Pupil's Dormitory, Woodlands Elf Teritory, Mayapada, Lembang, West Java, Indonesia
"Dan server game-nya masih utuh," lanjut Hansel, "Sepertinya satu-satunya cara untuk menghentikan kekacauan elektronik ini memang dengan menon-aktifkan jampi-jampi di server."
"Kaito masih di sana?" Cher bertanya balik.
Hansel langsung melongo saat mendengarnya. Tak sedikitpun terlintas dalam pikirannya bahwa tanggapan Cher akan seperti itu.
"Masih?" ujar Hansel setelah melongo selama beberapa detik, "Bagaimana kamu bisa tahu dia ada di sana sebelumnya?"
"Karena dia membawaku ke sana sepulang sekolah," jawab Cher dengan polosnya.
Sebaliknya, otak Hansel berpikir keras, berusaha menyatukan serangkaian peristiwa yang tak diketahuinya.
"Sebenarnya apa sih yang terjadi denganmu sejak kita berpisah kemarin?" tanya Hansel yang merasa otaknya sudah mengalami kebuntuan.
"Kaito muncul tak lama setelah kamu pergi, dia langsung membawaku paksa ke rumah pohon," Cher memulai penjelasannya, "Sikapnya aneh sekali—sangat berbeda dengan biasanya—"
"Trus kamu mau ikut dia?" tanya Hansel, memotong penjelasan Cher.
"Kakiku bergerak begitu saja," jawab Cher, "Belakangan Book of Halo bilang itu sihir."
"Buset, kamu bawa buku itu ke rumah pohon?" sela Hansel lagi.
"Nggak, saat itu aku masih simpan di rumah Kakek Elias. Aku biasa menyimpan benda-benda yang ingin kusembunyikan di rumah Kakek—buku, kunci, dokumen lama—"
"Trus kamu diapain?" tanya Hansel, memotong ucapan Cher.
"Di rumah pohon aku mendadak lumpuh—itu sihir, dan dia berkali-kali memaksaku untuk menyerahkan Book of Halo," jawab Cher, "Dan setiap kali aku menolak, dia mengayunkan sebelah tangannya dan aku langsung merasakan sekujur tubuhku sakit sekali—mantera penyiksa—"
"Jadi dia tukang sihir," gumam Hansel setengah berbisik.
Cher menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku tak yakin soal itu. Suara Kaito sangat berbeda, mantera penyiksa adalah jenis sihir hitam kuno tingkat tinggi, dan merapalkan mantera tanpa tongkat sihir adalah tidak mungkin," Cher menanggapi, "Seseorang mengendalikan tubuh Kaito dari jauh, dan orang itu pastilah penyihir yang sangat hebat."
"Kupikir semua tongkat sihir sudah lenyap dari muka bumi," gumam Hansel lagi, tampak linglung.
"Kecuali dua tongkat sihir milik Caelum dan Auriga," sahut Cher dengan sangat cepat.
"Jadi—"
"Seether sudah menemukan salah satu atau bahkan keduanya—"
"Lunan," gumam Hansel, mengutuk dalam bisiknya.
Belum sempat Hansel melanjutkan berpikir, terdengar gemuruh dari kejauhan. Bukan. Bukan gemuruh petir dari langit, melainkan seperti suara gemuruh kendaraan bermotor. Seandainya saja mereka bukan dalam kondisi kekacauan elektronika, Hansel pasti menyangka bahwa bala bantuan I2 sudah datang.
Air muka Cher tampak menegang, kedua mata cantiknya melirik ke arah datangnya suara, suaranya tatkala menarik dan menahan napas terdengar jelas di telinga Hansel hingga membuat Hansel ikut menarik dan menahan napas karena tegang.
Tak lama kemudian suara gemuruh itu menghilang, berganti dengan suara berkelontang logam-logam yang saling beradu. Karena sudah kepalang penasaran, Hansel memakai kembali kacamatanya dan mulai mengintip dari balik dinding kayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha Centauri and the Woodlands Chantress (Bahasa Indonesia)
FantasyInternational Intelligence (I2), sebuah organisasi rahasia terbesar di dunia yang mengawasi dua dunia-sihir dan non-sihir. Hansel tak punya pilihan selain terikat pada I2, padahal dia bukan tukang sihir apalagi peri. Dan kini dia harus memutar otak...