Wolfach, Baden-Württemberg, Deutschland.
Tiap sudut Wolfach tengah diselimuti salju dan hawa beku. Pohon-pohon pinus di Schwarzwald berayun kaku dikala butir-butir salju jatuh perlahan sebelum menyelimuti atap-atap rumah, pohon-pohon pinus, dan tanah yang membeku. Tampaknya mustahil jika ada yang mau membakar rumah atau hutan di cuaca semacam ini. Eh—lagipula orang iseng macam apa yang mau melakukan hal konyol semacam itu di tanggal 20 Desember?! Setiap orang tentunya begitu bahagia menyambut musim liburan, mari kita enyahkan pemikiran konyol semacam itu.
Kota kecil ini tersembunyi di lembah Kinzig, memucat di bawah bayang-bayang gelapnya hutan pinus Schwarzwald—Black Forest atau Hutan Hitam nama lainnya. Cahaya lampu sedikit menghidupkan suasana di Wolfach, membuatnya berkilau keemasan; pohon natal warna-warni juga terlihat semarak dari balik jendela pemukiman. Malam ini, kerumunan orang-orang berwajah bahagia dapat dijumpai tengah menikmati nuansa malam hari di pusat kota, terutama di Christmas Village yang memang selalu terlihat semarak bahkan di musim panas sekalipun.
Pemukiman tampak padat di sekitar pusat kota, seakan berusaha keras untuk berada sejauh mungkin dari gelapnya Schwarzwald. Memang tak terlalu banyak orang yang mau tinggal dekat dengan Scwarzwald, jumlahnya dapat dihitung dengan jari dan berjarak ratusan kaki satu sama lain. Semakin dekat dengan Schwarzwald, semakin sunyi pula nuansa di dalam rumah-rumah tersebut.
Terkecuali sebuah rumah kecil yang dihuni oleh keluarga kecil pendatang. Jethro Yusak dan istrinya yang menawan—Ester—masih sibuk di dalam laboratorium kimia mereka yang sederhana selama hampir 48 jam. Benar-benar ilmuwan sinting—eh maksudnya berdedikasi. Ya, mereka memang agak eksentrik—eh berbeda—dibandingkan dengan tetangga-tetangga mereka yang seniman kayu.
Anak laki-laki mereka yang berusia 9 tahun—Alpha Centauri—juga masih terjaga, menatap monitor tabung tuanya sambil terkantuk-kantuk. Kacamata perseginya merosot sampai ke ujung hidung, sama halnya dengan piyama biru mudanya yang merosot kedodoran ke bahu kecilnya. Rambut ikalnya yang sehitam batubara terlihat kusut, seperti biasanya. Ia begitu mengantuk sampai-sampai kepalanya terantuk monitor berkali-kali.
Sekitar satu jam yang lalu, Alpha masih larut dalam chat bersama Anna—Antares Chiron—salah satu sahabatnya yang tinggal di kampung halamannya di Indonesia. Mereka asyik membahas rencana liburan akhir tahun, musim dingin di Jerman, musim hujan di Indonesia, dan tentu saja ulang tahun Alpha tanggal 21 Desember—besok! Anna mengatakan bahwa ia sudah mengirimkan hadiah ulang tahun dan seharusnya akan sampai tepat tanggal 21 Desember. Tapi tiba-tiba Anna offline ketika Alpha menanyakan isi kadonya.
Alpha bisa saja mematikan komputer tuanya dan pergi tidur. Lagipula ini sudah pukul 11.15 malam, jadi ia bisa tidur nyenyak dan Pak Pos akan mengantarkan kado ulang tahun ketika ia bangun di pagi harinya. Tapi toh Alpha memilih untuk tetap menatap monitor tuanya, meskipun ia tahu betul Anna sedang mengerjainya.
Woof!
Anjing golden retrievernya—Fox—menyalak keras dan mengejutkannya.
“Aku nggak nguanthuuk, Fox,” kata Alpha sambil menguap lebar-lebar dan menggaruk-garuk kepalanya.
Fox menyerah dan kembali membaringkan tubuh berbulunya di atas karpet. Golden retriever ini sudah berkali-kali mengingatkan majikannya untuk tidur, tapi tampaknya sia-sia.
Alpha melirik pesawat Lego yang masih setengah jadi dengan beberapa keping Lego yang berserakan di atas tempat tidurnya. Ia baru saja berniat untuk merapikan tempat tidurnya ketika tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu depan.
Tok tok!
Alpha terkesiap. Ia langsung loncat dari kursi, meninggalkan komputernya yang masih menyala, dan bergegas menuju pintu depan diikuti Fox yang berlari-lari mengejar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha Centauri and the Woodlands Chantress (Bahasa Indonesia)
FantasíaInternational Intelligence (I2), sebuah organisasi rahasia terbesar di dunia yang mengawasi dua dunia-sihir dan non-sihir. Hansel tak punya pilihan selain terikat pada I2, padahal dia bukan tukang sihir apalagi peri. Dan kini dia harus memutar otak...