PART 6

8K 552 23
                                    

--



Aku menatap kesal kearah mas Danu yang malah menampilkan cengiran menyebalkan miliknya.



"Lagian salah kamu juga, Wul. Ngapain juga curhatan kamu disimpan di hardisk. Buat apa buku harian dibuat?" Rasanya ingin kuberikan sambal super pedas kedalam mulut mas Danu. Apa dia tak merasa kasihan pada sahabatnya ini karena rahasia terbesarnya telah diketahui dua orang terdekat Ares?



Dasar om- om bermulut tajam!





"Wulan, jangan coba- coba memberikan doa jelek itu padaku! Aku tidak akan menerbitkan novelmu lagi." Ancam mas Danu seraya menutup naskah novelku yang masih sedikit itu.



Aku menatap mas Danu sebal. Bisa- bisanya dia mengancamku dengan cara seperti itu?! Memang om- om kurang ajar!



"Wulan, hentikan kata- kata makianmu itu. Tidak baik untuk kesehatan otakmu, kalau setiap hari kau mengumpat." Mas Danu menaruh naskah novelku dan duduk diatas meja kerjanya, menghadap kearahku yang duduk diatas sofa ruangannya.



"Lagipula Kia dan Hera tidak berniat memberi tahu pada Ares kan? Kecuali mereka membocorkan curhatanmu itu pada mantan suamimu itu."



"Tapi tetap saja, Mas. Bisa saja kan Ares tanpa sengaja menemukan buku itu. Bagaimana kalau hal itu terjadi? Harus ditaruh dimana mukaku ini? Ohh—apa aku harus pergi dari kota ini? Tapi kemana aku harus sembunyi? Aww— sakit, Mas!" jidatku terasa panas ketika tangan mas Danu menepuknya dengan keras. Aku yakin pasti jidatku akan memerah.



"Kau ini terlalu berlebihan! Buat apa mesti kabur segala? Kau pikir ini novel? Habis kabur, terus ketemu secara gak sengaja, habis itu balikkan lagi?" Aku hanya meringis saja mendengar pernyataan mas Danu yang seluruhnya benar.



"Ya terus aku mesti gimana, Mas? Aku terlalu takut untuk berdekatan dengannya lagi. Sudah cukup bertemu dengan keluarganya. Aku tak mau bertemu dengannya." Aku menunduk menatap sepasang flatshoes yang tampak lebih menarik sekarang.



"Kurasa kau sudah cukup dewasa, Wul. Kau tahu apa yang harus kau perbuat."



***



Aku mendorong troley belanja dideretan sayur mayur. Bahan makanan di rumah sudah menipis, begitu pula dengan cemilan- cemilan yang biasa kumakan ketika sedang mengerjakan novelku.

My Perfect EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang