PART 4

7.5K 533 7
                                    

--


Aku duduk di kafe dekat dengan rumahku. Sengaja aku duduk disini dari pukul setengah sembilan pagi hanya untuk menikmati gratisan wifi dan meminum kopi hitam.



Aku sedang mencari inspirasi untuk menulis sequel novel yang kuberikan pada Mas Danu kemarin. Sebagai seorang penulis aku dituntut untuk bekerja kapanpun itu. Apalagi kalau sudah dekat dengan deadline, bisa- bisa kerja Rodi dicampur Romusha. Hasilnya badan pegal- pegal, kepala pusing dan kantung mata yang menjijikan karena tak tidur selama beberapa hari.



Aku terperanjat mendengar suara si psikopat sinting, Biru, di hadapanku. Apa dia mengikutiku sejak kemarin? Memang stalker sejati.



"Apa maumu?"



Dengan terpaksa aku meladeni dia. Sebenarnya aku tak mau, tapi harus bagaimana lagi. Tak mungkin aku langsung pergi dari sini. Aku yakin dia akan sangat mudah mengejarku. Hari Rabu kemarin itu hanya keberuntunganku saja bisa kabur dengan mulus dari Biru.



"Aku hanya ingin kita balikan?"



Aku memandang Biru dengan tatapan apa kau sudah gila?! Sampai kapanpun dia memintaku untuk balikan denganya, aku tak akan mau. Siapa coba yang mau balikan dengan lelaki tukang selingkuh?



Saat kuliah dulu aku sudah terlalu sering memberikannya kesempatan untuk kembali padaku. Tapi sekarang jangan harap. Aku bukan lagi gadis bodoh yang terlalu jatuh cinta padanya.

Hello?! Siapa dia?!! Berani- beraninya meaksaku untuk kembali pada satu- satunya pria paling tak tahu diri didunia. Sedingin- dinginnya Ares, masih mending aku bersama dengannya dari pada Biru.



"Aku tak mau!"



"Kau harus mau!"



"Hei, siapa kau memaksa- maksa aku?! Sekali kubilang tidak ya tidak. Lagian siapa yang mau kembali dengan orang tukang selingkuh sepertimu. Aku sudah terlanjur benci padamu. Jangan temui aku lagi."



Dengan cepat aku menghabiskan kopiku dan menutup laptop malangku. Kemudian kau beranjak keluar kafe itu tanpa peduli pada teriakan Biru.



"Aww!"



Aku terpekik cukup keras karena ada seseorang yang tak sengaja kutabrak. Saat aku mendongakkan kepalaku, aku bertemu dengan mata dingin Ares.

Dengan cepat aku menguasai diriku dan berlagak seperti tidak kenal dirinya. Aku menundukkan kepalaku sambil mengucapkan permintaan maaf, setelah itu aku langsung beranjak pergi.



"Kak? Kakak gak kenapa- napa?"



Aku tahu suara itu. Hera, adik Ares. Salah satu orang yang kusayang dalam keluarga besar itu. Terlahir sebagai anak tunggal dalam keluarga yang besar membuatku selalu merasa sepi. Dan ketika aku bertemu dengan Hera, rasa sepiku hilang. Aku jadi merasa punya saudara.



Namun sekarang tampaknya aku harus melupakannya. Keluarga itu tak mungkin lagi menerimaku. Bahkan melihatku saja mereka tak mau. Mantan menantu yang egois, itulah yang ada didalam pikiran mereka.



"Kak Wulan!"



Hera sangat istimewa, walaupun keluarganya membenciku. Tetapi Hera tidak. Dia bahkan masih sering mengirim pesan padaku. Kami tidak lost contact seperti aku dan Ares.



"Wulan!"



Oh rambutanku! Kenapa si Biru nggak ada habis- habisnya mengejarku.



"Kakak pergi dulu ya Hera! Ada stalker gila yang ngejar- ngejar kakak! Daah!"



Terpaksa aku membalas panggilan Hera dengan teriakan sambil berlari ke trotoar jalan, mencari taksi kosong. Ingat, kali ini taksi kosong! Dan tampaknya Dewi Fortuna berpihak padaku. Aku bisa dengan selamat masuk kedalam taksi dan meninggalkan Biru yang berada tepat didepan Ares yang menatapku, penasaran?



***

My Perfect EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang