Hazza berjalan masuk kedalam rumah saat bel rumahnya berdering menandakan ada tamu yang datang. Tapi, dahinya mengerut saat melihat jam. 12.00 PM. Jika teman-temannya maka itu tidak mungkin karena teman-temannya akan datang sore nanti.
Lalu siapa?
"Hazz, siapa yang dateng?" tanya Gita setengah berteriak dari arah dapur. Ia sedang memasak untuk teman-temannya nanti. Dan juga kakaknya.
"Gak tau. Aku buka dulu," ucap Hazza dengan nada yang sama-sama setengah berteriak. Gita hanya bergumam tidak jelas untuk membalas ucapan Hazza.
Hazza kembali meneruskan jalannya dan membuka pintu. Betapa terkejutnya dia saat melihat Sasya yang tengah berdiri didepan rumahnya dengan kantung belanja yang sangat banyak berada didalam genggaman tangannya.
"HALLO OM ACALA!" teriak Sasya girang. Hazza melongo mendengar teriakkan Sasya. Bukannya memperhatikan Hazza yang terlihat shock, Sasya malah menerobos masuk kedalam rumah Hazza.
"BUNDAAAAAA!" teriak Sasya. Itu sudah menjadi kebiasannya semenjak ia kecil, bukan? Namun yang lebih konyol adalah saat Sasya memanggil Hazza dengan sebutan cadelnya dulu. Padahal ia sudah tidak cadel lagi sekarang.
Gita yang berada didapur pun langsung berteriak memberitahu keberadaannya. Dengan senyum yang mengembang dan berjalan dengan sedikit berjingkrakkan -seperti anak kecil walaupun umurnya sudah 21 tahun- sambil bersenandung kecil.
"Hallo, nda." ucap Sasya saat sudah berada didapur. Ia meletakkan kantung belanjaannya diatas meja pantry dan berjalan menuju Gita untuk memberikkan kecupan dipipi wanita yang sudah menjadi mama keduanya itu.
"Hallo, sayang. Kamu sendiri?" tanya Gita masih sibuk dengan pekerjaan memasaknya. Sasya hanya bergumam dan mengangguk lalu berjalan menuju kulkas untuk mengambil air dingin.
"Mama sama papa kamu mau kerumah bunda jam berapa, Sya? Terus adik kamu Reon mana?" tanya Gita. Sasya menghabiskan minumannya lalu berjalan kesamping Gita untuk membantu wanita itu.
"Nanti sore kali, nda. Masih pada sibuk sih tadi. Kalo Reon, ada didepan. Tadi lagi markirin mobilnya didepan." jawab Sasya. Gita hanya mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti.
Reon adalah adik Sasya. Umurnya baru 16 tahun namun tingginya menjulang dan tampan-tentu saja karena menuruni ketampanan Esa, papanya. Bahkan adiknya itu baru saja menginjak kelas 2 SMA tapi tingginya sudah melebihi batas, seperti halnya Austin yang lebih tinggi dari Reon.
"Hai bunda." sapa Reon saat ia sudah berada didalam dapur. Reon sangat berbeda, ia lebih kalem, pendiam, dan tidak banyak berbicara. Berbeda dengan Sasya yang sangat aktif, banyak berbicara dan cenderung ceria.
Gita menoleh dan tersenyum lebar. "Hai. Sini dong peluk bunda." ucap Gita sambil merentangkan tangannya lebar. Reon terkekeh dan langsung memeluk Gita yang seperti tenggelam didalam pelukannya karena ia terlalu tinggi dan berbadan besar-dalam artian lain, badannya atletis seperti Austin karena mereka sama-sama seorang atlet basket dan futsal.
"Bunda apa kabar? Kayaknya makin sehat aja nih." ucap Reon setelah ia melepaskan pelukannya dan mencium pipi Gita.
Gita terkekeh mendengar ucapan Reon. "Kamu nih bisa aja deh. Bunda sehat kok, gimana sama kamu? Sehat? Sekolahnya gimana?" tanya Gita sambil berbalik badan dan kembali meneruskan memasaknya dibantu oleh Sasya yang sedari tadi sibuk memotong kentang.
"Baik bunda. Semuanya berjalan lancar. Oiya, Austin sama Aurin mana bunda?" tanya Reon. Ia memang tidak pernah memanggil si kembar dengan embel-embel kakak karena itu adalah permintaan dari si kembar sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Has Changed
Teen FictionSUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU TERDEKAT! Tidak ada yang lebih menggemaskan dari si kembar Austin dan Aurin, kakak beradik Sasya dan Reon, pun si gadis bermata abu-abu bernama Cikha yang selalu bertingkah malu pada setiap orang, juga Nando si pemuda yan...
