^4^

124 18 3
                                    

Beberapa Hari yang lalu, adalah hari penyisihan para calon prajurit Sasan. Dan hari ini adalah pengumuman penerimaan prajurit Sasan. Spartos dan Corra, dan calon prajurit lainnya melihat mading di depan Barrack pusat Kerajaan Sasan.

"Corra Leaxsius, namaku ada!! Hore hahahah!!" seru Corra, Spartos mengerutkan dahinya sambil berkata, "kenapa namaku pangkal nya S."

Corra menepuk pundak Spartos, "mungkin kau harus mencari di lembaran yang agak jauh, mungkin disana pangkal nya sudah mau S hingga Z," kata Corra memberi solusi, Spartos mengangguk dan pergi ke mading paling akhir untuk mendapat urutan namanya yang memang agak terakhir.

"hmm, kenapa orang yang kulawan masuk ya?" Tanya Azwn pada Corra, Corra tersentak Karena tiba-tiba ada yang bertanya padanya, orang asing pula. "eh ya?" hanya itu kata kata yang keluar dari Corra.

"bukankah orang yang sudah dikalahkan tidak lolos bukan?" Tanya Azwn pada Corra. Matanya tertuju ke Corra berarti ia benar-benar berbicara dengan Corra. "Seharusnya memang begitu,"jawab Corra ramah.

"Tetapi, orang yang kukalahkan kemarin kenapa bisa lolos?" Tanya Azwn meyakinkan lagi sambil menunjuk ke arah mading, sontak Corra tertegun dan menaikkan alisnya. "oh, mungkin saja dia sama kuatnya dengan dirimu, karena ketidak ketelitianya, ia kalah. Mungkin saja para juri mentolerir nya." Corra menjawab tidak sembarangan, tetapi ia tak yakin dengan jawabannya.

Azwn menarik napas nya, ia lalu membisikkan kepada Corra, "bisa saja ini sogokan hehe." Setelah itu Azwn pergi meninggalkan Corra. Corra membulatkan matanya tak percaya dengan apa yang disampaikan Azwn padanya.

"Sogokan?"

Tak lama dari itu, Spartos menghampiri ke tempat Corra, "namaku tercantum di mading. Kata pak Suhaeb kita harus berkumpul sekarang di lapangan besar kemaren di tempat kita bertarung. Ayo pergi Corra," ajak Spartos. Corra lalu mengikuti kata kata Spartos. Di tengah perjalanan mereka, Corra menceritakan apa yang terjadi pada Corra bersama Azwn, pria pendatang itu. Spartos tentu saja memaklumi itu.

"Hal seperti itu pasti terjadi dimana-mana. Lagian masuk dengan uang sogokan adalah tindakan instan yang dilakukan orang tertentu. Kita memaklumkan saja karena orang yang menyogok itu sebenarnya tidak mampu dalam memenuhi kriteria. Dan selanjutnya, ia juga tak akan mampu untuk menjalaninya, ia hanyalah orang yang hanya memenuhi ambisinya yang padahal dasarnya ia tak mampu melakukan itu." Corra mengangguk-angguk mendengar apa yang dikatakan Spartos. "Kalau begitu, kau buat saja perintah dilarangnya menyogok," kata Corra dengan santai.

Spartos menatap langit biru, "memasuki dunia yang seperti itu "

Ia berpikir bahwa sebaiknya menjauhi urusan kerajaan, walaupun ia anak bangsawan tetapi ia dibesarkan dengan pamannya, menurut nya memasuki dunia istana ialah suatu hinaan.

Corra menatap Spartos dengan tampang bingung, ia lalu menampar Spartos dengan keras hingga membuat pikiran sang pangeran tersebut kembali ke dunia, ia mengeluh sakit sambil menggosokkan pipinya yang memerah dengan tangannya.

"Terkadang kau itu payah, seperti orang idiot, kau butuh pelayanan khusus Spartos," ejek Corra.

Spartos memasang wajah masam dan tidak membalas perkataan saudaranya.

"oh ya, malam ini kita akan asrama, jadi kita sedikit hemat untuk tidak membayar uang sewa nyahaha!" ucap Corra dengan semangat, serta diiringi suara keroncongan seseorang.

"ayo kita makan," lanjut nya.

*~~~~*

Kedua lelaki bersaudara itu mengunjungi sebuah rumah makan di pusat kota, karena tadi pagi mereka telah menguras energi mereka, tentu saja sekarang saatnya mengisi kembali energi. Di dalam rumah makan tersebut disediakan tikar anyaman dan meja kecil yang lumayan lebar, dan juga bantalan untuk duduk. Mereka memesan Kari ayam dan air putih.

"hitung-hitung hemat lah hehe," ucap Corra sambil menggaruk kepalanya yang tidak sakit.

Spartos hanya membalas dengan senyuman tipis. Sang pelayan yang membawakan pesanan juga hanya senyum senyun saja.

Sebenarnya Spartos merasa resah karena dari aula hingga mereka berdua kemari, ada sosok yang mengikuti nya, dan sekarang sosok itu berada di dinding.

Ya, sebuah bayangan dengan mata merah yang sayup-sayup hadir di tengah mereka.

Aku merasa gelisah, apakah ia ingin menonton kami makan?

Pikir Spartos.

Daripada pusing memikirkan hal itu, lebih baik melanjutkan makan lebih baik...

Chronicle Desert: Prince And The WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang