BAGIAN 13 : Smasfest : Puzzle of Heart

18 2 1
                                    

Tidak untuk siapapun, kamu menentukan pilihan untuk dirimu. Sebelum mengenal hati lainnya, kenali hatimu terlebih dahulu. Memberikan pilihan bukan jawaban, menemukan jawaban adalah pilihan. Selamat berkelana, kisahmu sudah lama di mulai. Dengan orang baru atau lama, temukan keduanya dalam satu hati yang bisa kamu temui.

Lantunan musik dari band perwakilan Smantupa menggema bertemani langit bertabur bintang di atas sana. Cleyra terduduk mengambil tempat di bagian belakang, jauh dari keramaian. Perempuan cantik itu termenung dengan isi kepala yang tidak pada tempatnya. Perasaanya sedikit sesak dengan kejadian tadi, saat Arkana sudah tidak mau melihat ke-arahnya. Sesaat, ia menyalahkan dirinya. Apa dia harus benar-benar menjauhi Adrian agar bisa seperti sedia kala bersama Arkana?. Tetapi, Arkana juga tidak pernah lebih. Tidak ada yang salah, hanya perasaan masing-masing yang harus ditangani berbeda-beda. Untuk kali ini, apa Cleyra harus mengalah?. Perempuan cantik itu terus termenung memikirkannya.

"Nonton konser malah bengong aja, nanti kesambet"

Suara berat lelaki gahar itu membangunkan Cleyra dari lamunannya. Adrian datang, terduduk mengambil tempat disamping Cleyra. Memperhatikan perempuan cantik itu dari samping, Cleyra sama sekali tidak menoleh.

"Urusan masing-masing, lo ga harus menyalahkan diri-sendiri"

Seperti bisa membaca pikiran Cleyra, Adrian berkata serius. Cleyra balas menoleh, menatapnya dengan seksama di balik kegelapan.

"Jangan sedih, apalagi sampai nangis" Adrian kembali bersuara.

"Karena hal yang bikin lo nangis itu gak penting dan gak guna"

"Sok tau" Cleyra balik menoleh ke depan.

"Manusia emang tempat sedih tapi sekaligus bahagia. Lo bisa memilih, sekarang atau pun nanti-nanti. Malam ini, lo pilih apa?"

"Sedih" Cleyra refleks menjawab jujur.

"Kalo besok?"

"Gak keduanya" Cleyra kembali menjawab enteng.

"Kalo buat seterusnya?" Tanpa putus Adrian menatap dan menunggu jawaban Cleyra. Perempuan cantik itu kemudian menoleh.

"Bahagia" Cleyra menjeda kalimatnya, kemudian melanjutkan, "Kalo bisa".

"Bisa, selalu bisa" Adrian memandangnya lekat.

"Gue bukan tuhan, gue juga bukan peramal. Kalo itu yang ada di pikiran lo sekarang. Tapi, gue dengan keajaiban dari tuhan bisa menciptakan dan memasangkan bahagia itu buat siapapun, termasuk lo"

Cleyra terdiam. Kalimat lelaki gahar tersebut terdengar ambigu. Dia takut salah mengartikannya.

"Lo mau menciptakan kebahagiaan buat gue, gitu?" ragu-ragu Cleyra bertanya.

Adrian tersenyum mendengarnya.

"Kok senyum?"

"Gue senang"

"Kenapa?" Cleyra mengerutkan kening.

"Karena sekarang gue ga perlu ngomong dua kali ke lo biar paham" Adrian terkekeh.

"Apaan sih, emang gue telmi" Cleyra menatap Adrian malas.

"Bener lo nangis?"

"Kata siapa?" Cleyra membuang pandangannya ke depan.

"Mana sini, coba liat matanya"

"Apaan sih"

"Gue mau liat" Adrian memajukan wajahnya, menengok dengan memiringkan kepalanya.

"Siapa yang nangis, ngapain juga nangis"

Cleyra melotot sambil memajukan wajahnya di depan lelaki gahar tersebut. Setelah melihat wajah Adrian dengan jelas, Cleyra tertegun melihat luka dan memar di wajah Adrian.

Detak AlaskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang