang cowok yang tadi meninju punggungnya.

"Kenapa? Lo kaget ya? Dasar orang yang suka melanggar janji."

Cowok yang bernama Gabriel itu langsung meninju perut Rio. Rio sempat membalas tinju itu, tapi entah mengapa tenaganya saat itu tidak seperti biasa. Alhasil pukulannya tadi tidak bisa mencelakai Gabriel.

"Stop Yel! Salah gue apa? Melanggar janji apa gue?" Tanya Rio. Ia berusaha menahan rasa sakit di perutnya.

"Salah lo.." Gabriel menggantung. "Shilla. Lo pasti tau." Lanjutnya lalu meninju mulut Rio. Darah segar keluar dari mulutnya akibat tinju dari Gabriel.

"Yel.. Gue nggak ada niat pacaran sama Shilla.." Kata Rio membela diri.

Gabriel menatap Rio tajam. Sekali lagi, ia meninju Rio sampai Rio jatuh ke bawah. Pintar juga ya Rio, nggak mau membalas perbuatannya. Apa Rio sudah tau kesalahannya?

"Terus, kenapa lo macarain dia? Gue tau lo lebih sempurna dari gue. Gue tau lo cowok nomor satu di SMA Vega, bahkan mungkin di seluruh dunia. Gue tau wajah gue nggak setampan wajah lo. Dan gue tau, Shilla sangat menyukai lo dan lo janji nggak akan macarin dia. Tapi sekarang, lo malah buat pengakuan kalo lo jadian sama Shilla kemarin. Sahabat macam apa lo? Ohya, kita kan bukan sahabat lagi. Jadi suka-suka lo aja mau nembak siapa saja." Kata Gabriel. Ia melihat puas ke arah Rio yang mungkin sebentar lagi pingsan. Dasar cowok lemah!

"Gu.. Gue nggak suka sama Shilla." Kata Rio.

"Nggak suka? Kalo nggak suka, kenapa lo nembak dia?"

Sangat sulit memberi penjelasan pada Gabriel. "Karena ada satu hal. Makanya gue terpaksa nembak dia. Dan hubungan gue sama Shilla nggak akan lama."

"Pembohong! Pendusta!" Bentak Gabriel. Lalu, ia mengeluarkan pisau lipat dari balik jaketnya. Rio terhenyak. Gabriel mau membunuhnya? Hanya karena Shilla? Pisau itu kini berada di perutnya dan siap menusuk ulu hatinya.

Miracle of RainbownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang