11

68 6 0
                                    

"Kau kan yang mengambil kalung Bethany." Ucap Lauren.

What the..

"Tidak,aku tidak mengambilnya." ucap Elena.
"Halah,gak usah bohong deh,buktinya kan sudah ada,kalung itu ada di tas mu." ucap Lauren.

"Apakah itu benar El?" tanya ku. Ia menggeleng. "Ak-"

"Halah,gak usah ngeles deh.. orang-orang di kampus juga udah pada tau,bahwa kau yang mengambil kalung Bethany.dan lagi pula kau kan pasti tahu semua tentang nya,pasti kau juga tahu letak kalung itu." sela Lauren.

Aku bingung antara percaya dengan omongan Lauren dan Elena. Elena kan sudah menjadi sahabat Bethany sejak dulu,kemungkinan tidak mungkin ia mengambil kalung Bethany. Tapi kalau ucapan Lauren ada betulnya juga sih,

"Tapi Bradley aku berani bersumpah bukan aku yang mengambilnya." ucap Elena dengan mata yang berkaca-kaca.

"Udahlah,kau pergi saja,lagipula pada saat Bethany siuman pun mungkin ia tidak ingin melihat wajahmu." ucap Lauren sinis.

"Emma,Chloe,kalian percaya padaku kan?" tanya Elena. Emma dan Chloe terlihat bingung.
"Ehm,aku tidak tau.tapi ucapan Lauren ada benarnya juga,kau pasti sudah tau seluk beluk Bethany," ucap Chloe ragu-ragu.

"Yaaa,,aku sependapat dengan Chloe," ucap Emma ragu-ragu juga.

"Baiklah kalau begitu." ucap Elena,lalu berjalan pergi. Kulihat Nash pergi menghampiri Elena.

Mungkin Nash bisa menenangkan Elena sementara.

Elena pov

Kenapa tidak ada yang percaya padaku? Mereka lebih mendengarkan omongan Lauren daripada diriku. Lagipula apa untungnya aku jika mengambil kalung Bethany.

"Elena.." ucap Nash yang tiba-tiba berada di samping ku. Aku langsung menoleh ke arah nya. Ia menatap ku nanar.

Lalu, ia menarikku ke dada bidang nya. Memelukku dengan hangatnya. Ku benamkan wajahku di dada nya.

Menangis di dalam pelukannya. Mungkin baju nya akan basah karena terkena air mataku.

"Hey Elena, jangan menangis lagi.." ucapnya. "Tidak ada yang percaya padaku Nash, bahkan sahabatku sendiri.. tidak percaya padaku," isakku.

"Elena aku percaya padamu. aku percaya bukan kau yang mengambil kalung nya,aku tahu kau tidak mungkin melakukan itu, apalagi terhadap sahabatmu sendiri." ucapnya, sambil mengecup puncak kepala ku berkali-kali.

Entah kenapa aku merasa nyaman dengan posisi kami yang seperti ini, rasanya sama seperti saat aku bersama Niall.

"Hey bagaimana kalau kita jalan jalan ke taman, lalu membeli es krim."

Hmm, taman.. mungkin pilihan yang bagus untuk menenangkan diri.

"Baiklah,"

***

Aku tertawa keras, mendengar ucapan Nash. Setelah kami sampai, ia membelikan ku es krim, lalu kami mengobrol-ngobrol. Mood ku yang asalnya hancur sekarang langsung berubah. Ia benar-benar moodboster.

Scéal grá (love story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang