Part 5

2.7K 128 0
                                    

Pelangi di sore hari itu menjadikan sebuah pemandangan yang indah. Dua cewek sedang berjalan menelusuri taman yang asri itu. Gerimis rintik-rintik membuat mereka memaksa menggunakan topi, karena kalo tidak penyakit flu lebih cepat menyerang dan membuat tubuh menjadi lemah.

"Lihat! Pelangi itu indah banget ya." Puji Sivia menatap langit.

Ify mengangguk. Pelangi memiliki arti tersendiri baginya. Pelangi bukan saja indah dan membuat pemandangan menjadi lebih berwarna. Tapi ada arti lain dari pemunculan pelangi itu. Ingin saja Ify kembali pada masa kanak-kanaknya dan menyanyikan lagu Pelangi.

"Gue heran deh. Kok Kota Bandung sekarang ini dihujani pelangi ya?"

Mungkin kata orang yang ia pikirkan benar. Ingatlah selalu dengan pelangi dan kau pasti menemukan keajaiban disana. Keajaiban yang ingin ia dapatkan adalah bisa menjadi sahabat dekat cowok yang sangat ia sukai. Rio.. Apakah pelangi dapat membantunya? Betapa konyolnya ia berharap pada pelangi kalo ia tidak berusaha.

"Fy, lo lagi mikirin apa?" Tanya Sivia.

"Ng.. Nggak ada kok Vi. Emang sih, belakang-belakangan ini pelangi sering muncul. Ajaib banget ya."

"Hmm, emangnya ada apa ya? Seperti ada sesuatu yang membuat pelangi itu muncul menghiasi kota ini."

Tidak. Ia tidak boleh menangis lagi. Ify sudah berjanji untuk tidak menangisi orang yang dipikirkannya. Ah ya, bagaimana kabarnya? Apa dia baik-baik saja disana? Orang itu tak pernah memberinya kabar.

"Apa masuk akal Vi kalo kita berharap pada pelangi?" Tanya Ify.

Sivia memandangi Ify heran. "Enggak lah Fy. Pelangi itu benda mati. Bukan Tuhan yang bisa mengabulkan doa kita. Sama saja seperti bintang jatuh. Kata orang, kalo ada bintang jatuh harapan kita akan terwujud. Bodoh sekali yang mempunyai pemikiran kayak gitu."

Benar juga. Pelangi itu benda mati. Pelangi itu bukan Tuhan. Tapi, Ify yakin sekali. Pelangi itu dapat memberikan keajaiban yang tak terduga. Ify selalu mengingat perkataan sahabatnya mengenai pelangi itu. Sahabat yang sangat ia rindukan dan tidak tau bagaimana kabarnya.

"Eh, bukannya itu kak Alvin?" Tanya Sivia.

"Iya. Udah, samperin aja." Kata Ify.

Dengan semangat, Sivia meninggalkan Ify menuju tempat Alvin berada. Cowok itu sedang jalan santai sambil mendengarkan earphone di ipodnya. Timbul ide untuk membuat cowok playboy itu penasaran. Sivia mulai melakukan aksinya.

Benar juga! Alvin tertarik padanya. Yeah! Ide berjalan lancar. Cowok playboy itu akhirnya kena juga. Sivia ingin saja tersenyum tapi ia tahan. Ia nggak mau ketauan Alvin kalo ia sednag pura-pura.

"Mmm, hai!" Sapa Alvin ramah. Yang disapa cuek saja. Lalu Alvin melepaskan earphonenya seraya menatap cewek yang ia lihat itu.

"Lo tuli ya?" Tanya Alvin bercanda. Tapi cewek itu tak merespon. Sivia sedikit melihat wajah Alvin, lalu ia beralih melihat pemandangan lain.

"Hello!" Kata Alvin lebih keras.

Dalam hati, Sivia tertawa ngakak. Alvin kena dalam idenya. Cowok itu penasaran bukan melihat sikapnya yang cuek? Sivia melihat jam ditangannya. Hmmm, sebaiknya pergi aja deh. Nggak nahan ada di tempat ini. Tapi...

"Mau kemana lo? Sebenarnya lo siapa sih? Ngapain lo cuek gitu? Lo tuli apa buta sih?" Tanya Alvin tanpa titik, koma dan jeda.

Oke. Kali ini Sivia bermaksud merespon perkataan Alvin. Jika dipikir-pikir, kasian juga kan kalo Alvin dicuekin?

"Maaf kak. Aku harus pergi." Kata Sivia. Tapi tangan Alvin tidak mau melepasnya. Duh, kok jadi dek-dekan gitu ya? Beneran. Tangan Alvin itu rasanya gimana gitu ( Emang makanan? ).

Miracle of RainbownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang