Mr. Brahm's Mansion, Woodlands Elf Teritory, Mayapada, Lembang, West Java, Indonesia
Tuk, tuk, tuk.
Entah sudah berapa kali pagi itu Fridt berjalan mondar-mandir di foyer-mulai dari depan pintu utama, melewati chocolate fountain, sampai ke pintu belakang, lalu kembali lagi melewati chocolate fountain, ke depan pintu utama-begitu seterusnya. Sesekali ia melirik ke arah ruang baca-dimana Venera tertidur dengan kertas berserakan di depan monitor.
Mr. Brahm hari itu sudah berangkat pagi-pagi sekali-ada rapat awal tahun ajaran baru katanya. Usai Mr. Brahm meninggalkan rumah, Selene berkeliling melihat taman dan merak-merak yang merumput-dan belum kembali sampai sekarang. Sedangkan Herschel-
"Fridt," panggil Herschel saat baru saja keluar dari ruang makan dan berjalan menuju ruang baca. Pintu kaca ruang baca sontak bergeser saat ia menempelkan telapak tangan kanannya di sebuah panel di dekat ruang baca. Fridt bergegas mengikuti langkah Herschel.
"Cher sudah turun?" tanya Herschel sambil menghampiri menghampiri kotak kaca di dinding dalam ruang baca serta menekan kode rahasia di sisinya, kotak itu membuka beberapa detik sebelum akhirnya menutup otomatis-waktu yang cukup baginya untuk mengambil salah satu kunci mobil yang tergantung di dalam kotak kaca tersebut.
Fridt terus mengekor langkah Herschel yang kembali keluar dari ruang baca lagi dan menuju chocolate fountain di foyer seraya memberi jawaban tak nyambung dalam langkah panjangnya, "Tuan.... Ada seorang tamu yang membuat saya kepikiran baru-baru ini."
"Begitu," sahut Herschel sambil mengambil sebuah churros di sisi chocolate fountain, mengamatinya, mencelupkannya ke dalam cokelat, lalu menggigit dan merasainya sedikit, "Aku lebih suka kue ini daripada poffertjes, aku ingin ada ini setiap aku di rumah."
Lalu ia kembali mencelupkan churros-nya ke dalam cokelat dan menggigitnya lagi.
"Tamu yang kemarin, saya tidak tahu namanya, yang membiarkan kucingnya menggigit sandwich-nya, yang datang bersama dokter berambut kuning-"
Herschel berhenti mengunyah. "Anak angkatnya Dr. Lichtenberg, Frans, Hans, entahlah aku lupa namanya," ujar Herschel, "Memangnya kenapa dia? Datang ke sini lagi?"
Fridt menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Tidak, tidak.... Tapi tidakkah tuan merasa dia agak ngg ngg...." Ia tak kunjung menyelesaikan kalimatnya.
"Agak kurang waras karena membiarkan kucingnya menggigit sandwich-nya?" tebak Herschel sambil melanjutkan mengunyah.
"Bukan, bukan, bukan itu maksudnya.... Ngg, bukankah dia agak mirip seseorang?" akhirnya Fridt berhasil menyelesaikan ucapannya.
"Siapa yang kamu maksud?" tanya Herschel sambil mencelupkan churros keduanya ke dalam cokelat.
Fridt memilin kedua jari telunjuknya, merasa ragu untuk bicara. "Alpha Centauri, Tuan Herschel," ujarnya pada akhirnya.
Herschel menatap Fridt lekat-lekat, lalu ia mencaplok seluruh churros yang baru dicelupkannya ke dalam cokelat masih sambil menatap kepala pelayannya itu.
"Matanya, Tuan," lanjut Fridt dengan berapi-api, "Sinar matanya! Aku yakin-"
"Aku yakin kamu berkhayal," Herschel memotong ucapan Fridt. Ia mengambil churros yang ketiga dan kembali mencelupkannya ke dalam cokelat lalu mengacungkannya di hadapan muka kepala pelayan itu, "Fridt, aku berada di sana bersama Ayah, Ibu, Vena, dan Cher. Kami melihat makamnya dan makam kedua orang tuanya. Kulihat juga foto-foto pemakamannya, dihadiri oleh duta besar Indonesia untuk Jerman."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha Centauri and the Woodlands Chantress (Bahasa Indonesia)
FantasyInternational Intelligence (I2), sebuah organisasi rahasia terbesar di dunia yang mengawasi dua dunia-sihir dan non-sihir. Hansel tak punya pilihan selain terikat pada I2, padahal dia bukan tukang sihir apalagi peri. Dan kini dia harus memutar otak...