PART 8

10.1K 625 89
                                    

WARNING: TYPO EVERYWHERE

Note penulis:

Maaf, maaf banget bagi yang udah baca dan setia nungguin kelanjutan cerita abal- abal ini. Sama seperti penulis lainnya, aku merasa stuck. Semangat menulis di awal cerita aja, jadi cerita ini terbengkalai. Awalnya aku nulis cerita ini hanya untuk mengisi waktu luang aja. tapi karena makin banyak yang baca dan comment jadi kayak sedih juga kalau kalian ngga bisa baca cerita ini sampai abis.

Aku usahain bakalan nyelesein cerita WulanxAres ini. Tapi, aku ngga yakin bakalan update dengan cepat dan teratur. Jadwalku sebagai anak kuliahan terlalu padat, organisasi dan kepanitiaan juga ikut mengisi waktuku jadi yaa aku harap maklum aja dari para readers.

Aku sangat berterima kasih bagi kalian yang masih setia membaca cerita ini :)) jangan bosan- bosan yaaa 

xoxo

__

"Hah, sepertinya Tuhan tidak membiarkanku untuk menjauh dari keluarga Ares. Ini sungguh melelahkan." Aku menjatuhkan bokong indahku di salah satu sofa toko roti itu. Angin sepoi- sepoi menerbangkan rambutku. Ya, aku duduk di bagian luar toko sambil menikmati angin yang sesekali datang.


Seusai bertemu dengan Bang Kean—abang angkat Ares—aku jadi semakin berpikir tentang keputusanku dua tahun lalu saat bercerai dengan Ares. Aku yakin keputusanku itu adalah hal yang benar. Aku dan Ares tidak saling mencintai. Oke, memang hanya aku! Tapi aku tak mungkin egois, hanya mementingkan perasaanku saja. tak mungkin aku menahan orang yang tidak mencintaiku untuk terus berada di sampingku kan. Ares benar- benar tak memiliki perasaan denganku, bahkan setelah setahun pernikahan kami. Dia masih saja bersikap semaunya, dingin dan cuek. Bahkan dia tidak menganggapku ada.


Setiap bangun di pagi hari bukan wajahnya yang kulihat, tetapi hanya bantal guling. Yap, kami pisah ranjang seperti pasangan yang bertengkar dan menunggu sidang perceraian. Aku bahkan ketakutan kalau- kalau dia mengajukan surat permohonan cerai padaku setiap harinya.


Lalu sekarang dia memintaku untuk berpura- pura kembali menjadi istrinya hanya karena Oma yang memang tak tahu bahwa kami sudah bercerai kembali ke Indonesia setelah dua setengah tahun menetap di Malaysia untuk berobat. Aku tak ingin menyakiti Oma, cukup dengan keluarganya saja yang selalu memandangku kecewa setelah mendengar aku yang meminta cerai. Tentunya kecuali Bang Kean, Kak Kia, dan Hera. Mereka bertiga justru tahu bahwa Ares lah yang sengaja membuatku tak betah akan pernikahan itu. Bagaimana mau betah, kalau rasa bersalahmu selalu muncul setiap melihat wajah dinginnya?


"Hah, aku lelah." Alisku terangkat bingung melihat Mas Danu duduk dihadapanku sambal mengusap- usap wajahnya. Kalau bisa kutebak, ini pasti mengenai Mbak Irma.


"Hm, dia berubah, Wul. Dia selalu tersenyum pada orang lain, kecuali aku. Padahal aku nggak maksain dia buat jadi tunangan aku lagi." Mas Danu sepertinya sangat kacau.


"Tapi mas masih mencintainya kan?"


"Sedikitpun dalam hidupku, aku tak pernah menghapus dia, Wul. Bahkan dari dulu, dari awal kami bertemu." Mas Danu menumpukan sikunya di atas meja.


"Berjuanglah mas. Aku yakin Mbak Irma masih mencintai mas. Dia hanya ingin melihat seberapa besar rasa cinta mas untuknya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 10, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Perfect EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang