PreviousKinal berlari nendekati veranda yang masih tak sadarkan diri, terdapat lebam besar di kepalanya. Kinal mengangkatnya dan membawanya ke kamarnya.
.
.
.
.
.
Kinal mengambil kain dan ember berisikan air es, dia mencelupkan kain itu ke dalam air, memerasnya dan menempelkannya di kening veranda.Veranda yang menyadari hal itu akhirnya terbangun.
"Kinal. . . . .?!"
"Syukurlah lo sudah sadar veranda" ucap kinal lega
Veranda mencoba bangkit, tetapi kinal langsung menahannya.
"Tunggu ve, lo masih harus istirahat"
"Ini dimana? Dimana pria ber hoodie itu?" Tanya veranda panik
"Lo di kamar gue sekarang, dan sayang nya pria berhoodie itu kabur tanpa jejak"
Perlahan kinal mengompreskan lebam yang ada di kening veranda.
"Aww!!"
"Sakit ya?" Tanya kinal
Veranda mengangguk pelan, kinal kembali mengompreskan kain basah ke kening veranda. Kali ini dia lebih berhati2.
Kinal terus menatap ke wajah ve, dia benar2 merindukan wajah itu selama 12 tahun, wajah yang membuatnya menjadi dirinya yang sekarang ini.
Tatapan mereka saling terkunci, kinal benar2 terpaku dengan tatapan vernada, begitu juga sebaliknya.
TOK . . . . TOK . . . . TOK!!
Suara ketukan pintu menyadarkan mereka.
"Masuk!" jawab kinal
Ghaida masuk ke dalam ruangan, tetapi dia tidak sendirian. Ada seorang wanita berlari masuk dan langsung memeluk veranda.
"Veranda syukurlah lo gapapa" ucap wanita itu dengan nada cemas
"Lele? Kok kamu ada disini?" Tanya veranda heran.
"Ghaida telpon gue, lo ga kenapa-napa kan? Ato mau gue bawa ke dokter?"
"Ga usah, aku udah mendingan kok" ucap ve sambil tersenyum.
"Ehhemm" deheman kinal menyadarkan mereka berdua.
"Oiya, terima kasih sudah mau ngobatin ve. Kenalin gue michelle" ucap michelle mengulurkan tangannya ke kinal.
"Kinal" balas kinal
Mereka saling berjabatan, saat baru menyentuh tangan kinal. Michelle langsung terbelalak kaget, dia seperti merasakan sengatan kuat saat menjabat tangan kinal. Kepala nya tiba2 membayangkan hal yang mengerikan, michelle pun langusng melepas tangannya dengan ketakutan.
"Ada apa?" Tanya kinal heran.
"T. . . Tidak ada, ummm gue permisi dulu ya. Ghai, lu anterin gue ya!" ucap michelle berusaha netral.
Ghaida mengangguk, michelle dan ghaida pun pergi dari ruangan. Sementara kinal masih di kamarnya menemani veranda.
"Michelle kenapa ya?" Tanya kinal heran.
"Dia memang seperti itu, sebenarnya dia bisa membaca masa depan orang dengan berjabatan tangan dengan orang tersebut"
"Memang apa yang dia lihat sampe ketakutan kaya gitu?"
Veranda hanya menggeleng tidak tau.
Semenjak saat itu hubungan kinal dan veranda bertambah dekat, ditambah juga kinal yang semakin akrab dengan michelle. mereka berada berada di divisi yang sama, merekapun selalu bersama setiap harinya.