Part 8

1.5K 11 0
                                    

Sepulangnya dari kantor, Fara hendak pergi ke supermarket yang ada tak jauh dari kantornya, sejalan dengan arah menuju apartemennya. Stok makanan di lemari es-nya, sudah waktunya diisi, jadi dia memutuskan untuk mampir berbelanja.

Sebelum dia sampai ke supermarket, tepatnya di pertigaan jalan yang berjarak beberapa meter dari supermarket, tiba-tiba ada seseorang yang memanggilnya.

“Fara”, sapa suara itu.

Fara pun menoleh dan betapa kagetnya dia mendapati siapa orang yang telah memanggilnya itu.

“A..ardhi?”, ucapnya tergagap.

“Ya. Ini aku”, jawab Ardhi yang setengah berlari menghampiri Fara.

“K..Kau, bagaimana kau tahu aku ada disini?”

“Um.. Sebenarnya aku mau menemuimu di kantor, tapi aku malah mendapatimu sudah ada disini.”

“Eh? Kantor?”, ucap Fara bingung. “Kantorku? Kau tahu kantorku?”

“Iya. Aku ingin bicara denganmu, bisa?”

“Maaf, Dhi.. Aku sedang sibuk. Aku buru-buru.”. ucap Fara dan segera melangkah cepat meninggalkan Ardhi.

Namun baru beberapa langkah saja, langkahnya terhenti karena Ardhi telah memegang lengannya.

“Dhi….. Lepas”, ucap Fara memohon.

“Tidak, sebelum kau mau bicara denganku.”

“Dhi!”, bentak Fara keras. “Please… Lepasin, sakit”

Ardhi yang sadar bahwa dia telah memegang tangan Fara dengan begitu eratnya pun akhirnya melepaskannya. “Maaf”, ucap Ardhi tulus.

Fara menggosok lengan yang telah dipegang Ardhi dengan erat, begitu Ardhi melepaskannya. Lengannya itu tampak merah. “Ok.”, ucap Fara singkat. Namun bisa membuat Ardhi mendongak menatap Fara lekat. Dan hal itu membuat Fara bingung.

“Bisakah kita bicara disana?”, Ardhi menunjuk pada café diseberang jalan tak jauh dari tempat mereka berdiri. “Sebagai permintaan maafku, please”, ucap Ardhi dengan tatapan memohonnya.

Membuat Fara mau tak mau akhirnya menurutinya dan mengikutinya menuju ke café yang telah ditunjuk Ardhi sebelumnya.

“Maafkan aku Fara”, ucap Ardhi mengawali pembicaraan mereka setibanya mereka di café itu.

“Apa?”

“Maaf untuk semuanya. Maaf untuk semua kesalahanku, terutama kesalahan yang telah aku perbuat 7 tahun yang lalu.”

Fara termenung mendengarkan ucapan Ardhi. Dia menatap manik mata Ardhi dan dilihatnya ada ketulusan dan penyesalan disana. Lalu diapun dengan segera mengalihkan tatapannya itu melihat ke jalan, dibalik kaca café.

“Ra……”, panggil Ardhi pelan

“Kenapa baru sekarang?”, ucap Fara tanpa menoleh ke arah Ardhi.

“A..aku tahu aku emang pengecut.” Jawab Ardhi. “Aku menyesal, Ra. Sungguh….”

“Ah, sudahlah. Semua sudah berlalu.” Ucap Fara dengan ketus. “So, udah selesai kan permasalahan ini. Aku pergi.”, Fara berjalan meninggalkan café.

“Ra… tunggu. Ra…”, Ardhi memanggil Fara berkali-kali namun Fara tak sedikitpun menoleh padanya.

 

Begitu Fara meninggalkan café, dia membatalkan niatnya untuk berbelanja. Tiba-tiba mood-nya menjadi buruk. Hingga dia memutuskan untuk langsung pulang.

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang