Raymond POV
Aku terbangun di atas ranjangku tidak seperti biasanya, aku kepagian, bahkan alarm jam wekerku pun belum sempat berdering. Mungkin aku terlalu bersemangat karena hari ini aku diskors. Ironis, kebanyakan pelajar akan merasa menyesal tapi aku malah terlihat bahagia, mengingat hari ini aku akan menghabiskan waktuku dengan si pengacau itu.
Ini seperti mimpi bagiku, mimpi indah tepatnya. Aku tidak pernah menyangka dia akhirnya memintaku menjadi temannya, walaupun sebenarnya aku mengharapkan lebih dari itu. Namun dengan kenyataan dia selalu mengacuhkanku selama ini, hal itu sudah merupakan kemajuan yang luar biasa bagiku.
Aku masih ingat jelas pertemuan pertamaku dengannya setahun silam, di awal musim sekolah, saat pertama kali aku menginjakkan kaki di asrama ini. Dia sedang berdiri di depan pintu kamarnya yang bersebelahan dengan kamarku, ketika aku lewat didepannya dengan memasang senyum terbaik di bibirku untuk sekedar menyapanya. Namun dia hanya menatap sesaat, mengacuhkanku, dan langsung masuk ke dalam kamarnya.
Apa senyumanku kurang manis? Padahal dengan senyuman itu aku bisa meluluh lantakan hati seorang gadis manapun.
Kejadian itu terus berlangsung hingga menimbulkan tanda tanya besar bagiku, apakah diriku ini nyata di matanya, hingga dia tidak pernah menganggap keberadaanku? Aku telah berulang kali mencoba menyapanya tapi lagi-lagi dia mengacuhkanku. Dia terlihat sudah puas dengan kedua sahabat pengacaunya itu dan tidak berminat menambah teman lagi.
Putus asa! Aku tidak tahu harus bersikap bagaimana lagi untuk menarik perhatiannya, kecuali dengan cara menyerobot setiap cewek incarannya. Salahkan dia jika aku menjadi playboy karena cewek incarannya terlalu banyak, meski sayangnya tidak ada satupun yang berhasil dia dapatkan. Semua jatuh ke pelukanku. Mungkin dia sangat membenciku, tapi tak apalah. Setidaknya dia menyadari bahwa aku eksis di dunia ini, sedang menunggu cintanya.
Aku tidak akan pernah berhenti menjadi playboy, selama dia masih mengincar salah satu cewek di sekolah ini. Aku memang posesif. Aku tidak tahan jika sampai melihatnya memiliki pacar selain diriku. Jika aku tak bisa memilikinya, maka sebaiknya para gadis pun berhentilah berharap.
Aku tidak ingin memuji diriku sendiri tapi fisikku memang di atas rata-rata, sebagai modalku memikat para gadis di sekolah ini. Terutama yang diincar Marvin. Dia tidak jelek, lumayan tampan, hanya saja penampilannya yang tidak rapi, terkesan urakan dan sifat pengacaunya itu, membuat cewek incarannya lebih memilihku. Banyak cewek lain yang tertarik padanya tapi aku hanya perlu memacari yang dia suka saja.
Malam itu seolah menjadi jawaban penantianku selama ini. Dia mendatangiku disaat semuanya serba pas. Arif tidak ada di kamarku. Sedang aku tengah horny bermasturbasi di atas ranjang. Aku berfantasi membayangkan dirinya sambil menonton bokep di gadgetku, saat dia mengetuk pintu kamarku. Ikan asin mendatangi kucingnya. Apakah salah jika aku merealisasikan fantasyku?
21 Febuari 20xx, aku pasti akan mengingat tanggal bersejarah itu di sepanjang hidupku. Tepat di hari ulang tahunnya.
Saat ini kedua mataku tertuju pada pria yang sedang tertidur pulas di sebelahku, dengan hanya selembar kain tebal menutupi tubuh polosnya. Ya, semalam aku habis bercinta lagi dengannya di atas ranjangku, membiarkan ranjang disebelah kosong tak bertuan untuk kesekian kalinya.
Entah sampe kapan aku akan seperti ini terus dengannya. Dia adalah cinta pertamaku jauh sebelum aku mengenal Marvin. Aku sudah terbiasa dengan kehadirannya disisiku, dan yang paling kusuka darinya adalah dia partner yang hebat untuk urusan ranjang. Terlebih, aku termasuk orang yang hyper untuk urusan begituan.
Aku tahu dengan pasti bahwa hatiku milik Marvin, tapi apa aku siap mempertaruhkan hubunganku yang sudah terjalin lama ini demi sebuah hubungan yang tak pasti. Bagaimana jika Marvin menolakku dan hanya menganggapku sebagai teman? Apakah itu berarti aku malah kehilangan kedua-duanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Cinta Monyet (BoyxBoy)
Lãng mạnBagi kebanyakan orang masa SMA adalah masa monyet bercinta...namun aku bukanlah seekor monyet karena cintanya akan membekas selamanya di hatiku. "Aku sangat membencinya karena dia selalu memacari setiap cewek yang kuincar" --- Marvin Budiarto. "Aku...