Bahasa Indonesia menjadi pembuka untuk asupan pengetahuan kali ini di XII-IPA 1, dengan Pak Lean sebagai pengajarnya. Semua berpusat pada lingkar bahasan. Pelajari, presentasi, lalu evaluasi. Begitulah cara kerja Pak Lean secara garis besarnya. Dominan mengarahkan mereka yang di didik olehnya untuk bermandiri dalam mengasah pemahamannya alih-alih memberikan pemaparan panjang lebar sejak awal.
Setiap memasuki bab baru, pembentukan kelompok akan kembali diperbarui. Bab tersebut kemudian akan di pecah menjadi beberapa bagian bahasan sesuai jumlah kelompok yang ada untuk di bedah dan dapat di presentasikan sebaik mungkin. Pak Lean sebatas memantau proses berjalannya semua itu.
Memberi poin plus bagi mereka yang menghidupkan dan mensukseskan presentasi.
Menutupnya dengan tes tulis atau tes lisan untuk pemantapan evaluasi.
Dan demikian seterusnya.
Kini, masing-masing kelompok diketuai oleh nama-nama paling menonjol di kelas. Dan dari tujuh kelompok dengan masing-masing tiga rekan lainnya itu, Alna termasuk salah satu yang tertulis paling pertama, mengepalai kelompok 4. Deda hanya supaya terpisah dengan Alna sengaja Pak Lean kunci bahkan, di kelompok 3. Abu di kelompok 2, dan sebiji Ziyanisa alias si Ketua OSIS itu, di kelompok 1.
"Untuk sekarang, silahkan kalian pahami materi yang sudah dibagi rata ini. Pertemuan selanjutnya kita langsung presentasi dari kelompok pertama seperti biasa ya. Jika ada yang ingin ditanyakan, coba dicari dulu jawabannya sebisa mungkin dari berbagai sumber. Baru, jika dirasa masih juga belum mengerti, sampaikan ke Bapak, Paham? Untuk ketua kelompok, jika anggotanya ada yang cuma 'numpang nama' tandai, kalau emang merasa dirugikan. Nggak usah mikirin ini itu lagilah. Ini itunya jadi urusan Bapak nanti. Jelas, ya? Silahkan."
Tangan Alna cepat mengudara.
"Ya, Alna?"
"Untuk PHB saya yang bolong-bolong selama nggak masuk kemarin, apa masih bisa saya perbaiki, Pak?" Penilaian hasil belajar memiliki pengaruh yang patut diperjuangkan menuju capaian riwayat pendidikan yang paling tidak membuat Alna tidak terbanting-banting amat nyempil di habitat anak-anak emas ini. Selagi bisa.
"Oh, ya. Kamu bisa mengikuti evaluasi susulannya dan membuat mind map yang kreatif, nanti kumpulkan saja ke meja Bapak. Kalau bisa pertemuan selanjutnya harus sudah beres tapi ya, paling lambatnya. Buat evaluasi susulannya ..." Pak Lean sesaat melirik benda mengkilap yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. "Ya, nanti pas istirahat pertama juga bisa kalau kamu siap. Materi yang di evaluasinya bab 3. Pengerjaannya di ruang ppdb aja, kamu bisa cari saya di rg."
Ruang penerimaan peserta didik baru dan ruang guru bersebelahan, tepat di dekat gerbang utama. Mudah saja Alna mengayunkan kaki ke sana dan mengerjakan tes tulis dengan persiapan yang mantap. Masalahnya, untuk urusan semacam mind mapping setektek bengeknya untuk Alna itu paling berat pengeksekusiannya. Merepotkan.
"Pak, mind mapping-Nya diganti sama presentasi nggak buruk juga sih rasa-rasanya ya, menurut saya. Malahan lebih menghemat waktu lagi tuh. Nggak perlu sampai nunggu besok apa pertemuan selanjutnya, sekarang juga bisa saya sanggupi kok, Pak. Banget. Aslian. Presentasi. Sendiri. Bab 3. Mencakup seluruh materinya, gapapa deh. Ya, Pak?" Alna memelas.
"Kalau kamu nggak merasa terbebani."
"Asal Bapak sepakat aja."
"Oke, silahkan. Sekarang juga bisa kamu sanggupi kan katanya?"
Semangat Alna meningkat drastis.
"Tapi di sesi tanya jawabnya, Ziya sama Abu kali ini cukup menambahkan atau membantu menjawab pertanyaan yang barangkali perlu dibantu saja ya kalian, tolong. Supaya yang lainnya berkesempatan mendapatkan banyak poin juga."

YOU ARE READING
Di S5
Teen FictionDuduk bersama dan membicarakan banyak hal. Menyantap bekal makan siang pada jam istirahat dengan persatuan lauk pauk yang beragam dalam satu perkumpulan melingkar. Lelucon demi lelucon menyenangkan, lengkap dengan segala penyokong yang berkilauan. S...