BUKAN CERITA CINTA

80 0 0
                                    

Sore itu, hujan turun dengan derasnya. Aku mencoba meliuk-liuk melewati tetes demi tetes air hujan, tapi bajuku tetap basah. Aku lupa membawa payung hari ini. Aku tak menyangka jika hari ini akan hujan sederas ini. Aku berteduh sebentar di sebuah mushallah di kampung kecilku. Beberapa saat kemudian, aku melihat ada kesempatan saat hujan mulai mereda, segera kupacu lariku secepat yang aku bisa dan akhirnya aku sampai rumahku dengan selamat walau tetap tak selamat dari serangan air hujan. Di rumah ternyata telah ada adikku, Khasanah yang telah pulang dari sekolahnya lebih dahulu dariku.

Segera kuletakkan tas sekolahku di kamarku yang sempit lalu segera bergegas mengambil sapu ijuk untuk menyapu rumahku yang kutempati sedari aku kecil. Kulihat adikku sedang membantu ibuku di dapur untuk memasak di dapur.

Malam hari pun aku tiba, aku tak lupa makan malam sambil bercerita sedikit pada orang tuaku beserta adikku. Selesai dengan rutinitas malamku, akupun segera tidur.

Hari ini hari Minggu, aku melakukan rutinitas biasaku sebagai seorang anak. Membantu orang tuaku DSB. Tanpa terasa sore akhirnya tiba, aku mempersiapkan diriku untuk berangkat mengajar di sebuah TPA dekat mushalla di kampungku. Seharusnya, aku mengajar di TPA tiap hari, termasuk kemarin. Akan tetapi aku tidak bisa pergi dikarenakan hujan yang mengguyur desaku. "Tak apalah, mereka pasti mengerti" pikirku sambil mengenakan pakaian. Namun, kudengar suara rintik-rintik hujan mengenai atap rumahku yang terbuat dari seng. Kucoba melihat ke luar melalui jendela rumahku. "Ah, hanya gerimis, bisa kok". Segera kucari payung untuk bisa kugunakan menerobos gerimis.

Saat sampai disana, kulihat hanya ada 3 gadis kecil yang telh menginjak kelas 3 SMP, Ani, Ainiah, dan Anti. Anti yang bisa dikatakan paling cantik di atara mereka mencoba menggodaku, "Kak Hasan, kak Hasan sudah punya pacar ?", pertanyaannya seketika menyengat denyut nadiku. Aku kebingungan dan terbata-bata untuk menjawab pertanyaan Anti.

"Bagaimana kak ? Mau tidak jadi pacarnya Anti ?" Anti semaki mendesakku sementara aku tak bisa menjawab pertanyaannya. Akhirnya, di saat-saat genting, aku terselamatkan dengan datangnya gemuruh petir ang sangat menggelegar menghujam kampungku sampai membuat ketiga gadis kecil pengganggu itu menjadi ketakutan dan hampir menangis. Kemudian, akhirnya datanglah orang yang kunanti-nantikan, orang yang selalu mengisi hatiku akhir-akhir ini, namanya Rahma yang datang bersama adiknya, Raihan sore itu.

Akhirnya, aku memutuskan untuk memulai pelajaran kami sore itu setelah Rahma dan Raihan datang. Setelah merasa cukup dengan hari ini, aku menutup pertemuan kami hari ini, dan aku bersama dengan yang lain berkemas untuk bersiap-siap pulang kembal ke rumah.

Di tengah jalan, kami bercerita satu sama lain, "Wah ada pelangi kak, coba liat" Kata raihan sambil mencolek pinggangku. Aku berusaha mencari dimana pelangi yang dikatakan oleh Raihan dan kulihat pelangi sore itu melengkung indah di langit. Tiba –tiba Ani memcah keheningan kami "Ah pasti indah melihat pelangi di puncak gunung itu". "Memangnya kamu pernah melihatnya dari atas gunung kampung kita ?" Kucoba mencari tau. "Pernah, waktu aku sama Andi" Jawab Ani polos tanpa sadar bahwa dia telah membuka kartunya sendiri. "Ehm, siapa Andi itu ?" Tanyaku menggoda Ani. "Ah, tidak kok kak. Bukan siapa-siapa" Kata Ani sambil mempercepat langkahnya dan berlalu pergi menjauhi kami. "Ah, kak Hasan. Sok sok godain Ani, terus dia sendiri suka sama kak Rahma." Kata Ainiah membuatku terbata-bata". "Ah, dari mana kau tahu ? Kau jangan ngarang-ngarang" Kucoba mengelak. "Alla, kak Hasan, ngelak lagi. Khasanah sering cerita sama saya kalau kakak itu ternyata suka sama kak ahma. Iya kan kak ? Ayo ngaku kak" Kata Ainiah yang kali ini benar-benar membuat lidahku tercegat utuk menjawab. "Betulkah itu Hasan ?" Tanya Rahma sembari mendekatiku. "Ah, aku tidak tahu Rahma, aku pulang dulu yahh aku lupa kalau ada jemuran mau diangkat" Aku kabur seperti pengecut.

Sesampaiku di rumah, aku segera mencari Khasanah, mencoba membalas dendam. "Khasanah, kau nakal yah" Kataku sembari mencubit tangannya saat kudapat ia sedang membaca buku di kamarnya. "Nakal kenapa memangnya kak ?" Tanya Khasanah seolah tak tahu. "Ah, kamu cerita ke Ainiah kalau kakak suka sama Rahma kan ?" Kucoba mendesak Khasanah. "Hehehehe, maaf kak. Kceplosan soalnya" Jawab Khasanah polos dan tanpa dosa. Aku memakluminya. Aku menocaba bersabar.

Hari ini hujan deras aku berteduh di mushalla kampungku. Saat aku berteduh, aku melihat sosok wanita yang akrab di hatiku, dia adalah rahma. Dia mendekatiku bersama adiknya, Raihan. Dia berusha mendekatiku dan kucoba menjaga jarak dengannya. Di tengah hujan, dia ungkapkan perasaannya disaksikan adiknya sendiri. "Bangun kak !! Bangun !! sudah sore !!" Teriak Raihan yang mengangetkanku sehingga membuatku terbangun dari tidurku, "Kak, ini ada kakakku mau belajar sama kakak.Namanya Rahma kak" Kata Raihan sambil memperkenalkan kakaknya dan Rahma tersenyum manis kepadaku. Kucoba menengok suasana di luar, ternyata sementara hujan. Ah, hujan memang rezeki. Dan kuyakin sore itu, nasib sedang menyapaku denga wajah yang berbinar.

Cerita kemarin soreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang