BAGIAN 15 : Sang Pemilik Dengan Pengakuan

15 3 0
                                    

Malam ini, bintang malam ini, terasa gemar dilukis oleh sang penulisnya. Terlihat lihai dengan hati yang tertata untuknya. Tak lupa, terletak hangat di antara keduanya. Bukan tentang isi dunia, bisikkan hati dengan seisi ruangnya terdengar. Terlena, menusuk sukma pada satu hati tujuannya.Tersaksikan ribuan bintang, lautan bunga, terselimut angin, dan binar yang menatap dalam. Tersampaikan, telah tersampaikan malam itu.

Suasana gelap mencekam menyelimuti ruang tak terlihat apapun itu. Hawa dingin menusuk menembus tubuh. Cleyra membuka mata dan mengedarkan pandangan pada sekitar. Gelap, kosong dan tidak ada satupun lampu penerangan. Saat baru menggerakkan tubuhnya, dia tertegun. Kaki dan tangannya terikat pada penyangga kursi yang sedang dia duduki. Tubuhnya terlilit oleh tali. Mulutnya tertutupi lakban yang membuatnya tak bisa bersuara. Cleyra membulatkan matanya, dirinya sedang disekap.

Begitu sadar, Cleyra mulai meringis dan memberontak. Perempuan cantik itu takut kegelapan. Dia sama sekali tidak tau sedang berada dimana. Jantungnya berdetak hebat dan tubuhnya bergetar ketakukan. Cleyra menangis. Tak lama, lampu ruangan tersebut menyala. Samar-samar Cleyra melihat ruangan tersebut penuh dengan barang yang berserakan.

Suara langkah kaki terdengar. Seorang lelaki mendekati Cleyra. Dia tersenyum dengan satu sudut bibirnya menyaksikan Cleyra. Lelaki itu adalah Maleo Sarros, ketua Archer Crux. Cleyra membulatkan mata, tentu tidak tau siapa lelaki yang berjarak satu meter di depannya itu.

Maleo mendekat, merunduk memposisikan diri menghadap Cleyra. Dia membuka lakban yang menempel pada mulut Cleyra dengan satu tarikan keras membuat Cleyra meringis kesakitan. Dia mengelus lembut pipi Cleyra dengan sudut bibir terangkat. Jantung Cleyra, rasanya ingin berhenti berdetak karena ketakutannya.

"Ssssst, jangan nangis. Gue bukan orang jahat" Maleo meletakkan satu telunjuknya pada bibir perempuan cantik tersebut. Maleo terkekeh sambil terus memperhatikan wajah Cleyra yang ketakutan dari dekat.

"Selera dia boleh juga" Maleo menarik rambut Cleyra ke belakang. Cleyra membuang pandangan, tidak berani menatapnya.

"Sejak kapan lo pacaran sama Adrian?" Maleo bertanya.

Cleyra tetap merunduk tidak mau menoleh pada Maleo. Maleo kemudian menarik dagu perempuan cantik itu dengan kasar agar mau menatap ke arahnya. Cleyra terkejut.

"Jawab!"

"G-gue b-bukan pacar Adrian" Cleyra bersuara dengan ketakutkan.

"Lo pikir bisa nipu gue?" Maleo menyeringai, "Tau lo hilang aja udah bikin dia kesetanan, lo masih bilang bukan pacarnya dia?"

"G-gue gak bohong, gue bukan pacarnya" Cleyra kembali bersuara, "Lepasin gue"

"Oke, kita buktiin omongan lo"

Maleo melepas cengkraman dagunya pada Cleyra dengan kasar. Dia mengeluarkan ponsel dan membuka kamera. Tiba-tiba, Maleo dengan keras menampar wajah Cleyra hingga sudut bibirnya berdarah. Cleyra yang tidak siap, tentu tidak bisa menghindar. Dia kembali memukul pipi kanan Cleyra hingga menimbulkan lebam kemerahan. Cleyra merasakan denyut hebat di wajahnya, perempuan cantik itu pusing terkena pukulan. Dia meringis kesakitan.

Maleo kemudian menarik rambut belakang Cleyra hingga wajahnya mendongak. Dia mengangkat ponselnya dan mengambil gambar wajah Cleyra yang lebam dan berdarah. Kondisi perempuan cantik itu kacau. Maleo kemudian mengirim gambar tersebut dan menyeringai puas. Dia melepas jambakannya dan kembali menarik dagu Cleyra.

"Kita tunggu pahlawan sok jagoan lo"

Maleo melepas cengkramannya dan berlalu pergi. Cleyra meringis kesakitan. Belum pernah dalam hidupnya dia mendapatkan perlakuan sekasar ini. Perempuan cantik itu menangis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Detak AlaskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang