Rain

1K 107 5
                                    

°Tinggalkan jejak ya setelah membaca^^
.
.
.
Hujan turun cukup deras ketika Chorong hendak keluar dari gerbang sekolahnya. Uh, perkiraan cuaca hari ini meleset jauh. Belakangan ini cuaca jadi sulit ditebak karena meningkatnya global warming. Untungnya tadi pagi Chorong menuruti instingnya agar membawa payung. Karena Ia sendiri sudah beberapa kali mengalami hal seperti itu; dibodohi oleh perkiraan cuaca abal-abal. Chorong membuka payungnya dan meneruskan jalannya menuju halte untuk pulang.

Langkahnya terhenti ketika melihat Suho yang sedang berdiri di bawah atap gerbang sembari menatap hujan. Kelihatannya Ia ingin pulang, namun ragu, melihat Ia tidak memiliki apapun yang dapat melindunginya dari hujan. Chorong teringat kejadian di kelas tadi siang-dan tentunya kalimat mengejutkan yang Suho tulis di buku tugasnya-Sebenarnya ia sama skali tak pernah berniat melakukan hal sejauh ini, tapi.. dia tak mau menjadi orang yang jahat. Ya. ini hanya sekedar untuk balas budi. Batinnya, yang kemudian berjalan menghampiri Suho.

"Kim Joonmyeon." Sapa Chorong yang sekarang telah berdiri tepat disebelah kanan Suho. Suho yang agak terkejut segera menoleh, ia tersenyum saat mengetahui suara yang menurutnya terdengar tidak asing itu memang suara dia, Park Chorong.

"Yaa ternyata selama ini kau tahu nama lengkapku."

"A-anni. Aku baru mengetahuinya saat membaca namamu di dibukumu tadi." Tentunya yang dikatakan Chorong barusan bohong besar. Suho'lah orang yang pertama kali Chorong kenal disekolah ini setelah Eunji. Karena dulu, dialah yang mengantar Chorong memutari seisi sekolah dan memperkenalkan semua tempat disekolah ini. Bagaimana tidak. Suho kan Ketua kelas.

"Ooohh.. Tapi, ngomong-ngomong ada apa? Apa kau ingin mengatakan sesuatu."

"Anni. Ini." Chorong menyodorkan payung bermotif bunga sakura yang ia pegang.

"Ini.. apa maksudnya?"

"I Ini karena tadi kau sudah membantuku dikelas. Jadi terimalah. I itu sebagai balas budi. Utang, tentu harus dibayar bukan?" Ucap Chorong kikuk. Namun yang didapatinya hanya reaksi bingung dari sosok namja berkulit putih dihadapannya.

Merasa gusar berdiri berlama-lama dengan Suho, tanpa berpikir panjang pun Chorong segera menarik telapak tangan kanan Suho dan meletakkan payungnya disana. Kemudian bergegas pergi. Kabur dari tempat itu.

"Yaa Park Chorong..!" Suho terkejut dengan apa yang dilakukan Chorong "Aisshh" Tak mau menunggu lama lagi, Ia segera berlari mengejar Chorong yang baru saja melarikan diri ditengah hujan yang deras.

Basah. Itulah yang dapat Chorong rasakan sekarang pada jas sekolah hitam miliknya. Memang hujannya belum menembus sampai kamejanya. Tapi tetap saja, lama kelamaan berlari seperti ini, hujan yang deras itu pasti tetap akan menemubus jasnya dan membasahi semua pakaiannya.

Chorong sampai di depan Halte Bus. Ia menatap miris keadaan Halte yang ada didepan matanya.

"Penuh"

Hanya satu kata itulah yang keluar dari bibir kecilnya.

"Igeo mwoya?" Tanyanya. Entah ditujukan pada siapa. Mungkin untuk dirinya sendiri.

Tiba-tiba ada sebuah tangan yang menarik lengan kirinya dari belakang dan alhasil membuatnya berbalik menghadap sosok dihadapannya. Namja. Itulah yang dapat Chorong ketahui saat melihat dada bidang seorang namja yang dibungkus kameja dihadapannya. Perlahan-lahan Chorong mengangkat wajahnya. Matanya sukses melebar mengetahui bahwa namja tersebut adalah.. Suho.

"Apa kau gila? Berlari ditengah hujan yang begitu deras seperti ini. Bagaimana jika kau sakit, dan tidak bisa ke sekolah besok, eoh!?"

Dia. Kenapa dia semarah itu. Batin Chorong bertanya-tanya.

"Hoh..hohh..hoh.."

"Kau.."

"Iya. Aku berlari. Aku berlari mengejarmu sampai kesini."

"Untuk apa?"

"Lihat payung ini."

Chorong menengadah mengikuti arah pandang Suho. Memandang payung yang saat ini ternyata telah menjadi pelindung mereka. Pantas saja sejak tadi Chorong tak merasa ada yang menetes pada Jasnya. Ternyata berkat payungnya yang dipegang Suho sekarang.

"Wae?" Tanya Chorong yang merasa bingung dalam keadaan masih menatap payungnya.

"Lihat motifnya."

"Oh."

Mulai tersadar, Chorong pun segera menundukkan wajahnya karena merasa malu.

Dia. Dia bisa merasa malu juga. Pipinya merah. Igeo? Dia, dia tersenyum.

Suho tersenyum ketika melihat wajah yang biasanya selalu kaku dan terlihat dingin itu kini tersenyum. Tersenyum dihadapannya.

Merasa dirinya tengah tersenyum, Chorong pun segera menghilangkah senyuman kecil itu dari wajahnya.

"Ehem. Mian. Aku hanya ingin balas budi padamu." Ucap Chorong.

"Yaa.. aku tak butuh balas budi, aku ikhlas melakukannya. Lagian, sebenarnya tadi aku hanya sedang ingin dihukum. Aku ingin merasakan bagaimana jadinya kalau aku selalu dihukum sepertimu. Sejak aku SD sampai SMU ini. Aku belum pernah dihukum. Baru 2x aku merasakan yang namanya hukuman. Hari ini dan beberapa hari yang lalu saat kita berdua terlambat. Hehee.." Tegas Suho. Tentu saja namja itu hanya berbohong. Siswa mana yang senang jika dihukum. Tentu tidak ada bukan?

"Oh."

Ya. Lagi lagi hanya sepatah kata itulah yang keluar dari bibir kecil chorong.

"Ambil lagi payung ini, lihat. Pakaianmu basah kuyup seperti itu. Mana bisa aku melihat seorang yeoja seperti ini dihadapanku. Aku sungguh tak tega. Ambillah."

Kali ini, payung bermotif bunga sakura itu, tak berada di atas kepala Suho lagi, dan berpindah di atas kepala Chorong seorang. Chorong menatap peluh Jas seragam Suho yang sepertinya mulai basah akibat tetesan hujan yang makin deras. Dengan cepat Chorong pun menggerakan tangan kanannya mendorong tangan Suho yang masih memegang payungnya dan maju selangkah dihadapan Suho. Hingga jarak wajah mereka kini sangat dekat. Suho sukses dibuat kaget atas apa yang dilakukan yeoja berambut pirang dihadapannya itu.

"Ka-Kalau begitu, kita berdua saja yang memakainya. Beres kan?"

Seulas senyum kecil akhirnya teukir indah pada wajah Suho. "Eo." Namun yeoja yang diberi senyuman hanya memasang wajah kaku.

Mendadak Chorong memutar kepalanya, karena mendengar suara ribut-ribut dari arah belakang. Ternyata suara itu bersumber dari halte yang tadi penuh sesak oleh banyak orang yang berteduh. Matanya kemudian beralih pada Bus di depan halte. "Busnya datang."

"Ne?"

"Lihat. Busnya datang. Palli. Bukannya tujuan pemberhentian kita sama."

Tanpa sadar Chorong langsung menarik pergelangan tangan Suho agar mengikutinya.

"O-oh."

DEG.

Suho dapat merasakannya. Ia merasakan dengan sangat jelas degupan jantungnya.

Apa ini? Tidak. Ini cuman perasaan biasa. Tenangkan dirimu Kim joonmyeon.

***

"Bangkunya penuh."

Itu yang pertama kali terucap oleh Suho, saat mereka menginjakan kaki di dalam Bus.

"Eo."

Lagi-lagi hanya kata itu yang keluar dari mulutnya. Batin Suho ketika mendengar jawaban Chorong.

"Huhh.."

Akhirnya keduanya pun terpaksa berdiri menghadap jendela dengan dipenuhi keheningan. Tanpa ada yang membuka suara sedikitpun.

BUS STOP [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang