Part 14

2K 97 2
                                    

Kecemasan terlihat jelas pada wajah suami-istri itu. Asri mondar-mandir di luar ruangan tempat putrinya dirawat. Sementara Iqbal duduk ditemani hati dan jiwa yang tidak tenang. Acha? Kenapa kamu bisa terkena kanker? Padahal keluarga Papa nggak ada yang terkena kanker. Itulah kuasa Tuhan. Jika Tuhan menakdirkan putrinya terkena kanker, tentu takdir itu nggak bisa diubah. Kitalah yang berusaha dan Tuhan yang menentukan.

Seorang dokter keluar dari ruangan tempat Acha di rawat. Dokter itu berbicara serius dengan Iqbal. Asri menyimak pembicaraan itu dengan hati yang tidak tenang.

"Penyakit anak anda semakin parah. Tapi tenang saja, kami berusaha menyembuhkan putri anda. Berdoalah. Tuhan pasti mengabulkan doa hamba-Nya."

"Terimakasih dok. Lakukan yang terbaik untuk putri saya." Jawab Iqbal.

Dokter itu mengangguk seraya meninggalkan Iqbal. Iqbal menatap istrinya yang sepertinya ingin menangis.

"Percayalah, Tuhan akan menyembukan penyakit putri kita." Kata Iqbal tersenyum.

"Iya Pa." Jawab Asri.

Hatinya mulai tenang. Namun, ada sesuatu yang tidak bisa ditenangkan #halah#. Ia teringat dengan Rio, kekasih putrinya itu. Setelah ia memberi kabar ke Rio, ia tidak yakin Rio tenang. Tentu Rio memohon pada Papanya untuk segera terbang ke Singapura demi menjenguk Acha, cintanya yang tak pernah tergantikan. Selamanya.

***

"Sudah capek nih teriaknya?"

"Siapa lo?" Ketus Sivia tanpa menoleh pada orang yang memanggilnya. Orang itu duduk di samping Sivia.

"Gue nggak sedih kok Vi, asalkan lo bahagia." Kata orang itu yang tak lain adalah Alvin. "Tapi jika diliat dari wajah lo, lo kok sedih gitu ya? Ada masalah apa?" Lanjut Alvin.

Setelah ia sadar cowok di sampingnya adalah Alvin, perasaannya campur aduk. Ingin sekali ia memeluk Alvin dan mengatakan kalo ia cinta ama Alvin. Tapi, di sisi lain hatinya menolak untuk melakukan semua itu.

"Gue mencintai lo dengan sepenuh hati. Gue sadar, lo lah cinta gue yang sebenarnya. Meskipun lo nolak gue atau benci gue, gue nggak akan pindah ke lain hati. Hanya lo Vi yang ada direlung hati gue.." Kata Alvin.

Langit berubah menjadi gelap, pertanda hujan segera tiba. Namun, kala itu matahari tidak mau mengalah. Sang surya itu tetap menyinari dunia. Lalu, rintik-rintik air turun membasahi sebagian kota Bandung. Alhasil, muncul di langit sebuah lengkungan yang indah.

"Pelangi itu begitu indah." Kata Alvin menatap pelangi di atas langit itu. Sivia tertarik dan memilih melihat pelangi itu.

"Gue akhirnya tau kenapa Rio muji pelangi habis-habisan." Kata Alvin.

"Ohya?" Tanya Sivia.

"Coba lo liat pelangi itu. Cantik bukan? Perasaan gue nyaman kala gue liat pelangi itu. Gue yakin, masalah Rio sama kayak gue. Tentang cinta dan kesakitan." Kata Alvin.

Sivia tidak mengerti.

"Gue tau lo nggak ngerti. Sedikit gue buka rahasia Rio. Cowok itu udah punya pacar dan pacarnya meninggalkannya. Makanya dia depresi berat dan sikapnya berubah kayak bunglon." Kata Alvin.

Jadi, Rio udah punya pacar? Terus, gimana reaksi Ify dan sejuta cewek yang mengidolakan Rio? Tentu mereka patah hati. Tapi, kok cewek Rio meninggalkan Rio ya? Ada apa sih? Lha, kok gue jadi penasaran gitu ya?

"Cerita gue gantung ya? Gue aja kecewa sama Rio karena dia nggak mau cerita lagi." Kata Alvin yang dapat membaca pikiran Sivia.

"Mmm, jangan omongin Kak Rio deh. Via tambah penasaran lagi." Kata Sivia.

Miracle of RainbownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang