Aku menahan diri agar tidak terjatuh saat menyaksikan pemandangan yang begitu menusuk hati ketika orang yang kucintai sedang bercumbu dengan orang lain.
"Azizi!" teriakku dengan penuh emosi, merasa muak melihat mereka yang semakin intim. Wanita yang kupanggil langsung menatapku dengan ekspresi terkejut. Ia buru-buru meraih pakaiannya, sementara wanita yang bersamanya berusaha menutupi tubuhnya dengan wajah yang memerah malu.
"Sayang, ini gak seperti yang—"
Sebuah tamparan keras menghentikan ucapannya. Azizi hanya bisa terdiam, menatapku dengan tatapan marah yang tidak lagi membuatku gentar.
"Aku tahu alasannya, Zi. Kamu pasti mau nyalahin aku karena aku jarang di rumah, benar gak? Sampah! Drama ini pasti yang kamu mau? Ok! Kita putus!" ucapku tegas, tanpa ragu.
Sebelum pergi, aku menendang kakinya hingga ia berteriak kesakitan. Aku segera meninggalkan apartemen itu tanpa menoleh sedikit pun.
Di dalam mobil, aku tak tahu harus pergi ke mana. Kemudi yang kugenggam kutumbuk berkali-kali, teriakan penuh frustrasi keluar dari mulutku. Tanganku bergetar saat memegangi dada kiriku, mencoba menenangkan denyut jantungku yang terasa seolah akan meledak. Aku menggenggam bajuku erat, meremasnya sambil menahan isakan yang nyaris tak terbendung.
"Wanita sialan!" desisku pelan, sebelum akhirnya menyandarkan punggungku ke kursi.
Mataku tertuju pada ponsel yang berdering di dashboard. Nama Adel terpampang di layar, adik dari... mantanku. Sebuah kata yang baru beberapa menit ini kutegaskan dalam hidupku. Ironis. Jijik sekali rasanya menyebutnya begitu.
Aku tidak menjawab panggilan itu. Dengan cepat, kuambil tisu dari dashboard untuk menyeka air mataku yang terus mengalir. Sialan, aku terlihat begitu menyedihkan setelah menangis. Wajahku berantakan, riasanku hampir luntur sepenuhnya.
Menghela napas panjang, aku mengambil pembersih wajah dari dalam tas kecilku dan menghapus semua makeup yang tersisa. Biarlah, tidak ada gunanya aku terlihat cantik di depan dunia yang penuh orang-orang brengsek.
Setelah menenangkan diri, aku keluar dari mobil dan berjalan santai menuju toko serba ada yang terletak tak jauh dari tempat parkir. Udara malam yang dingin menusuk tulangku, dan aku memutuskan untuk mencari sesuatu yang hangat untuk dimakan. Malam ini terasa terlalu dingin, mendukung sekali untuk menyantap ramen.
Aku memilih cup ramen ukuran besar berwarna merah, lalu menambahkan beberapa lembar keju dan hot dog jumbo. Tak lupa, aku mengambil dua kotak susu cokelat dingin dari kulkas serta sebotol air mineral. Saat beranjak menuju kasir, aku teringat sesuatu, sudah tentu saja onigiri! Aku kembali mengambilnya sebelum akhirnya meletakkan semua barang di konter kasir.
Penjaga kasir, seorang wanita muda dengan rambut pendek yang rapi, terkekeh pelan sambil berkata, "Wah, kamu kayak mau mukbang ala-ala orang Korea, ya?" Komentarnya membuatku spontan tertawa kecil.
Aku tersadar bahwa pilihan makananku memang seperti hidangan yang sering terlihat di video mukbang. Padahal, jika dipikir-pikir, uangku mungkin akan habis setelah membeli semua ini. Namun, sebelum aku bisa merespons, wanita itu melanjutkan, "Eh, tapi kamu nggak perlu bayar semuanya, kok. Ada syaratnya. Kita makan bareng aja. Gimana?"
Aku menaikkan alisku, bingung. Apa dia baru saja mengajakku makan bersama?
"Serius?" tanyaku ragu.
Dia tersenyum santai, "Boleh, atau kalau kamu masih mau bayar, nggak apa-apa juga. Tapi you know, aku udah kasih penawaran yang lumayan bagus, lho!"
Aku tak bisa menahan tawa kecil, lalu mengangguk setuju. Lagipula, aku bisa menghemat uang, bukan? Selain itu, dia terlihat ramah, berbeda dari kebanyakan penjaga kasir wanita yang seringkali hanya ramah pada pria tampan.

KAMU SEDANG MEMBACA
FreFloShoot (Hiatus)
Kurzgeschichten[ Up Random ] • Mature • Jangan berdebat tentang siapa yang Dom dan Siapa yang Sub (Tak cokot koe)