Bagian 6

203 16 3
                                    

Bagian 6

" Loe tahu Cherry... Loe itu baik banget, loe sangat cantik..." aku menatap Cherisa lekat dari kursi disebelahnya, sedangkan Cherisa hanya diam masih terus asik dengan bukunya. Aku dan Cherisa memang sedang berada di cafe Frans. Aku memang sedang merayu nya.

" loe tahu, kecantikan Loe itu seperti bulan purnama..."

" plaakkkk...awww.." aku meringis Cherisa memukul ku dengan buku tebalnya,

" Loe tahu gak sih?? Bulan itu permukaannya bopeng.. Apa Loe mau bilang wajah gue bopeng tidak mulus??" bentak Cherisa. Aku ciut.

" enggak dong Cherry ..." aku membujuknya takut.

" Ganti... " katanya lagi. aku mengangguk

" kecantikan Loe itu bagai mutiara alami didasar laut..putih dan...." aku tersenyum dan menatap nya.

Plaaakkkk... " apa lagi sih Cherrry...??" aku mulai kesal,

" Loe tahu tidak sih... Mutiara alami itu tidak mulus sempurna, permukaannya berkeriput.. Loe mau bilang gue sudah keriput,??" aku terpaksa menggaruk leher ku yang tidak gatal. Aku kesal, kalau bukan karena Tika aku tidak akan mau memuji si Devil sialan ini.

" Eemmmm... Gue ulang lagi yah??" tanya ku, tapi Cherisa malah sedang sibuk dengan bukunya.

" cherry... " kali ini aku memegang tangannya.

" Loe itu cantik , rambut Loe indah, Kulit loe putih mulus.. Loe tahu Cherisaa loe itu seperti .. Hmmm... Hmmmm " aku berpikir umpama apa yang pas untuk aku berikan pada Cherisa tanpa membuat dia marah, aku masih berpikir, tanpa sengaja Cherisa menikmati kebingungan itu, dia juga ingin tahu, Frans yang sedari tadi duduk disana hanya diam dan tersenyum. Dia mulai tidak sabar menunggu kelanjutan omongan ku.

" Loe itu putih mulus... Seperti kacang atom..." Cherisa mendelik, Radit menyemburkan kopi nya, entah kapan dia tiba disini, Frans sudah tertawa terbahak-bahak

Plaakk... Brukk seseorang memukul kuat tangan ku hingga terlepas dari tangan Cherisa dan juga menarik ku dari belakang hingga jatuh terduduk. Aku menatap tangan ku yang merah dan berdenyut-denyut sakit. Frans menatap ku horor, tiba-tiba leher ku meremang dan terasa panas dan dingin bersamaan. Aku berlahan menoleh kebelakang.

Oohh... Tuhan... Raiyan sedang menatapku dengan tatapan membunuh. Sepertinya nyawa ku terancam.

" sudah berapa kali gue bilang, jangan sentuh istri gue, Loe malah merayu dia.." dia mengepalkan tangannya, sebelum sebuah tinju merontokkan gigi ku.

" Rai... Loe kan sendiri bilang kalau gue harus membujuk Cherisa.." aku berusaha membela diri.

" bukan dengan cara merayu nya .." bentaknya lagi,

Raiyan sudah duduk disamping Cherisa entah dari mana cairan anti bakteri itu, tapi dia mengambil tangan Cherisa dan mengusap nya dengan cairan itu. Raiyan sangat menjengkelkan bukan?!, aku mencibir nya, Frans hanya tersenyum, sepertinya dia menjadikan itu tontonan menarik untuknya. Kelihatannya dia terlalu bosan akhir-akhir ini.

Radit lebih terlihat abstrak, ekspresinya antara mencibir kesal, tapi ada kesenangnya juga disana. Dia pasti senang melihat ku dipukul Raiyan, Radit jauh lebih menyebalkan.

" lalu gimana dong caranya...??? Gue cuma tahu cara ini.." aku memelas, sementara Cherisa hanya menatapku dingin, Raiyan menusuk tajam mata ku dengan matanya. Lalu dia malah mengangkat bahu.

" kenapa Loe malah tanya sama gue.. ??? Dalam hidup gue, gue cuma punya satu wanita.. Dibandingkan Loe yang punya lusinan wanita harusnya pengalaman Loe lebih dari gue.." kata-kata Raiyan malah membuat aku frustrasi.

Cinta Dalam Karma ( Catatan Hati Bima Sang Cassanova)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang