Bab 32

145 20 2
                                    

Noah mengepalkan kedua tangan dengan kuat, dadanya naik turun menahan emosi yang kapan saja bisa meledak. Manik elangnya menatap pemuda di depannya dengan sorot mata yang penuh akan kemarahan, namun terselip kekecewaan yang mendalam.

"Kenapa? Kenapa lu mau ngakhirin hubungan ini sepihak?" tanyanya.

"Karna gue gak beneran cinta sama lo, dan seharusnya lu sadar akan hal itu sedari awal."

Noah membuang pandangan ke arah lain. Tanpa sadar air matanya mulai keluar begitu mendengar penuturan Raka. Ia tak percaya jika kata-kata tersebut keluar dari mulut orang yang paling ia cintai.

"Gue gak percaya. Lu pasti boong, 'kan?"

"Buat apa gue boong? Selama ini gue mau sama lu itu cuma karna gue kasian liat lu yang gak punya tempat buat pulang," balas Raka. Pemuda itu tampak tak merasa bersalah setelah mengatakan kalimat yang berhasil membuat hati Noah terasa seperti dihunus ribuan tombak.

"Setelah apa yang gue lakuin buat lu, ini balasan yang gue dapet?"

Raka hanya diam tanpa berniat menjawab. Entah mengapa hatinya seketika terasa perih ketika menyaksikan Noah menangis karena keputusannya.

"Sebelas tahun, Ra. Sebelas tahun kita bareng, dan selama itu juga gue udah berjuang buat hubungan ini. Gue selalu nurutin permintaan lu dan selalu jadi tameng yang ngelindungin lu. Tapi sekarang apa? Sekarang dengan gampangnya lu bilang kalo hubungan kita terjalin cuma karna rasa kasian?" Noah tertawa miris. Sebegitu kasihan kah dirinya hingga Raka terpaksa menjalin hubungan ini hanya karena sebuah rasa empati?

"Gue gak pernah minta hal itu, malahan lu yang dengan suka rela ngasih semuanya ke gue," ketus Raka.

"Udah kan gak ada yang mau diomongin lagi? Kalau iya, gue pergi," lanjutnya seraya berbalik untuk berjalan pergi. Namun, niat tersebut tak dapat terlaksana karena Noah lebih dulu menarik lengannya dan mendorong tubuh Raka ke loker dengan kasar.

Raka tertegun, ia tak pernah diperlakukan kasar oleh Noah seperti ini sebelumnya, terlebih lagi manik pemuda itu yang menatapnya tajam dengan tangan yang mencekram bahu Raka kuat.

"Kasih alasan yang masuk akal, gue gak nerima jawaban konyol lu tadi," titah Noah dengan nada yang penuh akan penekanan.

Raka menelan ludahnya kasar. Ia membuang pandangan ke samping, tak sanggup melihat wajah Noah yang terlihat sangat mengerikan dalam situasi ini.

"G-gak ada alasan lain ... gue emang mau udahan," timpal Raka gugup.

Secara perlahan dapat Raka rasakan jika cengkraman pada bahunya mulai melonggar. Ia menoleh dan mendapati Noah yang masih melihatnya dengan air wajah yang sulit diartikan.

Dalam tatapan tersebut dapat Raka ketahui jika pemuda itu merasakan kekecewaan yang teramat besar padanya. Tanpa sadar, setitik air mata mulai turun membasahi pipinya ketika Raka mengingat alasan sebenarnya ia memutuskan hubungan dengan Noah. Bukan, bukan karena ia tak pernah mencintai pemuda itu, dan bukan juga karena ia merasa kasihan. Tetapi ada sesuatu yang mengharuskan Raka melakukan ini semua. Demi dirinya dan juga Noah.

"Maaf ...," lirih Raka sembari menundukkan kepalanya, enggan memperlihatkan jika kini dirinya hendak menangis.

"Maaf gue udah nyakitin lu, Noah. Semua yang gue bilang tadi, itu gak bener ...," ungkap Raka, masih dengan wajah yang tertunduk, "gue cuma gak mau lu terjebak dalam hubungan ini, sementara lu sendiri bakal dijodohin sama orang lain," lanjutnya dengan suara gemetar.

Noah mengerutkan kening, ia baru sadar jika Raka meminta untuk mengakhiri hubungan mereka karena dirinya yang hendak dijodohkan dengan orang lain.

"Gue gak nerima perjodohan itu, Ra ...," balas Noah.

"Tapi lu juga gak bisa nolak, 'kan? Gue tau omah yang ngerencanain ini dan gue juga tau lu pasti gak bakal bisa nolak permintaannya." Raka mengangkat kepalanya, ia menatap Noah dengan wajah yang basah karena air mata.

"Gue bakal nolak perjodohan ini buat lu."

Raka menggeleng, "Tetep aja, kita gak bakal bisa bareng terus karena bukan cuma lu yang mau dijodohin di sini."

Mendengar pernyataan barusan membuat perasaan Noah menjadi tidak enak seketika. Ia menatap Raka dengan ekspresi seolah meminta penjelasan.

"Nyokap mau jodohin gue ... gue gak bisa bantah ataupun nolak," jelas Raka.

Noah menggelengkan ribut, ia tak terima dengan keputusan para orang dewasa yang membuatnya hampir gila. Setelah dirinya berpisah dengan sang bibi, sekarang ia malah dihantam kenyataan jika Raka juga akan pergi meninggalkannya untuk bersama dengan orang lain.

"Gak, lu gak perlu nerima ini. Gue nolak permintaan omah dan lu juga bisa ngelakuin hal yang sama." Noah berusaha meyakinkan, karena mau bagaimanapun ia tak bisa jika harus menerima fakta kalau Raka bukan lagi miliknya.

"Gue gak bisa bantah permintaan nyokap—"

"Bisa! Lu bisa dan harus bisa!" teriak Noah, "jangan sampe kita ngorbanin semua ini hanya karna perjodohan sialan yang gak berguna," sambungnya dengan napas yang memburu.

Raka menggeleng, "Gak, gue gak bisa."

"Lu—"

"GUE BILANG GUE GAK BISA, NOAH! LU HARUSNYA NGERTI PERASAAN GUE! LU KIRA GUE MAU NERIMA INI?! GAK! GUE JUGA GAK MAU, BANGSAT!"

"Persetan sama semuanya, gue capek," ucap Raka, "kita berhenti di sini, dan mulai sekarang jangan ganggu gue lagi," lanjutnya dan langsung mendorong tubuh Noah menjauh.

Dengan air mata yang terus mengalir, Raka berjalan melewati koridor yang kini terasa begitu dingin, kosong, dan juga hampa. Ia tak tahu lagi harus berbuat apa selain memenuhi permintaan sang ibu dan memutuskan hubungannya dengan Noah.

Sementara di belakang sana, Noah terdiam membisu. Ia memandang punggung Raka yang perlahan mulai menghilang dari kejauhan. Air matanya keluar begitu merasa dunia tak adil untuknya. Tidak mendapat kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tua, kehilangan sosok wanita yang begitu dirinya sayangi, dan sekarang ia harus merelakan pemuda yang sudah menjadi bagian dari kehidupannya selama ini.

"Selama ini gue gak jatuh cinta sendirian, 'kan?" Suara Noah begitu lirih, seolah semua beban dan rasa sakitnya ikut terucap bersamaan dengan kata-kata itu.








TBC






_
_
_

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mata Kembar Buta [BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang