Bagian 9: THE FALCON NEST

648 42 7
                                    

Medical Wing, I2 Headquarter, Northern Hemisphere.

Hansel menghirup napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Kedua matanya agak lengket, tapi kepalanya terasa ringan dan nyaman begitupun tubuhnya. Rasanya seperti sudah tidur seharian penuh.

Tidur seharian penuh? Pikir Hansel.

"Bisakah beri waktu sedikit lagi, Mr. Hours? Dia baru pulang dari Corps Base pukul 01.00 dinihari, saya rasa dia masih butuh istirahat," ujar Elena tak jauh dari tempat tidur Hansel.

Hansel membuka matanya lebar-lebar dan bangkit dari tempat tidurnya. Jam digital di mejanya menunjukkan waktu 5.55 AM, dan menunjukkan tanggal yang sama.

Aku baru tidur 10 menit? Hansel membatin lagi. Ia sudah tak merasa mengantuk atau lelah sama sekali.

"Masih mengantuk, Hansel?" tanya Mr. Hours, tak jauh dari tempat tidurnya. Gaya bicaranya masih sama persis seperti pertama kali Hansel bertemu dengannya, suara berat yang dipanjang-panjangkan dan menjemukan.

Hansel menatap Mr. Hours dan menggelengkan kepalanya.

Mr. Hours melemparkan pandangannya pada Elena lalu melayangkan senyuman.

"Lima menit sepertinya cukup untuk bersiap-siap. Saya tunggu di ruang tunggu," ujar Mr. Hours sambil meninggalkan ruang rawat.

"Elena!" panggil Hansel setelah derap langkah Mr. Hours terdengar menjauh, "Kamu pakai mesin waktu, ya?"

"Hansel, kami tak punya mesin waktu," Elena terkikik geli sambil memberikan pakaian bersih pada Hansel, "Tapi kita punya ramuan waktu-time potion. Satu menit di dunia tapi kamu akan merasa satu jam. Tadi aku juga menyuntikkan obat tidur, jadi kamu mestinya merasa tidur 10 jam."

"Makasih I2," bisik Hansel.

"Makasih Dr. Lichtenberg," Elena mengoreksi, "Ayahmu yang menciptakannya."

*

Falcon Nest, I2 Headquarter, Northern Hemisphere.

FLASH!

Lampu blitz yang berlebihan membutakan Hansel. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali sambil terhuyung menjauhi photo booth.

"Trims," ujar seorang wanita tambun pada sang fotografer dan lightingman, lalu berjalan menghampiri Hansel yang kini tengah mengucek matanya.

Andratta J.J. Strauss, begitu nama yang tertera pada blazer biru tua yang dikenakan wanita tambun tersebut.

"Mari saya antar ke Sangkak Elang," ujarnya sambil tersenyum lebar.

"Dengan senang hati," sahut Hansel, berusaha seramah mungkin, meskipun ia sama sekali tak mengerti apa maksudnya Sangkak Elang itu.

Ngomong-ngomong, Hansel kini sudah kembali lagi ke Dimensi 2 setelah berjalan melalui parallel gate-kali ini parallel gate yang berbeda. Yang satu ini adalah parallel gate resmi-dan jauh lebih menarik-karena ada begitu banyak orang yang melintas melaluinya setiap waktu. Parallel gate itu berupa lift kaca yang membawanya sampai ke dasar sungai, lalu bergerak horizontal melintasi sungai-membuatnya berkesempatan melihat keindahan kehidupan di bawah sungai. Saat lift kaca sampai di seberang sungai, lift tersebut bergerak vertikal ke atas dan memperlihatkan keindahan jurang tersebut di pagi hari.

Ia juga sempat berjalan melewati Core Chamber, tapi tak satupun dari Mr. Hours ataupun Mrs. Strauss yang membahasnya. Kemudian mereka singgah ke ruang arsip di kantor Departemen Manajemen, katanya Hansel perlu difoto sebagai arsip sebelum akhirnya ia beranjak menuju tujuan utamanya hari ini-Sangkak Elang. Lucunya, Mr. Hours tiba-tiba menghilang saat pemotretan.

Alpha Centauri and the Woodlands Chantress (Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang