Come

347 13 0
                                    

Nevy POV

Dia terus menggenggam tanganku hingga akhirnya kami memasuki ruangan pribadi kak Adam yang bernuansa putih. Suasana yang tercium dari pewangi ruangan membuat tubuhku menjadi rilex. Dari perabotan minimalisnya yang tersusun rapih dan pas di tata membuatku semakin nyaman. Pria dari tadi yang menggandengku menyuruhku duduk di salah satu sofa dan aku memilih duduk di sofa single.

Aaron menatapku dengan santai. "Gail?"

Gail? Apa itu panggilan baru untukku? Imut sekali namanya. Aku lumayan menyukainya. Aku yalin sebutan Gail diambil dari nama belakangku 'Abigail'

"Aku menyukai sebutan baruku. Terimakasih." Ucapku cuek. Sebenarnya aku tidak berniat untuk mengatakan terimaksih padanya, hanya sekedar basa-basi. Kalian pasti mengerti maksudku.

Aaron menyenderkan tubuhnya yang tegap sekaligus menggoda. Ugh! Apa yang aku pikirkan. "Aku ingin menanyakan sesuatu padamu Gail." Tatapannya kembali tajam.

Hell! Aku benci tatapannya yang seperti itu. Tatapan itu sungguh membuatku @&#;#*@£& (salting). "Cepat katakan pertanyaanmu. Aku harus segera kembali ke lapang." Kesabaranku mulai habis. Dasar pria gila.

"Baiklah jika kau tidak sabar untuk mendengarkan pertanyaanku." Aaron menghembuskan nafasnya yang berat. Seberat itu kah bebannya (?). "Kau tidak akan bersungguh-sungguh mencintaiku kan Gail?"

Apa dia gila?

"Kau pikir aku akan mencintaimu? Aku hanya akan berpura-pura bersamamu saat di depan kakek! Jangan berharap lebih tentang itu Aaron! Jikalau nanti aku memang benar-benar menikah denganmu, kita tinggal menunggu waktu yang pas dan mengurusi surat perceraian. Dan aku yakin kelak nanti kau bisa hidup berbahagia dengan kekasihmu yang ada di New York!" Ucap penuh dengan kesal. Entah dari mana kekesalan itu meluap. Suara ku semakin lama malah semakin tinggi. Oh God! Ada apa denganku? Kenapa emosiku mulai meluap-luap.

Kali ini akulah yang gila.

Aaron tampak datar dengan ekspresinya. Apa aku salah berbicara barusan? Aku tidak salah. Aku yakin maunya pun seperti itu.

"Begitukah? Baiklah kalau itu mau mu." Ucapnya santai sambil memalingkan wajah. Kemudia dia kembali menatapku dengan serius. Kali ini dia membiatku sedikit was-was. "Dari mana kau tahu aku memiliki kekasih di NY?"

@&#£×,@(¥×,:#^@!!!

Aku menelan ludahku sendiri. Bingung harus menjawab apa. Tidak mungkin kan aku memgatakan bahwa aku mendengar pembicaraan Aaron dan Adam. Di mana muka ku akan disimpan nantinya setelah ketahuan menguping. Aku tidak mau mempermalukan diriku sendiri.

BRAKKKKK!!

Aku menggebrak meja dengan keras dan membuat Aaron yang tampak terkejut dengan tingkah laku ku. Hanya ini yang aku bisa menyembunyikan rasa maluku.

"Pokoknya aku tahu! Kau tak perlu sumbernya dari mana! Yang pasti aku tahu semuanya tentangmu!" Bentakku. Ucapanku kali ini benar-benar seperti stalkernya. Walau sebenarnya aku tidak mengetahui apa-apa tentangnya.

Aku bangkit berdiri hendak pergi menjauh dari hadapannya. Namun tangannya yang dingin menahanku. Aku membalikkan badanku, menatapnya dengan penuh api kemarahan *lebay. "Apa?! " bentakku kembali.

"Aku berharap kau benar-benar tidak akan mencintaiku Gail."

***

Aaron POV

Setelah pamit pada Adam dan gadis-gadis lain termasuk calon istriku kelak aku segera keluar dan memasuki mobilku yang sudah siap di pintu utama GOR ini. Setelah ini aku berencana pulang ke apartementku untuk bersantai sendiri. Mumpung keadaanku di kantor tidak ada kesibukan. Beberapa hari ke belakang aku sangat lelah dan bosan harus selalu menatap monitor komputerku. Mengingatnya saja aku sudah sakit kepala.

Sampai di apatement aku langsung mengganti seluruh pakaianku yang formal menjadi pakaian santai. Aku juga mengambil bebrapa cemilan yang ada di kulkas tak lupa menyeduh kopi untuk menikmatinya di balkon. Hari ini aku benar-benar akan memanjakan diriku sebelum Leya datang dan memulai memelukku dengan posesif.

Sebelum aku tinggal di Berlin, aku dan Leya memutuskan hubungan kami. Karna Leya tidak ingin ikut denganku ke Berlin, entah apa alasannya. Saat itu, kantor cabang kakekku di Berlin mengalami masa kritis sehingga aku harus mengurusnya. Aku mencoba untuk mengajaknya LDR namun dia juga tak mau. Kadang wanita memang sulit di mengerti. Namun beberapa hari kebelakang kami mulai berkomunikasi lewat email. Dia mengatakan ingin kembali bersamaku, dia mencoba melupakanku saat itu tapi katanya dia tidak bisa berhenti memikirkanku. Akhirnya dia bilang akan menyusulku kemari. Tentu saja aku akan menerimanya dengan senang hati.

Aku menyeruput kopi yang masih panas sambil menikmati pemandangan kota yang tak pernah berhenti dengan kesibukan.

Ting Tong.

Aku menoleh saat bel berbunyi. Pasti clenning servis yang ku panggil tadi. Aku berjalan santai menuju pintu dan segera membukakannya.

Aku terbelalak saat melihat yang hadir. Dengan senyumannya yang manis menatapku dengan lekat.

"Haii sweetheart."

Dia langsung memeluk dan mencium bibirku dengan lembut. Namun aku masih terpaku, aku masih tak percaya Leya sudah ada di hadapnku sekarang. Leya menatapku dengan tangannya yang masih memeluk leherku.

"Apa kau tak mengajakku masuk sweet? Aku merinduhkanmu. Sangat!" Ucapnya kembali mengecup bibir ini.

Kembali ke dunia Aaron.

Aku menyuruhnya untuk segera masuk. Aku membantunya membawa beberapa barang miliknya sepeti koper, beberapa kresek dan barang lainnya.

Dengan anggun Leya duduk disalah satu sofa ruang tv. Dia menatapku dengan raut yang sedikit berberbeda. "Apa kau benar-benar akan menikahi gadis itu?"

Aku tidak bisa berbohong padanya. Dia memang sudah tahu, karna aku menceritakannya lewat email. Dia menerima bahwa aku akan menikah. Dan tentu saja dia tahu bahwa aku juga tidak mencintai Gail.

"Hmmm."

"Aku tak sabar ingin bertemu dengan calonmu itu."

♡《》♡

Vomment dong

THE UGLY LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang