Sasya berjalan dengan satu tangan menggenggam tasnya dan satu tangan lagi menggenggam ponselnya yang kini sedang bergetar berkali-kali karena pesan yang di kirimkan oleh seseorang hingga membuat dirinya jengkel. Sejak pagi tadi saat ia bangun tidur, orang itu selalu mengirimkan ia pesan yang selalu sama dengan isi 'Princess, kamu dimana?' yang membuat Sasya benar-benar kesal.
"Nyebelin banget sih, bawel." gerutu Sasya sembari mempercepat jalannya. Ia tidak memperhatikan sekitar hingga tubuhnya menabrak seseorang. Sasya nyaris saja jatuh jika saja tidak ada tangan yang menopang dirinya seperti sekarang ini.
"Caca?"
Sasya menahan nafasnya saat mendengar suara yang memanggil namanya tadi. Ia kenal jelas siapa pemilik suara ini. Ia kenal jelas siapa yang akan memanggil namanya dengan lembut seperti ini. Dengan penuh kehati-hatian, Sasya mendongakkan kepalanya untuk menatap siapa orang yang tengah menolongnya. Di sana, Nando memandangnya dengan tatapan rindu yang begitu kentara membuat Sasya kembali merasakan sesak di dadanya.
Buru-buru Sasya melepaskan dirinya dari pelukan Nando dan berdiri dengan kakinya sendiri tanpa di bantu oleh pemuda itu. "Sorry." ujar Sasya pelan sebelum akhirnya berjalan melewati Nando yang menatapnya dengan tatapan perih.
Nando tau gadisnya telah berubah semenjak ia memutuskan hubungan dengan Sasya, dan ia tidak bisa melakukan apapun selain membiarkan Sasya melakukan apa yang ia mau.
"Belum saatnya aku memperbaiki semuanya, Ca. Kamu harus bisa sabar nunggu aku." gumam Nando pelan, masih tetap memandang punggung Sasya yang kian lama menghilang dari pandangannya.
Sasya menyandarkan tubuhnya pada dinding yang terasa begitu dingin saat menyentuh kulitnya. Ia memejamkan matanya, merasakan air mata yang mengalir perlahan membasahi pipinya. Rasa sesak itu kini menguasai dirinya. Rasa sakit itu perlahan kembali timbul, menyusup masuk ke dalam hatinya. Meremas kuat hatinya yang sudah rusak, menjadi semakin rusak. Sasya merindukan Nando-nya. Sasya merindukan pemuda yang sudah berhasil mencuri hatinya. Sasya merindukan semua yang ada di Nando-nya.
"Sakit..." lirih Sasya menahan isak tangisnya yang semakin timbul seiring dengan rasa sesak yang semakin mencekik.
"Princess?"
Sasya tersentak kaget saat mendengar suara Dimas yang begitu dekat dengan dirinya. Buru-buru ia menghapus air matanya dan menyapukan pandangannya ke sekeliling hingga irisnya bertemu dengan milik pemuda itu yang kini memandangnya bingung.
"Sasya, kamu gapapa?" tanya Dimas lagi seraya berjalan mendekat kepada Sasya yang kini menundukkan kepalanya-mencoba menutupi wajahnya yang memerah karena menangis.
"Stop," ujar Sasya saat Dimas melangkahkan kakinya mendekat. "aku-... Gapapa, ya, aku gapapa." lanjutnya kembali dengan senyum tipis yang tidak meyakinkan.
Dimas memandang Sasya dengan detail, matanya menjadi lebih tajam dari sebelumnya membuat Sasya menjadi salah tingkah dibuatnya.
"Jangan tatap aku kayak gitu, Dim." ujar Sasya dengan nada pelan. Dimas mendekat kepada gadis itu dan dengan perlakuan yang cukup kasar, Dimas menarik dagu Sasya hingga gadis itu mendongak dan menatapnya.
"Apa yang kamu tutupin dari aku, Sya? Aku tau kamu bohong kalo kamu bilang kamu itu gapapa." ucapnya dengan suara pelan berbisik namun begitu tajam untuk Sasya. Gadis itu mundur selangkah hingga tubuhnya kembali menabrak dinding.
"Aku-aku..." Sasya tergugu dengan kata-katanya. Ia menunduk dan memainkan ponselnya yang masih ia genggam.
Tiba-tiba Dimas tertawa sinis membuat Sasya memandangnya bingung. "Nando. Pasti dia yang ngebuat kamu kayak gini, kan? Siapa lagi kalo bukan dia. Cowok yang udah ninggalin kamu demi cewek lain-" ucapannya terpotong saat Sasya menamparnya cukup keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Has Changed
Teen FictionSUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU TERDEKAT! Tidak ada yang lebih menggemaskan dari si kembar Austin dan Aurin, kakak beradik Sasya dan Reon, pun si gadis bermata abu-abu bernama Cikha yang selalu bertingkah malu pada setiap orang, juga Nando si pemuda yan...