Aaron..
Aku menatap foto yang diberikan kakek tompo hari. Wanita cantik dan manis tersenyum memamerkan wajah polosnya. Apa aku harus benar-benar mengikuti kemauan kakek untuk menikahi gadis ini? Aku semakin ragu dalam hal ini.
Sejak saat kakek mengatakan hal bodoh itu, aku langsung menyuruh orangku untuk mencari tahu tentang gadis ini.
Well, dengan mudah aku mendapatkan banyak informasi tentang gadis ini. Sam mengatakan bahwa gadis ini seperti berandalan. Bagaimana bisa?
Dia sering sekali menindas teman disekolahnya. Kegiatannya selama di luar sekolah adalah karate dan pelatihnya adalah teman dekatku, Adam. Sam juga bilang banyak yang mengira dia adalah lelaki yang terpengkap di tubuh wanita. Ini sungguh mengerikan. Banyak hal lain yang aku dapatkan.
Hari ini aku berniat bertemu dengan Adam di tempat latihannya dan berharap bisa bertemu gadis itu. Aku ingin tahu tentangnya lebih banyak lagi.
Aku turun dari mobilku dan mulai memasuki gedung besar mulai menelunsuri lorong-lorong yang panjang. Aku melihat jam yang tertempel di tanganku.
BRUKKKK
Seorang wanita terjatuh dan kepalanya membentur lantai. Wajah tertutupi rambut sehingga aku tidak bisa melihatnya dengan jelas. Dia meringgis kesakitan sambil mengusap-ngusap jidatnya.
"Hell you! Liat-liat dong kalau jalan!" Teriaknya membuatku tertegun. Selama aku hidup tidak ada orang yang berani membentakku kecuali kakek, tapi gadis ini..
Dia mendongkakkan wajahnya dan menatap lenkat wajahku. Tatapannya seperti mengintimidasi. Damn! Bahkan aku tak pernah dilakukan seperti ini.
Aku baru menyadari bentuk dan rupa wajahnya. Dia, gadis yang ada di foto tadi. Ternyata aku bertemu dengan berandalan ini.
"Gadis berandalan. Kau yang seharusnya memperhatikan langkahmu. Saat kau berjalan seharusnya kau menatap lurus kedepan bukanlah kebawah. Kau tidak melihat apa yang ada didepanmu. Sehingga kau menubruk tubuh saya." Ucapku santai.
Jujur saja sebenarnya aku pun tadi sedang menatap jam tangan dan tak melihat gadis ini. Tentu saja, aku bukanlah orang yang ingin terlihat bersalah.
"Hell! Bisa-bisanya lo nyalahin cewek! Jelas-jelas lo yang salah." Bentaknya lagi. Dia benar-benar gadis yang berani. Damn!
Sambil menghentakan kakinya dia pergi menjauh, namun dengan cepat aku menggenggam tangannya. Aku ingin melihat ekspresinya saat aku mengucapkan sesuatu.
Dia langsung melemparkan tatapan sinis kearahku.
Bibirku mendekat kearah terlinganya. "Persiapkan dirimu untuk menjadi tunanganku."
Pupil matanya membesar namun raut wajahnya masih tetap datar. Aku yakin dia pasti sudah tau akan hal perjodohan ini. Namun dia masih belum menerimanya. Sama seperti diriku.
Gadis itu langsung menghentakkan tangannya hingga terlepas dari genggamanku. Gadis ini pun berlalu menjauh dari diriku.
Mau tak mau aku tersenyum karna dibuatnya. Dasar berandalan! Aku kembali melanjutkan langkahku mencari keberadaan Adam. Sialan! Dia berani membuatku pusing olehnya.
Dari kejauhan aku melihat Adam dengan adiknya yang bergelayut manja di lengannya yang kokoh. Saat melihat kedatanganku, Cinta langsung berteriak kegirangan dan lari berhamburan kearahku. Melompat dan langsung memelukku. Kakinya melilit ke pinggangku dan tanganya memeluk keras leherku membuat ku sesak.
"Aaronnnnn! Kapan kau kembali ke indonesia? Aku sangat, sangat merinduhkanmu!" Ucapnya dengan antusias.
Aku memperhatikan wajah cantiknya yang sangat mulus. Cinta sudah kuanggap adikku sendiri karna dia adalah adik sahabatku. Sesuatu yang menrik tampak di wajahnya. Sebuah lebam di sudut bibirnya membuat aku tertarik untuk bertanya.
"Cinta, kenapa dengan bibirmu?" Tanyaku sambil mengusap bagian yang lebam.
Cinta hanya meringgis ngilu. "Auch! Aku dipukuli cewek gila! Jika kau melihatnya kau pasti langsung membencinya. She's freak Aaron!" Ucapnya dengan penuh cemooh.
Aku manatap sahabatku yang dari tadi memperhatikan tingkah kami. Adam menarik lengan Cinta menyuruhnya untuk turun. "Turunlah Cinta. Kamu terlalu berlebihan!"
Cinta hanya memajukan bibirnya sambil bergumam tidah jelas.
"HELL YOU CINTA!!!!" Teriak seorang wanita dari arah belakanku. Aku menoleh kebelakang, cinta yang masih menangkel di pinggangku melakukan hal yang sama.
Berandalan ini kembali muncul sambil berlari membawa ember dan pel.an. Dengan cepat brandalan ini membating ember di dekatku sehingga cepretan air mengenai wajahku.
Damn! Beraninya gadis berandalan ini mengotori wajahku dengan air pel.
Cinta yang dari tadi digendonganku langsung turun dari tubuhku secara kasar. Di antara keduanya langsung memasang wajah sengit. Sepertinya bau pertarungan sudah tercium.
Cinta dengan kasar mendorong tubuh gadis itu dengan jari telunjuknya. "Apaan sih lo? Berisik banget."
Tanpa takut gadis itu tersenyum sinis kepada Cinta membuat gadis itu semakin geram. "Emangnya lo belum tau? Aku dan pria yang kau peluk barusan akan menikah."
Terjadilah adegan jambak-jambakan.
Huftt.
Adam yang dari tadi cuek akan perlakuan mereka langsung mengajakku pergi menjauhi tempat yang sumpek ini. Kami kembali menelunsuri lorong dan memasuki sebuah pintu. Bagaimana bisa di gedung seperti ini ada ruangan yang begitu nyaman dengan nuansa putih yang minimalis. Sekian lama bersahabat dengan Adam, aku baru tau ada tempat seperti ini di gedungnya.
Aku membanting pantatku di kursi yang cukup nyaman, begitu pun dengan Adam yang duduk di seberangku.
"Sekarang lo udah liat kan bagaimana gadis itu?" Tanyanya sambil menatapku lekat.
"Tak seperti yang gue bayangin, cewek macam apa dia? Dia adalah orang kedua setelah kakek yang berani membentak gue, bahkan mengintimidasi gue. So damn!" Ucapku sedikit kesal.
"Aku harus menjinakkannya." Ucapku dengan penuh kenakinan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE UGLY LOVE
Romance-Nevada Abigail Hell! Demi apa kakek menjodohkanku dengan pria yang kelewat tua itu! Harusnya kakek tau aku masih berumur 17 tahun. Aku tidak mau menikah muda apalagi dengan om-om yang sok berkuasa. Setidaknya aku mau menikmati masa puberku. Seperti...