Chapter 05
Mereka membawaku ke sebuah gudang tua, diluar kota. Jelas sekali kalau bangunan tersebut sudah ditinggalkan pemiliknya bertahun-tahun lalu. Cat hijau yang dulunya menutupi dinding gudang sekarang sudah mengelupas diberbagai tempat. Karat memenuhi atap bangunan yang terbuat dari seng. Bagian dalamnya yang cukup luas banyak dipenuhi tumpukan kardus yang mulai membusuk, kayu-kayu yang tidak terpakai lagi dan potongan-potongan batangan besi yang entah sebelumnya digunakan untuk apa.
Setelah mengeluarkanku dari dalam bagasi mobil, mereka membawaku ke dalam sebuah ruangan didalam bangunan itu, mungkin dulunya digunakan sebagai kantor. Aku didorong dengan kasar ke sebuah kursi, satu-satunya furniture yang ada diruangan. Mereka membuatku dudu disana kemudian mengikat tanganku kebelakang dan kakiku pada kaki kursi.
“apa yang kalian inginkan?!” seruku.
“diam!” kata pria yang menodongkan pistol padaku sementara temannya masih mengikat tangan dan kakiku. Ia mengayunkan gagang pistolnya ke kepalaku. aku dapat merasakan darah mengalir di pelipis mataku.
Setelah selesai mereka meeninggalkanku sendiran di ruangan tersebut. Melalui jendela ruangan yang telah rusak dan kacanya telah pecah berkeping-keping aku yakin mereka masih ada didalam gedung. Sebab dari jendela tersebut aku dapat melihat dengan jelas pintu dimana tadi aku dibawa masuk dan masih terlihat kalau mobil yang membawaku masih terparkir di depan pintu. Aku mengamati sekelilingku mencari-cari sesuatu yang mungkin dapat membantuku meloloskan diri, tetapi sia-sia. Satu-satunya yang ada diruangan ini adalah kamera yang terpasang disudut atas ruangan, mengawasi gerak-gerikku.
Aku tidak habis pikir siapa sebenarnya mereka dan apa yang mereka inginkan dariku. Apa mereka menculik orang yang salah, atau mereka akan menculikku untuk tujuan lain. Satu hal yang kutahu pasti adalah tidak ada seorangpun disini yang dapat membantuku. Namun anehnya aku merasa cukup tenang, selain rasa takut, aku mengira kalau seharusnya aku lebih panik dan menjadi histeris.
Tidak lebih dari setengah jam kemudian, kedua orang yang membawaku kemari muncul dari balik pintu. Salah satunya mendorong sebuah meja beroda seperti yang dipakai room service hotel dengan berbagai peralatan diatasnya. Aku dapat melihat sebuah tang, pemotong kawat, palu, pahat berukuran kecil, pisau berbagai ukuran, dan berberapa benda lagi yang tidak kutahu namanya. Dibagian bawah meja terdapat sebuah ember penuh air, ntah apa yang akan mereka gunakan. Mereka memposisikan meja itu tepat disampingku, memastikan aku dapat melihat isi mejanya. Pria yang sebelumnya menodongkan pistol padaku muali mengangkat satu persatu alat yang ada diatas meja, sementara temannya bersandar pada tembok disamping pintu sambil merokok. Aku dapat merasakan tanganku gemetar karena takut, dalam pikiranku aku tahu apa yang akan terjadi berikutnya
“sekarang kamu akan memberitahukan dan menjawab semua pertanyaanku.jika tidak…” Katanya ketika ia memegang sebuah pisau berukuran besar.
“katakan siapa sebenarnya White Shinigami dan Black Shinigami?”
“Apa maksudmu? Aku tidak mengerti.” Aku berbohong.
“jangan pura-pura tidak tahu!” teriaknya sambil menyarangkan tinjunya di perutku. “ada yang melihat kamu bersama kedua shinigami itu meninggalkan gereja tua tempat teman-teman kami terbunuh. Jadi kamu pasti mengenal mereka.”
“gereja tua apa? Aku benar-benar tidak tahu.”
“kurasa kita perlu memberi dia pelajaran agar tidak berbohong.” Kata pria yang bersandar di tembok.
Pria yang satu lagi menganguk sambil tersenyum senang. Ia melihat alat-alat yang berada di meja dan memilih mana yang akan digunakannya.
“bagaimana kalau kamu memakai mainan barumu itu saja.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Shinigami no Kokoro
RomanceCerita tentang seorang anak muda yang jatuh cinta dengan seorang pembunuh. akankah ia tetap mengejar cintanya ataukah ia menyerah di tengah jalan?