--
Aku terbangun dari tidur yang sama tak menyenangkannya dengan malam- malam sebelumnya. Alhasil badanku sakit- sakit semua dan kepala pusing berat. Dengan langkah malas aku berjalan ke kamar mandi untuk bersiap- siap bertemu dengan si monster berkacamata dengan lidah tajamnya.
Editorku, Mas Danu Rahardja. Pria dengan wajah oriental serta kacamata bingkai hitam yang selalu setia di wajahnya. Dan yang paling mengesankan dari pria ini adalah lidahnya yang tajam seperti pisau cukur bila ada kalimat novelku yang menurutnya tak pantas berada disana. Tapi lebih dari semua itu, dia adalah pria yang cukup tampan serta bijaksana. Aku yakin jika dia mau menuruti perkataanku untuk melepaskan kacamata bingkai hitamnya itu, pasti akan banyak wanita yang tergila- gila padanya.
"Kalimat ini sangat tidak cocok. Ini seperti antiklimaks, Wulan! Kau ini sudah berapa tahun sih jadi penulis? Masa kayak begini terus. Seharusnya kamu ini bisa lebih baik. Saya jadi malas merevisi novelmu."
Apa kataku? Dia ini manusia berlidah tajam. Bisa- bisanya dia berbicara seperti itu pada seorang perempuan. Bagaimana jika dia punya pacar nanti ya? Aku pasi akan kasihan dengan pacarnya itu.
"Hei, kau dengar aku tidak?!"
"Sialan kau pak tua! Kenapa mesti teriak- teriak sih? Memangnya kita lagi dihutan?"
Oke sebenarnya dia tidak tua seperti apa yang kalian pikirkan. Mas Danu masih berumur 28 tahun dan mapan. Tak heran banyak penulis muda yang ingin sekali novelnya direvisi oleh Mas Danu. Tapi dia selalu memilih aku. Katanya dia tak mau diganggu dengan cabe- cabean. Hello, cabe- cabean yang dia maksud itu berumur 21 keatas loh. Ini yang membuatku heran, apa Mas Danu seorang gay?
"Apa kau bilang?! Pak tua? Kau ini memang bebal ya! Dan aku bukan gay!! Ambil novelmu ini. Perbaiki kalimat yang sudah kugaris bawahi. Minggu depan harus sudah ada di mejaku. Jangan sampai telat."
Dasar pak tua aneh, nyebelin! Selama ini masih ada satu misteri yang selalu berputar dikepalaku. Mas Danu selalu saja tahu apa yang kupikirkan. Dia seperti cenayang.
"Ngapain lagi kau disini?! Pergi sana! Mengganggu saja!"
"Ih, siapa juga yang sudi mengganggu. Aku terpaksa tau datang kesini, harus pagi- pagi lagi. Seharusnya aku bisa istirahat!"
Aku mengambil berkas novelku tadi dan langsung beranjak keluar dengan menghentak- hentakkan kakiku yang dibalut dengan flat shoes berwarna cokelat. Aku sengaja membanting pintu ruangannya sampai aku mendengarnya berteriak:
"Wulan Retno Gayatri!! Awas kau ya!"
***
Setelah dari kantor editor tercintaku, aku mampir disebuah kafe bergaya minimalis dekat dengan kantor Mas Danu. Sengaja aku mampir ke kafe langgananku ini karena aku merasa bosan dengan rutinitas sehari- hariku.
Kubuka leptopku dan mulai merevisi segala hal yang Mas Danu garis bawahi di lembaran kertas A4 novelku sambil sesekali menikmati kopi hitam yang selalu setia menemani hari- hariku.
"Sayang, habis dari sini mau kemana lagi?"
Aku mendengar suara wanita dari belakangku. Terdengar menjijikan karena ia sengaja membuat suaranya seperti desahan. Oh God! Apa dia tidak sadar dimana dia berada sekarang?
Kalau ini negara Amerika sih tidak apa- apa, tapi dia berada di Indonesia yang masih menjunjung tinggi tata krama dan budaya—walaupun sekarang sudah semakin berkurang. Aku berniat mengambil headset ditasku untuk meminimalisir terlingaku dari desahan wanita kelebihan hormon dibelakangku ini ketika sebuah suara mengahalangi niatku.
"Bagaimana kalau hotel?"
Oh bananasplit, dengan gerakan lambat aku menaikkan wajahku yang menunduk kearah tasku menuju seorang pria yang duduk dihadapan wanita kelebihan hormon ini. Dan mata kami bertemu.
Demi jenggot Merlin, kenapa kami harus bertemu lagi?!
"Wulan?"
Aku meringis mendengar suaranya yang selalu membuatku jijik. Kalian tahu apa yang harus dilakukan saat bertemu seseorang yang sama sekali tak kau inginkan untuk melihat wajahnya?
Ya! Mari kita kabur!
***
Hai !!! kali ini aku mencoba peruntungan dengan menulis cerita ini. dua ceritaku yang terakhir sudah dihapus karena aku merasa jenuh unuk menulisnya. semoga cerita ini tidak seperti itu.
selamat membaca xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect EX
RomanceBagaimana jika kau bertemu dengan mantan suami yang dulu sangat kau cintai dalam suatu kejadian yang tidak terduga? Bagaimana jika kau masih menyimpan rasa pada mantan suamimu, bahkan hingga sekarang? Bagaimana kau bisa menerima semua cacian dari ke...