Jendela ku buka setengah, memindai kasih yang menyelimutkan kelam di langit malam; mendengar bisikan rindu yang kerap memanggil-manggil.
Berulangkali lalui malam yang serupa,
wajahmu tiada muncul dalam mimpi-mimpi,
menjadi tidak bermakna,
sehingga embun menyantap tubuh,
dengan debu-debu keluh resah,
hingga terkorban dalam setiap menunggumu,
dan kedinginan merinduimu.