Rafa memandang takjub keindahan alam yang ada di hadapannya. Senyumnya merekah begitu melihat pantai yang terbentang luas dengan pasir putih dan deburan ombak yang menenangkan, tak lupa juga semilir angin yang menyegarkan. Suasana damai ini membuat hatinya terasa tenteram dalam sesaat.
Masih dengan senyum yang terukir di wajahnya, Rafa menoleh ke arah samping. Matanya bertemu dengan iris gelap milik Ezra. Pemuda itu balik tersenyum saat melihat Rafa yang tampak senang karena ia ajak ke tempat ini.
"Pantainya indah, 'kan?" tanya Ezra.
Rafa mengangguk kemudian berjalan mendekat ke perairan. Ia membungkuk untuk mencelupkan tangannya ke air, lantas mencipratkannya ke sembarang arah, membuatnya terlihat seperti seorang anak kecil di mata Ezra.
Merasa kurang puas, Rafa melirik Ezra yang berada di sisinya. Ia kembali mencipratkan air ke pemuda itu hingga membuat sang empu terkejut.
Mendapati raut wajah Ezra yang berubah lucu membuat Rafa semakin bersemangat. Ia menggerakkan tangannya lebih cepat untuk kembali memberi Ezra cipratan air laut yang kini sudah mengenai wajah pemuda itu.
"Hey, apa-apaan ini," seru Ezra sambil menutupi wajahnya dengan lengan. Meski begitu, senyum tipis terukir di balik sana.
"Hahaha terima ini lagi!"
Bukannya berhenti, Rafa malah tertawa riang melihat Ezra. Ia merasa sangat senang karena sudah dibawa ke tempat setenang dan seindah ini, terlebih lagi yang mengajaknya adalah Ezra. Seorang pemuda dengan nama yang berhasil terukir indah di relung hatinya.
Melihat Rafa yang mentertawakannya membuat Ezra segera mengambil ancang-ancang untuk menangkap anak itu. Namun, Rafa yang menyadarinya langsung berlari sekencang mungkin untuk menghindar.
Mendapati hal tersebut membuat Ezra mempercepat langkahnya agar bisa menangkap Rafa yang kini berlari di sepanjang tepi pantai. Sedangkan Rafa sendiri masih tertawa sambil sesekali menoleh ke arah belakang untuk memastikan apakah Ezra berhasil mengikis jarak di antara mereka.
"Jangan kabur!" teriak Ezra yang disusul dengan kekehan kecil begitu melihat Rafa yang tersandung karena saking kencangnya berlari.
Keduanya terus berlari di sepanjang pantai dengan ditemani langit senja yang berwarna merah keemasan. Selalu saja di saat momen indah seperti ini waktu seolah berjalan perlahan.
Hingga akhirnya Ezra berhasil menangkap Rafa, membawa pemuda itu ke dalam pelukannya dan memutar tubuhnya dengan tawa yang mengisi udara.
Bagi mereka berdua tak ada yang lebih berharga selain tawa yang keluar dengan bebas, dan hangatnya kebersamaan yang penuh makna.
Saat ini dunia terasa sempurna hanya dengan hadiran mereka satu sama lain. Hadirnya Ezra dalam kehidupan Rafa yang penuh luka, serta masuknya Rafa ke dalam dunia Ezra yang sepi, berhasil menggabungkan dua jiwa dalam satu dunia yang diselimuti oleh rasa sakit.
__
"Woi, balikin chiki gue!"
"Bentar elah, orang gue cuma minta dikit doang. Pelit banget lu."
"Mangkanya beli, nyet!"
"Kasar banget lu, Ra. Balik sono ke tempat duduk lu, jangan duduk di sini lagi."
"Baper."
Noah memandang datar dua orang yang duduk di depannya. Sedari tadi tak hentinya ia mendengar pertengkaran Raka dan Sandi karena masalah chiki.
Ia mengalihkan atensinya ke arah kursi di sampingnya. Kursi yang biasa diduduki Raka kini berganti pemilik, menjadi Ezra yang duduk di sana. Sementara Raka pindah dari yang tadinya duduk satu meja dengan Noah, kini malah pindah untuk duduk bersama Sandi. Mereka bertukar tempat duduk sebab Raka yang memintanya. Meski Noah sempat menolak, tetapi Raka terus memaksa, dan mau tak mau Noah membiarkan pemuda itu melakukan apa yang ia inginkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mata Kembar Buta [BxB]
General Fiction⚠️BxB Rafael Melviano, seorang pemuda biasa yang selalu mendapat perundungan dari teman sekelasnya. Entah dosa apa yang telah ia perbuat, hingga pantas mendapat luka berupa umpatan yang menyayat jiwa dan kekerasan fisik yang menghunus raga. Meski ba...