2

12.3K 679 54
                                    

Sekilas tentang sekolah dimana Marvin dan Raymond tengah berkutat menimba ilmu.

St Patrick High School adalah sebuah private school swasta yang paling bergengsi dan elite untuk saat ini. Lokasinya yang jauh dari hingar-bingar kehidupan kota metropolis, mengharuskan para siswa dan siswinya menempati dua buah gedung asrama sesuai dengan gender mereka masing-masing. Dua buah gedung asrama itu mengapit satu bangunan utama sekolah dimana proses belajar-mengajar dihelat.

Bangunan utama sekolah berbentuk huruf "U", terdiri dari 4 lantai dengan sebuah lapangan terhampar ditengahnya. Lantai 2 untuk tingkatan kelas X, lantai 3 untuk kelas XI, dan lantai 4 untuk kelas XII. Setiap tingkatan masing-masing memiliki 12 kelas yang semuanya diperlengkapi dengan AC. Sedangkan lantai dasar bangunan itu diisi oleh ruang guru dan kepsek, ruang TU, perpustakaan, ruang OSIS, berbagai macam studio dan lab untuk keperluan proses belajar-mengajar.

Para pelajar hanya diperbolehkan meninggalkan area sekolah pada hari Sabtu dan Minggu. Mereka bebas menghabiskan waktu luang di luar, seperti pulang ke rumah orang tua, ngedate bagi yang tengah pacaran, atau sekedar refreshing menghilangkan kepenatan dari rutinitas sekolah yang melelahkan, namun tidak boleh melewati batas pukul 9 malam pada hari Minggunya.

Selain asrama, sekolah ini juga diperlengkapi dengan fasilitas lainnya seperti sebuah kolam renang, taman yang luas, lapangan olah raga baik indoor maupun outdoor, dan fasilitas lainnya yang mendukung proses belajar mengajar.

Bagaimana, adakah yang berminat untuk bersekolah disini?

==========

Marvin POV

"Nih Za, dari someone special mu," ujarku berdiri di depan bangku Reza di ruang kelas XI-12, kelas dimana para pengacau berkumpul.

"Lagi?" Reza mengernyitkan alisnya ketika tanganku menyodorkan sebuah amplop kecil berwarna hitam pekat untuknya. Setidaknya "dia" tahu bahwa sahabatku itu penggemar warna hitam.

"Hei...hargain usahanya! Nih, ambil dulu! Terserah nanti mau kamu apakan setelah membacanya. Entah kamu robek atau buang itu urusanmu. Aku hanya memastikan surat ini jatuh ke tangan yang tepat dan dibaca. Ingat Za, DIBACA!" seruku pada Reza yang hanya menatapku tanpa ada inisiatif untuk segera mengambil amplop hitam itu dari tanganku.

"Dari si kutu busuk itu lagi?"

Aku menganggukan kepala.

"Ogah...!"

"Reza ga mau tuh, Vin. Sini biar aku saja yang baca!" Tiba-tiba Bondy datang menghampiriku sambil tangannya langsung menyahut amplop hitam itu dari tanganku.

"Heii...kembalikan! Itu milikku. Dasar tidak sopan!" sahut Reza sambil dengan cekatan merebut kembali amplop hitam itu dari tangan Bondy.

Reza memang tak tertarik untuk membaca isi surat yang terbungkus amplop hitam itu. Namun dia juga tak ingin Bondy mengetahui isi surat itu karena mungkin terlalu memalukan baginya, mendapat surat cinta dari seorang pria yang tak lain adalah Rio, si kutu buku teman sekamarku yang alim itu. Dan ini bukan pertama kalinya.

Aku telah berulang kali menjajakan jasa layan antar bagi Rio dengan imbalan semua jenis PRku akan dikerjakan olehnya. Siapa coba yang tidak akan tergiur oleh tawaran itu? Aku memang terkesan jahat memainkan perasaan mereka berdua. Tapi selama itu menguntungkanku, aku akan bersikap seolah itu adalah hal yang sah-sah saja untuk dilakukan.

Mataku kini menangkap wajah Reza menyiratkan rasa jijik bercampur geli ketika membaca surat dari Rio. Dahinya berkerut dan mulutnya berkomat-kamit penuh makian pada sang penulis surat. Dia langsung merobek-robek surat itu setelah tuntas membacanya, lalu mencampakkannya kedalam bak sampah kecil di pojok ruang kelas.

Bukan Cinta Monyet (BoyxBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang