Chapter 02
“Jadi, mengapa aku dibawa disini?” tanyaku kepada Chitose. Aku duduk di sofa panjang di ruang tengah sebuah rumah yang bukan tempatku tinggal. Kalau dilihat dari alamatnya kuperkirakan butuh satu jam bersepeda dari rumahku. Rumah ini cukup besar untuk rumah berlantai satu, bahkan memiliki taman sendiri. Jika dibandingkan dengan kamar apartermen tempatku tinggal maka luasnya lebih dari tiga kalinya.
“Karena disini lebih aman, lagipula orang yang mengantar kita kesini dengan mobil memiliki tugas lainnya.” Kata Chitose duduk di sofa dihadapanku. Ia meletakan kaleng soda yang baru saja diambilnya dari dalam kulkas di meja kecil disampingnya. Ia sejenak melihat ke pintu kamar mandi dimana terdengar suara shower. Saat itu Ruri berada didalamnya sedang membersihkan diri dari darah yang melekat di tubuhnya. “Lagipula sama saja bukan, dirumahmu pun tidak ada orang. Jadi tidak ada yang menunggumu bukan?”
“Bagaimana kamu tahu?” aku terkejut Chitose mengetahuinya.
Chitose tampak sedikit ragu tapi ia kemudian memberikan map yang berada disamping kaleng minumannya dan memberikannya untuk kulihat. Didalamnya terdapat data-data tentang diriku, mulai dari tempat tanggal lahir, orang tua, golongan darah, data sekolah mulai dari taman kanak-kanak, dojo tempatku pernah berlatih, tempat-tempat aku biasa berada, dan masih banyak lagi. Setelah melihatnya aku meletakannya disampingku, aku tidak tahu harus berkata apa-apa.
“Maaf,” katanya, walau tidak ada tanda-tanda kalau Chitose benar-benar menyesal. “Berberapa hari setelah masuk sekolah Ruri pernah memberitahukanku tentangmu. Bahwa ada seseorang yang diam-diam memperhatikannya. Kamu perlu tahu karena apa yang kami kerjakan banyak penjahat yang menjadi musuh kami. Jadi aku melakukan sedikit penyelidikan tentang latar belakangmu.”
“lalu memgapa kamu menyuruhku menemuimu di gereja itu?!” kataku dengan emosi, “apa kamu mencoba membuatku terbunuh!”
“Dengar,” Chitose menatapku dengan tajam. Bahkan membuatku takut, mengetahui apa yang bisa dilakukannya. “Bukankah sudah kukatakan padamu sebelumnya kalau kamu tidak perlu datang kalau kamu tidak siap untuk mengorbankan segalanya. Ruri disana saat itu dan dapat menjadi saksiku. Aku memintanya ikut mendengarkan agar ia bisa mendengar langsung jawabanmu.”
“Kukira kamu hanya becanda.” Kataku pelan, tidak berani menatap Chitose langsung dimatanya. Terutama setelah mengetahui kalau Ruri sepertinya setuju dengan tindakan Chitose.
“Erik,” Chitose lanjut berkata, namun kali ini dengan nada suara yang lebih lembut. “Lebih mudah bagi kami seperti ini daripada menjelaskan dengan kata-kata kalau kami ini sepasang pembunuh. Lagipula apa kamu akan percaya tanpa melihat sendiri?”
Aku hanya menggelengkan kepalaku. Tentu orang normal sepertiku tidak akan percaya kalau tiba-tiba seseorang yang masih remaja seperti diriku berkata kalau ia adalah seorang pembunuh. Aku mungkin akan menganggapnya tidak waras.
“Lalu sekarang bagaimana?” tanyaku. Aku sama sekali apa yang harus kuperbuat sekarang.
Sebelum Chitose menjawab pintu kamar mandi terbuka dan Ruri muncul dari sana. Ia sudah mengenakan gaun tidur berwarna putih, rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai ke depan sambil mengeringkannya dengan handuk yang dipegangnya. Chitose memanggilnya dan memintanya untuk bergabung dengan kami. Ruri berjalan mendekat dan duduk disampingku.
“Ruri-chan bagaimana kalau kamu jelaskan bagaimana peraturannya.” Kata Chitose sambil mengambil kaleng minuman yang dari tadi belum sempat diminumnya.
“Peraturan pertama,” kata Ruri menjelaskan, “aku dan Chi-san masing-masing hanya diperbolehkan memberitahukan satu orang diluar organisasi tentang siapa kami sebenarnya. Ini berlaku untuk seumur hidup kami.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Shinigami no Kokoro
RomanceCerita tentang seorang anak muda yang jatuh cinta dengan seorang pembunuh. akankah ia tetap mengejar cintanya ataukah ia menyerah di tengah jalan?