Marvin POV
Ini sudah hari ketiga aku sama sekali tak pernah bertemu Ray semenjak kejadian di taman sekolah tempo hari.
Aku membiarkannya pergi begitu saja dari hadapanku dengan salah paham dalam benaknya. Aku bingung apa yang harus kujelaskan atau haruskah aku meminta maaf padanya? Tapi untuk apa? Aku tidak merasa telah berbuat kesalahan karena aku bukan siapa-siapanya. Dia memang mengejarku namun aku belum mengiyakan permintaan untuk menjadi pacar homonya. Oh ralat, simpanan homonya sebab dia sudah memiliki satu di kamarnya.
Jadi, masih menjadi hakku untuk dekat dengan siapapun. Dia tak seharusnya sakit hati. Aku tak mau dia jadi besar kepala bila aku mengejarnya waktu itu. Terlebih aku juga tak tega meninggalkan Jess yang sedang menangis sesenggukkan dalam pelukanku. Bagaimanapun juga aku adalah seorang pria yang harus melindungi wanita sesuai kodratnya. Apalagi yang tengah kalut akibat diputuskan sepihak oleh playboy kampungan itu.
Mungkin kini Ray sangat membenciku sebab dia juga tidak berusaha mencariku, membuat hari-hariku jadi luar biasa tenang tanpa terganggu oleh kehadirannya. Dia seakan menghilang diculik banci atau digondol wewe gombel. Entahlah, aku tak peduli. Mungkin, dia juga sengaja menghindar karena cintanya bertepuk sebelah tangan padaku. Baguslah, jika dia tahu diri. Sekalian saja tak usah muncul lagi di hadapanku selamanya, biar hidupku kembali tenang seperti sebelum mengenalnya.
Jujur, aku memang pernah berniat untuk menjalin hubungan dengannya. Aku mencoba membuka hati untuk mengijinkan sosoknya masuk ke dalam hidupku. Bahkan aku sempat terlena oleh perhatian dan cintanya yang terasa tulus. Meski dia menunjukkannya dengan cara yang norak dan super kampungan. Namun syukurlah masa suram itu telah berlalu sebab aku memutuskan untuk move on darinya. Aku bertekad melupakan kejadian laknat malam itu, dimana semua kekacauan dalam hidupku dimulai.
Aku ingin lebih realistis sebab hubungan sesama pria itu tak mungkin berhasil. Aku tidak mau menyalahi kodrat. Biarlah keperawananku jadi korban tapi aku mendapat gantinya yang jauh lebih berharga. Aku bisa kembali dekat dengan cinta lamaku, Jessica. Bahkan sebentar lagi aku akan pergi menemuinya untuk makan malam di luar area sekolah. Sebab sekarang adalah malam minggu, saatnya untuk berkencan meski kami belum resmi jadian.
Aku yakin gadis yang sudah lama kuincar itu akan segera jadi milikku. Aku telah menembaknya semalam dan hari ini dia akan memberikan jawaban. Aku memang terkesan buru-buru sebab aku tak mau kecolongan lagi seperti dulu. Aku harus bertindak cepat sebelum diserobot oleh pemuda lain seperti yang pernah Ray lakukan padaku. Aku tidak boleh mengulangi kesalahan yang sama dua kali sebab aku lebih pintar dari keledai. Lagipula aku sudah cukup mengenal baik Jess dan sebaliknya, karena kami berdua sempat dekat sebelum dia jadian dengan Ray.
Tapi aku sudah memaafkan semua tindakan playboy mesum itu yang membuatku jomblo hingga sekarang. Ups sorry, aku ralat sebab sebentar lagi aku bukan jomblo. Aku akan segera memiliki kekasih seseorang gadis yang sangat cantik. Sepertinya aku malah harus berterima kasih pada Ray karena dia sudah berbaik hati memberiku kesempatan merajut kembali jalinan asmara yang terputus akibat ulahnya. Aku merasa exciting dan sangat bahagia hendak memulai sebuah hubungan yang benar, selayaknya antara seorang pria dan wanita. Bukan hubungan tak lazim antara sesama pria. Syukurlah, aku masih ditakdirkan menjadi seorang pria normal dan terselamatkan dari virus homo si playboy kampung. Yeah!!!
Tapi sialnya mendadak ada yang merusak moodku saat hendak keluar kamar. Aku melihat beberapa buku tugasku tergeletak di atas meja belajar lengkap dengan secarik kertas yang ditinggalkan Rio di dekatnya. Bocah alim itu sudah menghilang sejak sore tadi.
Vin, maaf. Mulai sekarang aku tidak bisa mengerjakan PRmu lagi. Aku memutuskan untuk menyerah mengejar Reza. Aku capek dan lelah, Vin. Ditambah aku juga sangat sibuk belakangan. Jadi silahkan kerjakan sendiri tugasmu atau mungkin kamu bisa minta tolong Ray jika terpaksa. Dia tidak kalah pintar dariku dan sepertinya kalian berdua terlihat sangat akrab akhir-akhir ini. Semangat, Vin!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Cinta Monyet (BoyxBoy)
RomanceBagi kebanyakan orang masa SMA adalah masa monyet bercinta...namun aku bukanlah seekor monyet karena cintanya akan membekas selamanya di hatiku. "Aku sangat membencinya karena dia selalu memacari setiap cewek yang kuincar" --- Marvin Budiarto. "Aku...