"Papa, papa, apa Cyan akan baik-baik saja?" Aku bertanya dengan khawatir. Tadinya aku dan Cyan sedang bermain boneka dan tiba-tiba Cyan mengeluarkan darah dari hidungnya.
"Tentu, papa akan segera menyembuhkannya." Kata papa sambil membawa Cyan masuk ke laboratorium pribadi milik papa. Papa bilang aku tidak boleh masuk, jadi aku duduk di depan pintu laboratorium.
"AAAAAAAAAAA!!!!!!!!"
"Cyan?! Cyan kenapa?!?" Aku memukul-mukul pintu laboratorium hingga tanganku sakit. Tapi papa dan Cyan tidak keluar juga. Aku ketakutan. Teriakan Cyan tidak kunjung berhenti. Aku menangis dan berdoa di depan pintu sampai pintu itu terbuka. "Cyan kenapa???" Ia hanya tersenyum dan memberikan tatapan kosong padaku. Aku memeluknya dan menangis. Tapi Cyan mendorongku dan menggerakkan bibirnya tanpa suara.
'Cyan akan bertahan demi kakak'
oOo
KRIIIING!!!
Klik!
"Ugh..." Aku menarik tubuh hingga terduduk di atas kasurku. Menyentuh kepalaku yang terasa seperti baru dihantam dinding. Mimpi-mimpi itu terus berdatangan seperti flashback yang tidak akan pernah berakhir. Membuatku tidak bisa tidur nyenyak dan menciptakan kantung hitam di bawah mataku.
Aku berusaha mengingat-ingat apa isi mimpiku tadi dan yang ku ingat hanya saat aku bermain boneka dengan seorang anak kecil yang terlihat mirip denganku. Rambut coklat yang sama, wajah yang sama, hanya saja matanya berwarna coklat. Tidak biru seperti milikku. Aku rasa itu ingatanku saat berumur lima tahun dan anak itu adalah teman masa kecilku.
Masih mengenakan baju putih berukuran XXL dan celana pendek yang aku gunakan untuk tidur. Aku merebahkan diri di sofa sambil menggerakkan jariku menekan-nekan remote TV. Mencari channel yang menayangkan Spongebob dan mulai bergumam menirukan bajak laut di lagu opening Spongebob. Jariku berhenti menekan saat ku lihat nama kotaku tercantum di layar TV, di bawah pembawa berita yang sedang membawakan berita tentunya.
"... Eye Killer beraksi lagi. Kali ini seorang wanita ditemukan tewas di bangku taman kota, kota X. Warga menemukan..."
Taman kota... Hanya beberapa meter dari sini. Pikirku dalam hati. Pandanganku kembali terfokus ke layar TV saat juru kamera menyorotkan kameranya ke wajah seorang wanita yang di masukan ke mobil ambulan dengan ranjang pasien.
Eye Killer adalah pembunuh berantai yang akhir-akhir ini berkeliaran di kotaku. Mereka menyebutnya begitu karena Ia selalu mengambil satu mata korbannya. Dan ku sadari semua korbannya adalah seorang wanita dengan mata berwarna biru...
Bzzzzzt!!! Bzzzzt!!! Bzzzzt!!!
Jantungku berhenti berdetak untuk beberapa detik dan aku merasakan dingin menjalar ke seluruh tubuhku karena kaget. Ku raih HP di atas meja di depanku dan melirik nama yang muncul di layarnya. Telepon dari papa! Aku langsung menggeser icon di layarku ke kanan untuk mengangkat telepon tersebut.
"Papa!"
"Selamat pagi, putri kecilku. Bagaimana kabarmu?"
"Aku baik-baik saja~ Tapi kepalaku terasa sakit setiap bangun tidur. Padahal aku sudah meminum obat pemberian papa..." Keluhku sambil kembali mencari Spongebob. Papa terdiam untuk beberapa saat, sampai aku berteriak memanggilnya.
"Papa sedang memikirkan solusi untukmu sayang." Aku tertawa kecil, lalu mengangguk walau papa tidak mungkin melihatnya. Aku bisa mendengar papa mendesah frustasi dari kejauhan lalu berkata pelan 'Mungkin memang sudah saatnya'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Wolf
Ciencia Ficción"Orang yang selama ini ku sayang... Adalah orang yang menciptakan monster dalam diriku. Orang yang selama ini ku benci... Adalah orang yang selalu melindungi ku Dan aku buta akan itu..." "Aku tidak tahu lagi siapa yang bisa aku percaya." ___________...