Curahan hati Seorang Janda Muda

2.6K 0 2
                                    

Namaku Ratih, aku adalah gadis cantik yang terkenal seantero kampung ini. Tak ada seorang pemuda pun di kampung ini yang tak pernah mendengar namaku. Aku sekarang telah tamat SMA, seperti adat di kampung kami, biasanya gadis yang telah menginjak usia 17 atau telah lulus SMA akan dinikahkan. begitupun yang akan kuhadapi sekarang ini. Jujur saja, menjelang detik-detik kelulusanku seminggu lagi, aku sangat deg-degan, jangan sampai ada orang yang segera datang melamarku. Karena kecenderungan orang tuaku yang tidak neko-neko dalam memilih. Aku berharap dan berandai-andai mendingan aku tidak lulus saja agar aku dapat menikmati masa remajaku setahun lebih lama lagi. Tak bisa kubayangkan berapa banyak pemuda yang akan segera meminangku setelah mengetahui kelulusanku.

Pagi ini, aku berangkat ke sekolah. Untuk menghadiri pengumuman kelulusan sekolahku, ditemani beberapa orang temanku aku berjalan menuju sekolah yang jaraknya sekitar 400 meter dari rumah. Di tengah jalan, kami berpapasan dengan Jaridh, seorang anak pesantren yang begitu tenar di kampungku karena ia merupakan seorang hafidz dan muballigh yang begitu disanjung di desaku ini. Banyak orang yang menaruh hormat padanya. Tak sedikit pula orang tua yang berharap anak gadisnya dipinang olehnya. Dia menamatkan pendidikan di pesantrennya di sebuah pesantren modern di daerah Jawa. Aku lupa namanya. Tapi aku tak peduli, toh aku tak begitu tertarik padanya. Dari handphone yang sering ia gunakan sudah membuatku ilfeel, bayangkan saja, orang yang notabene sekolah di kota, akan tetapi dia masih menggunakan handphone butut keluaran lama. Kerjanya pun tak begitu berpenghasilan, dia hanya bertani dan sesekali menerima tawaran membawakan ceramah-ceramah di kampung kecil kami, terkadang juga ke kampung seberang.

Singkat cerita, aku akhirnya dinyatakan lulus bersama dengan teman-temanku, aku begitu senang. Namun, rasa gembiraku harus bercampur dengan rasa khawatir, khawatir akan dijodohkan dengan seorang lelaki yang tak sesuai dengan pilihan dan kemauan hatiku. Jujur, aku memiliki seorang kekasih yang begitu amat kusayangi. Bobby namanya. Sama denganku, dia baru lulus SMA dan tentunya ia bakal terlebih dahulu memilih melanjutkan study-nya. Hal inilah yang membuatku makin gusar dan tidak tenang saja, bayangkan saja, aku harus menunggu hingga setidaknya 4 tahun agar aku bisa menikah dengan Bobby. Menanti selama itu, sempat membuatku dinikahi orang lain.

Sesampaiku di rumah, aku mencium tangan kedua orang tuaku. Bertanya sepatah dua kata. Syukurlah, belum ada lelaki yang datang melamarku. Aku melewati hari-hariku seperti biasa, sembari terus berdoa agar tak ada lelaki yang berniat meminangku menjadi istrinya. Agar aku bisa mempertahankan cintaku dengan Bobby. Tak lupa pula aku lebih sering menghabiskan waktuku bersama Bobby selepas kami lulus dan berjanji sehidup semati. Ia berjanji akan segera menikahiku selepas ia sarjana. Namun itulah awal dari petaka itu. Awal bala yang tidak kusangka-sangka akan menimpaku yang bakal memisahkan aku dengan Bobby selama-lamanya. yang akan memutuskan tali cintaku dengan bobby yang telah lama kami jalin selama ini.

Di sebuah sore, akhirnya berita buruk itu pun tiba. Seseorang telah datang melamarku, dia menyampaikannya melalui ayahku dan terang saja ayahku menganggukkan kepala tanda setuju. Aku akan dinikahkan. Namun aku tak setuju, aku menangis sejadi-jadinya berharap agar ayahku iba padaku dan membatalkan pernikahanku dengan lelaki brengsek yang akan menghancurkan hubunganku dengan Bobby. Namun ibuku lantang mendukung ayahku dan membuatku makin tertunduk lesu. Tak ada seorang pun yang tak mendukung pernikahanku.

"Ratih, lihatlah kakakmu. Dia itu juga dijodohkan dengan pria yang tak ia kenali. Lihatlah ia sekarang, dia bahagia, tenanglah nak, Ayah tidak memilihkanmu sembarang lelaki. Dia lelaki baik-baik yang telah lama kau kenal. Kau akan bahagia bersamanya nak" Bujuk ayahku berusaha menenangkanku.

"Tapi aku sudah punya pacar ayah. Dia berjanji untuk menikahiku sehabis dia jadi sarjana. Aku tak ingin dinikahkan, lebih baik aku kawin lari saja dengannya" Jawabku dengan keras.

Cerita kemarin soreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang