Aku bukan pezinah

29 0 0
                                    

·Penat, lelah, mataku berkunang memandang tiap-tiap lembar kosong di hadapanku. Nampak sebuah bayangan kasar menuju tempatku. Dia membawa secarik kertas terhadapku, lalu menghamburnya di hadapanku begitu saja. Aku tersenyum getir, mengeluh dalam bisuku di siang nan terik itu, ah, pekerjaan baru lagi.

"Ini data dan informasi mengenai narasumber untuk kau wawancarai hari ini Wawan" Ucapnya tanpa pernah peduli menatapku yang kubalas dengan sehampa kosongnya tatap tatap protesku.

Secarik kertas kucek demi cek guna meyakinkan hati serta diriku bahwa aku telah tiba disini, sebuah rumah kecil di sebuah perumahan. Seorang wanita muda menyapaku dengan senyum penuh misteri, aku banyak tanya pada diriku sendiri sore itu. Matahari jingga yang juga lelah menemani jejakku. Aku menguap, tanda aku sudah lelah. Kesadaranku protes pada badanku, badanku menanggapinya, hanya bayangan istriku yang membuatku berdiri kini. berharap agar tugasku hari ini lekas selesai. Wanita muda nampak menyapaku dan mengantar badanku masuk ke dalam rumahnya, tidak dengan jiwaku yang terbang melayang hampa.

Namanya Linda, seorang wanita muda berusia 27 tahun, tidak lebih tua dariku. Dengan kesadaran yang tergantung-gantung lesu di pelupuk mataku kucoba mendengar apa yang ingin ia sampaikan padaku. Mencoba menangkap apa yang ingin dia muntahkan padaku. Aku malas mendengar starter kisahnya, tentang asal usulnya, tentang dirinya, tentang cintanya, cinta yang ia percaya yang malah membutakannya, cinta buta yang membawa nestapa, tentang bagaimana ia dan pacarnya yang begitu ia sayangi, dulu. Tak perlu kusebutkan nama pacarnya siapa, karena dia juga tak menyebutkannya. Hingga kisahnya tiba pada sebuah malam di sebuah kost sempit dekat kampusnya, kejadian yang menantang kelakianku. Malam itu telah terlewatkan, kejadian itu telah tertancap dalam pada hati Linda, begitu ia menikmati malam cinta mereka awal petaka itu menimpanya.

Dia diusik oleh keluarganya, ibunya mencaci kutuknya. Ayahnya mengusirnya dari rumah yang seharusnya menjadi tempat ungsiannya dari hiruk pikuk bising dunia. Dia terasingkan. Dia tersiksa hingga ke inti hati. Dia melalui jalan penuh liku nan menyesakkan pikirannya, hingga ia tiba pada sebuah jalan buntu.

"Aku akan menggugurkannya" Kata Linda pada lelaki yang kini satu-satunya mau menerimanya.

"Jangan, ini anak kita. Jangan gugurkan. 2 bulan lagi kita akan menikah" Janji kekasihnya terkasih di bulan ke 6 kehamilan Linda. Linda hanya seorang wanita muda lugu di waktu itu. Dia memilih berpegang pada cintanya. 2 bulan berlalu, Linda telah menanti kabar hari bahagianya. Tapi kehampaan yang ia temui. Lelaki tersebut lenyap tak berbekas. Linda mencari ke seluruh pelosok kota, nihil hasil.

"Saya tak peduli siang maupun malam. Terang hingga gelap, saya terus mencarinya seperti seorang yang sedang mencari cinta sejatinya walau hati saya terkoyak. Tak peduli cerah atau hujan, saya terobos semua hingga baju yang saya kenakan kering di badan" Kisah Linda padaku sembari mencoba tak terisak.

Tapi, harap Linda hanya harap. Di tengah pelukan gelap putus asa, dia melahirkan buah cinta dengan orang tanpa nama yang jadi ayah dari anaknya. Di akta kelahiran anaknya hanya tertulis namanya, Linda. tanpa ada nama bapak. Itu sudah 6 tahun lalu, kini sang anak yang tahu siapa ayahnya masih terus bermain bersama neneknya, ibu Linda yang akhirnya membuka kembali hatinya melihat kepedihan hati sang anak. Linda menjadi single parent yang sebenar-benarnya. Dia hanya berusaha untuk membahagiakan anaknya tanpa peduli lagi ayah dari si anak masih bernafas atau tidak.

"Saya bukan pezinah mas. Saya hanya anak muda bodoh yang terpedaya cinta buta. Saya hanya korban cinta mas. Anak saya bukan anak haram, dia anak sah saya seorang. Saya adalah korban pria yang tak bisa jadi laki" Ucap Linda padaku, seakan hendak menamparku yang notabene adalah seorang pria yang bercita-cita dan sedag merintis jembatan menjadi seorang laki bagi seorang wanita yang kucinta.

Aku pulang membawa pedih hati Linda yang masih mengusap matanya yang berkaca-kaca. Dia melambai pelan padaku melepas kepergianku. Sebelum berpisah, dia berpesan padaku, "Jadilah lelaki yang bertanggung jawab. Jangan engkau buat wanita lain bernasib sama sepertiku. Jangan jadikan wanita yang kau cinta sekarang sebagai cinat butamu. Cintailah ia dengan cinta yang sebenarnya"

Aku mengangguk sembari membatin berjanji takkan menjadi lelaki tanpa nama, ayah dari anak Linda. Yang tega mengoyak hati seorang wanita


Cerita kemarin soreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang