Chapter 16 - Hera

171 6 0
                                    

Setelah berjalan beberapa saat, Mac merasakan aura seseorang yang masih berkeliaran di sekitar mereka. Setelah memastikan keberadaan pemilik aura itu berada tak jauh dari mereka, Mac mengajukan sebuah pertanyaan. "Chrona, kau yakin sudah mengungsikan semua tawanan disini, kan?"

"Tentu saja." sahut Chrona mantap. "Aku dan Medella sudah menelusuri seluruh bagian pulau ini dengan memanfaatkan sihir. Tak disangka mempunyai sihir mampu menghemat banyak waktu untuk hal begini." lanjutnya sembari tertawa bangga.

"Lantas, siapa orang yang sedang mengikuti kita ini?" tanya Mac lagi yang dengan cepat membalikkan badannya dan bersiap untuk menyerang dengan aura kuning miliknya yang sudah berpendar di telapak tangannya. Dia mengarahkan serangannya pada pohon yang berada di sisi timur. "Kau masih tak mau menampakkan diri?" lanjut Mac pada orang yang sedang bersembunyi di balik daun lebat yang mulai mengering.

Suasana hening, orang tersebut masih tidak ingin menunjukkan batang hidungnya. Tak ada pilihan, Mac melancarkan serangannya. Dengan cepat aura kuning yang tadinya masih melekat di tangan Mac kini sudah menerjang pohon. Tak ada reaksi, Mac kembali melancarkan serangannya karena dia yakin ada seseorang yang sedang bersembunyi di balik pohon. Kali ini, tetap tak ada reaksi dari orang yang menguntit itu.

Tak ingin menghabiskan waktu, Terra segera menghentakkan kakinya. Tanah bergetar hingga menimbulkan retakan yang menjalar menuju pohon tempat Mac menyerang. Ventus juga mengibaskan angin kencang untuk membuka tirai daun yang menyembunyikan orang kukuh tersebut.

Merasa ada gerakan, Mac kembali melemparkan aura kuningnya pada orang tersebut. Mac tak ingin kehilangan orang yang dikejarnya. Tiba-tiba, Mac merasakan gerakan orang itu melambat, hingga akhirnya berhenti total. Ternyata Chrona ikut turun tangan dalam penangkapan orang itu.

Dengan cepat Ventus kembali mengibaskan tangannya, membuat ranting pohon yang tipis terbelah dan menunjukkan sosok perempuan muda berambut panjang dengan senapan laras pendek yang diikatkan pada kedua pahanya. Jas panjang berwarna coklat muda dan bertudung serta sepatu boot coklat tua yang dikenakannya membuat para lelaki terpesona untuk beberapa saat.

Perempuan itu terlihat ingin kabur. Namun, pengaruh sihir Chrona belum lepas hingga membuatnya tetap berdiri tegak menghadap Mac dan anak-anak.

"Berjanjilah untuk tidak pergi lagi. Kami tidak akan menyakitimu disini." kata Mac pada perempuan yang sedang berdiri di atas pohon itu. "Kalau kau berjanji tak akan kabur, aku akan menyuruh dia untuk melepaskanmu." lanjut Mac seraya menunjuk ke arah Chrona.

"Aku tahu kau tidak akan berani menyakitiku." jawab perempuan itu dengan sombong. "Lagipula, apa yang bisa kau lakukan tanpa sihir?" tantangnya yang tak bisa menggerakkan tubuhnya yang lain selain wajahnya.

"Hei!! Jaga ucapanmu." teriak Ignis mulai kesal. "Apa yang bisa kau lakukan tanpa sihir?! Memangnya kamu siapa? Aku Ignis, orang pertama yang akan menantangmu untuk bertarung!!"

"Hmph, pria yang bersemangat. Kalian berlima boleh maju sekaligus." sahut perempuan muda itu menunjuk ke Fragor, Terra, Ventus, Aqua dan Ignis dengan matanya yang bisa bergerak bebas. "Jika kalian kalah, kalian harus melakukan apapun yang kuperintahkan."

Mac kaget mendengar tantangan yang dilontarkan oleh perempuan muda itu, Siapa dia sebenarnya? gumam Mac penasaran. "Lalu, apa yang akan kau berikan jika kau kalah dari mereka?" ujar Mac yang tak sabar melihat kemampuan perempuan berpistol itu.

"Aku yakin aku tak akan kalah dari mereka." sahut perempuan itu yakin. Dia menatap dengan senyum penuh kemenangan. "Hmm, kalau kau yakin bisa mengalahkanku, aku akan menceritakan apapun yang ingin kau ketahui tentang diriku dan Xerell ini."

"Memangnya kau siapa? Kau hanyalah gadis kecil yang sombong yang sedang bertengger di atas pohon layaknya monyet." sindir Ignis sembari tertawa terbahak-bahak.

Eleos and The Dimension PathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang