"Ini menyebalkan." Kyle sedang bersandar didinding dengan tangan terlipat didada. Aku memutar bola mata. Tidakkah dia sadah bahwa ini semua kesalahannya? Kalau saja dia tidak memancing-mancing terlebih dahulu kami tidak akan seperti dipenjara seperti ini."ini semua karena kau smartass!" Aku memelototkan mata kepadanya yang hanya mengangkat bahu, lalu berjalan kearah sofa yang sudah usang dan berbaring.
"I hate you!"
"you love me."
"you're jerk!"
"yeah I'm hot."
"stop twisting my words!"
Aku duduk disofa diseberang Kyle. Mataku menyapu ruangan ini. Aku tidak menyangka disini ada ruang bawah tanah. Banyak perabotan yang sudah tidak terpakai disini, aku bangkit dari duduk dan menuju rak yang berisi buku-buku usang. Kuraih album foto yang berada diantara buku-buku. Ku buka satu persatu lembarnya.
Lembar awal berisi foto Cole yang sedang berdiri sambil merangkul Kyle dikanannya dan Evan dan Alex dikirinya. Mereka tersenyum lebar difoto itu, membuatku ikut tersenyum. Ku buka lagi lembar kedua, kali ini berbeda karena hanya ada Cole, Alex dan Evan. Kemana Kyle? Kubuka lagi lembar selanjutnya, dan tawaku hampir meledak melihat mereka berempat sedang memakai celemek dan diwajah mereka banyak tepung(sepertinya). Alex sedang memegang adonan, Kyle memegang gilingan kayu sedangkan Evan dan Cole memegang tepung. Aku tertawa kecil, persahabatan mereka memang sangat erat. Dilembar berikutnya mereka berempat tengah berdiri didepan arena thrill
ride disebuah funfair. Pandanganku jatuh pada Kyle. Kyle mengenakan tank putih dan jeans hitam. Rambutnya terlihat messy ditambah cengirannya yang khas.
Dari ekor mataku aku bisa melihat Kyle yang sedang berbaring sambil menutup matanya. Kau tau? Kyle sangat goods look. Maksudku dengan kata look yang lebih tinggi levelnya, seperti Greek God.
Aku menaruh kembali album foto itu ketempatnya, dan berjalan kembali kesofa.
"I want to get out from here." Aku menghela napas dan bersender.
"me too, pumpkin." aku mendelik kearah Kyle, matanya masih tertutup.
"so, i have a new nickname, huh?" aku menatapnya dengan sinis, dan ia hanya mengangguk.
"what a dickhead."
Aku rasa sudah sepuluh menit kami berada di ruang bawah tanah dan siapapun diatas sana masih belum membukakan pintu.
Aku merogoh saku celana mencari ponselku tetapi tidak ada. Shit, aku meninggalkannya di kamar tadi.
"Kyle?" aku membuka suara lebih dulu. Entahlah, aku hanya bosan. "Ehm?" Kyle menjawab tanpa membuka matanya.
"aku bosan." aku tahu, akan percuma kalau teriak-teriak meminta yang lain untuk membukakan pintu karena ruangan ini berada dirumah paling belakang dan jauh dengan ruang tv ataupun kamar yang lain.
"sleep then."
Ok, Kyle tidak membantu.
Aku mengambil gitar yang sudah usang dari tumpukan barang-barang.
"I probably shouldn't say this but at times I get so scared. when I think about the previous relationship we've shared."
Aku mulai bernyanyi lagu 7 things milik Miley Cyrus.
"It was awesome but we lost it
It's not possible for me not to care.
And now we're standing in the rain,
But nothing's ever gonna change until you hear, my dear."
Jari-jariku terus memetik gitar. Lagu ini mengingatkanku pada Jared.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty And The Bad Boy
Teen Fiction"I like you." "Dari semua tempat, kau mengatakannya disini?" "Now or never." Ucapnya sambil menyeringai dan kembali menggali. Warning: Rated PG-13 for sexual content and language. Mostly language. I have a colorful vocabulary.