Chapter Two : Missing (Choice 1c)

222 4 0
                                    

Teriakan Andine barusan berhenti setelah beberapa detik berlalu "apa itu barusan?" ucapku pelan. Apa terjadi sesuatu dengan Andine? "paling hanya kucing liar seperti kemarin" aku tersenyum kecil dan melanjutkan pembongkaran koper milik ayahku "aha... sebuah powerbank..." ayahku selalu membawa sebuah powerbank seperti ini kemanapun beliau pergi untuk berjaga-jaga apabila handphone miliknya kehabisan batre di tengah jalan.

selang beberapa menit aku tidak menemukan apapun yang bisa aku gunakan dari dalam koper tersebut dan memutuskan untuk kembali menuju ke lantai satu tempat di mana Andine sempat berteriak.

-klak klak

"hmm? lah?" aku memutar keras pegangan pintu kamar utama namun tidak berhasil untuk membukanya "kok terkunci?"

"Din... bisa denger suara kakak?! kakak terkunci disini!" teriakku keras agar adikku yang berada di lantai satu bisa mendengarku.

"ah... bener juga, handphone" aku mengambil smartphone milikku dan mencari nama Andine di antara puluhan nama kontak yang tersimpan di hape canggih milikku tersebut.

-tuuu

-Klik

"Hallo, Din... kakak terkunci di lantai dua bisa tolong ambilkan kunci"

"...."

"Din... kamu disitu kan?"

-ngiiiing

-klik

sebuah dengungan keras yang diikuti oleh terputusnya kontak membuat telingaku ikut berdengung "apa itu barusan?" 

-dok dok dok

aku menggedor pintu kamar beberapa kali dan mencoba untuk mendobraknya.

"huff.huff.. satu dua..."

-brak

setelah mencoba untuk yang kesekian kalinya aku berhasil membuka pintu yang terkunci itu walaupun harus merusaknya "ahh.." ternyata bukan terkunci tetapi pegangan pintu kamar tersebut macet dan tidak mau berputar "nampaknya ayah perlu menggantinya"

-tap tap

aku berjalan menyusuri lorong gelap lantai dua rumah kami tersebut. Hembusan angin dingin terasa menyengat walaupun tidak ada sebuah jendela pun yang terbuka di tempat itu.

"ini aneh..." aku berjalan lurus tapi....

"apakah rumah ini sepanjang ini"

Aku mempercepat langkahku, berharap untuk menemukan tangga kebawah yang mengarah ke lantai satu. Cahaya lilin di tanganku mulai meredup pertanda lilin tersebut akan segera habis, namun itu bukanlah masalah besar.

"hah...hah.... ah!"

-Bruak

Aku terjatuh keras, lilin yang berada di tanganku turut terjatuh membuat seluruh area di sekelilingku berubah gelap. Aku bergegas mengambil senter yang berada di saku celana miliku dan menghidupkannya.

"hah...hah."

kiri, kanan namun yang aku temui hanyalah kegelapan yang tanpa ujung "a-apa yang terjadi disini? di mana aku?" lorong rumah itu nampak tak berujung walaupun aku sudah melewatinya beberapa kali siang tadi.

dari berjalan cepat aku memutuskan untuk berlari, lari, dan terus berlari dengan senter yang menyala di tanganku. keringat dingin menetes dari keningku dan seluruh tubuhku, nafasku layaknya di buru dan ketakutan hebat menghinggapi jantungku.

"tang-tangga!" teriakku ketika melihat sebuah tangga melingkar yang beberapa saat yang lalu aku lewati. Dengan cepat kakiku mengantarku menuruni tangga yang sedikit terjal tersebut dengan terburu-buru.

I'm Coming for You : Midnight (Discontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang